Kiai NU Harus Membahas Tauhid

Kiai NU

AJIBARANG, nubanyumas.com – Para Kiai NU harus mulai membahas tauhid ala ahlussunnah wal jama’ah, tidak hanya membahas fikih saja dalam kehidupan sehari-hari.

Hal itu dikatakan Ketua Tanfidziyah PCNU Banyumas, Kiai Sabar Munanto dalam acara Refleksi Harlah NU ke 96 dan Doa Bersama, yang diadakan MWCNU Kecamatan Ajibarang, Minggu(6/2/2022) malam, di SMA Ma’arif NU 1 Ajibarang.

Pembahasan Aqidah Islamiyah menjadi penting, lanjut Sabar karena kekuatan di luar NU yang merongrong Nahdlatul Ulama lebih banyak menyerang dari sisi tauhid.

Saat ini kekuatan tersebut mulai menguasai pos pos penting di berbagai lembaga, terutama di kampus-kampus. “Kalau dulu suara mereka kecil, sekarang mereka mulai menguasai senat di kampus-kampus, ini harus jadi perhatian pengurus NU,” tegasnya.

Mengutip Gus Baha, Kiai Sabar menekankan bagaimana konsep man akhiru kalami La ilaa ha illalloh tidak hanya untuk diri sendiri, tapi bagaimana anak cucu kita masih tetap mengucapkan itu.

Harapannya supaya anak-anak NU ketika memasuki kampus bisa punya benteng aswaja, tidak gampang terpikat ajaran di luar NU.

Baca Juga : Peringati Harlah NU ke 96, MWCNU Ajibarang Gelar Refleksi

Pada kesempatan itu, tokoh yang akrab dipanggil Pak Sabar itu mengingatkan untuk mengaktifkan kembali Koin NU di Ajibarang, sebagai pendanaan resmi NU dari tingkat ranting sampai PC.

Karena kelompok yang punya proyek menghilangkan TBC tersebut sangat solid dalam hal pendanaan. Mereka menguasai ekonomi dari hulu ke hilir sehingga sangat solid dalam hal merawat masjid, dan sekolah-sekolah.

“Oleh karena itu NU sebagai organisasi yang lebih besar harus lebih semangat, dan Koin NU merupakan wasilah untuk bergerak, terutama bagi pergerakan kemandirian organisasi,” tutupnya. (*)

Tulisan sebelumnyaPeringati Harlah NU ke 96, MWCNU Ajibarang Gelar Refleksi
Tulisan berikutnyaGas! Koin NU Tahun 2022 Ditarget Rp 4 Miliar

1 KOMENTAR

  1. Memang betul, mengingat periode iman sdh lebih dulu terlaksana pd periode Nabi di mekah yg kemudian pd periode madinah Nabi membimbing islam sampai dg sareat hajji, dimana berselang beberapa hari beliau wafat.
    Maka tinggalah ikhsan yg notabene adlh tauhid, inilah yg masih kurang dipahami secara menyeluruh.

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini