Ketika Hotel Menjadi Rumah Sakit Darurat

COVID-19 memang merubah banyak hal di dunia ini. Sesuatu yang kelihatan mustahil di tahun sebelum 2019, banyak yang kemudian menjadi fakta, dan membuat kita geleng-geleng kepala dan tertegun saat ini. Sesuatu yang bagaikan kutub utara dan kutub selatan, yang sangat mustahil untuk bertemu, karena Covid-19 menjadi bisa berdekatan. Kondisi yang dulunya bagaikan sorga yang penuh gelak tawa, sekarang bisa berubah total menjadi situasi seperti gambaran neraka yang sarat derai tangis menggema.

Adalah Sarikun, laki-laki sepuh yang sejak kecil tak pernah lepas dari wilayah hutan lereng gunung Slamet sebelah selatan. Dari kecil ia sudah menjadi perumput untuk ternak-ternaknya. Tahun 80-an ia melihat gegap gempitanya perkembangan wisata di daerah itu. Sarana transportasi dan akomodasi dibangun. Ia pun ikut membangun sebuah hotel berbintang di masa itu.

Setelah hotel jadi, ia pun melihat bagaimana turis mancanegara seperti Belanda, Belgia, Inggris setiap minggunya menginap di hotel tersebut. Keceriaan, gelak tawa, pesta, pakaian serba minim dan aktifitas lainnya menjadikan tempat itu seperti al jannah an na’im bagi mereka yang datang ke negeri ini untuk menghamburkan uang. Bebas melepas apa saja semau mereka.

Sarikun, sampai hari tuanya tetap menjadi perumput, setelah pekerjaan utamanya sebagai penggarap sawah dan menjadi kuli bangunan usai di sore hari. Tahun 1990 an, saat melewati hotel itu, dengan memikul rumput yang digulung depan belakang, ia sering diberhentikan oleh turis asing. Ia difoto dan divideo, kemudian hasil foto dan video itu dibawa pulang ke negaranya. Ia mendapatkan uang, rokok, permen, tak jarang juga ia dikasih makanan.

Apa yang terjadi hari ini? Sarikun berdiri di depan hotel megah itu. Rumput hijau yang ia pikul gagah bertengger di pundaknya. Dulu, para Guide menyetopnya untuk diabadikan para turis asing yang dibawa biro-biro dari berbagai kota.

Baca Juga : TOP! Momentum Idul Adha Baanar Lakukan Kegiatan Keren

Kini, ia tercengang. Dulu, mobil yang datang ke hotel itu, adalah mobil yang mengantarkan orang-orang yang sedang gembira. Kini keadaannya berbalik seratus delapan puluh derajat. Sekarang yang datang ke tempat itu, tak lagi ada gelak tawa yang mengembang, yang dibawa travel mewah.

Sarikun tua tertegun, melihat kondisi seperti itu. Dulu aura hingar bingar pesta senantiasa menjelma disana. Kini, aura itu hilang lenyap. Hilir mudik kendaraan yang masuk kawasan itu, tak lagi mobil travel dari biro-biro terkenal, namun berganti dengan mobil ambulan yang penuh kesedihan. Hotel itu kini telah berubah menjadi Rumah Sakit Darurat Covid-19. Sarikun tua, mengeja kalimat itu sambil termangu. (*)

Tulisan sebelumnyaTOP! Momentum Idul Adha, BAANAR Lakukan Kegiatan Keren
Tulisan berikutnyaMusim Pandemi, UIN Saizu ‘Peduli dan Berbagi’

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini