Menambah BELANJA Keluarga, Termasuk Sunnah Ramadhan. Benarkah?

Gus Sadun Muhammad Sa'dullah
Muhammad Sa'dullah (Gus Sa'dun), Pengajar di Ponpes Ath Thohiriyyah, Purwokerto, (istimewa)

ALHAMDULILLAH tsumma innalillah. Satu sisi kita berbahagia, masih dianugerahi kesehatan, kekuatan dan tetap Iman-Islam hingga hari ini. Meski hanya sebatas kemampuan, tapi masih bisa beribadah dalam mengisi bulan Ramadhan 1442.

Pada sisi lain, tentu juga bersedih. Kenapa? karena Ramadhan sudah memasuki setengah bulan kedua. Artinya, bulan suci tinggal menghitung hari. Patut kiranya kita muhasabah, menimbang diri. Sudah seberapa maksimal kita memanfaatkan segala kemurahan Allah terutama dalam hal ibadah. Semoga Allah catat kita menjadi pribadi yang penuh syukur dengan ragam ibadah selama Ramadhan.

Ada begitu banyak ragam ibadah yang bisa kita amalkan. Terutama, beberapa kesunahan selama Ramadhan. Termasuk, yang barangkali tidak diketahui banyak orang adalah memberi kemurahan dan menambah belanja keluarga. Wah. Jelas ini kabar baik. Khususnya bagi para anak dan istri. Tentu juga peluang ibadah untuk para suami. Insya Allah.

Hal itu misalnya, seperti terdapat dalam Kitab At Taqrirat As Sadidah fi Al Masail Al Mufidah, Karya Zain bin Ibrahim, bin Zain bin Smith. Yakni pada Bab Shiyam, halaman 443-446. Cetakan ke-4, tahun 2006 diterbitkan Dar Al Ulum Al Islamiyyah.

Apakah berarti itu legalitas untuk memenuhi syahwat konsumerisme? Jawabannya tentu tidak. Yang jelas, menambah uang belanja tersebut tentu dalam batas yang dibenarkan syariat. Dan niat utamanya adalah idkholussurur, memberikan kebahagiaan pada orang yang kita cintai; keluarga.

Catatan Syaikh Zain bin Ibrahim bin Zain bin Smith masih banyak yang harus kita jadikan pedoman. Khususnya, apa saja kesunahan selama Ramadhan?

Buka Puasa
Yang sudah populer, kita disunnahkan mempercepat buka ketika sudah yakin masuk waktu ifthar. Ada juga, sunnah berbuka dengan kurma ganjil. Kalau tidak ada? bisa juga pilih zam-zam, air manis baik hulwun atau hulwa. Dan termasuk sunnah puasa adalah berdoa saat buka. Berbuka puasa dengan makanan dan minuman yang halal.

Sahur
Sunnah melaksanakan sahur walaupun dengan seteguk air. Mengakhirkan sahur. Dan sunnah imsak dalam kadar waktu membaca Alquran 50 ayat (10 menit). Ada juga sunnah mandi jinabah sebelum fajar. Supaya ketika mengawali puasa sudah dalam posisi suci dari hadats besar.

Baca Juga : Hadits Keutamaan menuntut Ilmu Dalam Kitab Ushfuriyah

Shalat
Jika seputar shalat, ada kesunahan menjaga sholat tarawih dari awal bulan sampai akhir bulan Ramadhan. Kemudian sangat dianjurkan untuk sholat witir. Kekhususan sholat witir di bulan Ramadan: dilaksanakan dengan berjamaah. Membaca Surat dengan bacaan keras, dan membaca qunut, separuh kedua dari bulan Ramadhan (mulai malam 16 Ramadhan).

Ada juga sunnah dan dianjurkan memperbanyak sholat sunah, seperti sholat dhuha, tasbih dan awwabin. Mandi biasa, sehabis maghrib setiap malamnya, supaya menambah kebugaran dalam melakukan qiyamul lail.

Amal Sholih
Termasuk yang dicatat sebagai kesunahan adalah memperbanyak amal kebaikan, seperti sedekah, silaturrahim, hadir di majlis ta’lim. Ada juga i’tikaf, meramaikan syiar ramadhan, menjaga hati dan anggota fisik yang hal-hal tidak baik serta berdoa dengan doa ma’tsurah.

Terkait Nuzulul Qur’an misalnya, kita juga disunnahkah banyak membaca al Qur’an dan bertadabbur. Memberi makan pada orang yang berbuka puasa (ini termasuk yang sudah populer). Serta, bersungguh-sungguh dalam beribadah di sepuluh akhir bulan Ramadhan, dan menghidupkan malam-malam lailatul qadar atau malam ganjil. Yang juga terlihat biasa tapi ibadah adalah meninggalkan aktifitas yang tidak bermanfaat serta menahan emosi biar tidak mudah marah.

Pada paruh kedua Ramadhan, kita seyogiyanya berdoa dan muhasabah, apa yang sudah kita lakukan. Sungguh merugi, jika dari puluhan jenis ibadah (kebaikan) itu masih banyak yang belum diamalkan. Bukankah, sebaik-baik ilmu itu yang manfaat dan diamalkan?Wallahu A’lam. Semoga bermanfaat.

Tulisan sebelumnyaSMK Ma’arif NU 1 Ajibarang Turut Bangun Potensi Desa
Tulisan berikutnyaKH Masruri Abdul Mughni, Kisah Hidup Sang Murobbi

2 KOMENTAR

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini