Buku Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama PBNU merupakan karya KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang mengkaji mengenai bagaimana transformasi yang harus dijalani Nahdlatul Ulama (NU) untuk berperan aktif dalam memajukan Indonesia dan umat Islam di masa depan.
Dalam bukunya, Gus Yahya mendorong generasi milenial dan komunitas NU sedunia untuk melaksanakan reformasi NU. Perubahan zaman yang semakin cepat menjadi tantangan bagi generasi muda khususnya generasi NU untuk segera memperbarui pola pikir, perilaku dan sikapnya.
Gus Yahya kerap dianggap sebagai penerus ideologi KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang ingin mengajak generasi milenial dan masyarakat NU segera melakukan reformasi organisasi. NU harus mampu melahirkan ide dan pemikiran baru yang inklusif dan kompetitif.
Baca Juga :Â Satgas GKMNU, Agenda PBNU Untuk Kemaslahatan Umat
Gus Dur menggelorakan diksi Tajdid Jam’iyyah dengan maksud adanya perubahan dalam konteks sosial, ekonomi, dan politik. Kalimat tersebut dituangkan penulis di lembar pertama di bawah judul yang dituliskan Tajdid Jam’iyyah Untuk Khidmad Milenial. Dalam buku ini setidaknya ada 5 bab dengan pembahasan yang sangat relevan dengan kondisi sekarang ini.
Bab satu dan dua dari buku ini membahas dua isu penting, yaitu Islam di Tengah Dunia yang Berubah dan Merintis Peradaban Baru. Bab satu membahas tentang bagaimana posisi Islam di tengah dunia yang terus berubah dan semakin berkembang. Banyak sekali permasalahan yang ada di dunia saat ini seperti kemiskinan, ketidakadilan, ketidakstabilan politik dan konflik antar negara.
Gus Yahya mengatakan Islam harus mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan dan tantangan dunia. Islam harus mampu memberikan solusi inovatif terhadap berbagai permasalahan sosial dan politik masyarakat. Dalam hal ini Islam dapat memberikan kontribusi yang besar dengan menawarkan solusi berdasarkan nilai-nilai Islam. (hlm. 11-50)
Bab kedua membahas bagaimana NU menciptakan peradaban baru di Indonesia. Seluruh warga NU harus menjadi agen perubahan dan inovator di masyarakat. NU harus mampu melahirkan ide-ide inovatif. Gus Yahya mengungkapkan, NU mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan peradaban Indonesia, sehingga NU harus mampu berkembang menjadi organisasi yang memiliki daya saing.
Untuk berpartisipasi, NU harus menjadi pelopor peradaban baru yang memberikan manfaat positif dan nyata bagi masyarakat dan negara. Penulis menekankan tantangan NU dalam menyikapi permasalahan baru yang muncul sehubungan dengan globalisasi dan modernisasi. Penulis juga membahas bagaimana NU perlu memposisikan diri dalam menghadapi perkembangan teknologi dan tantangan baru lainnya. (Hlm 51-72)
Bab ketiga buku ini membahas tentang perubahan pola pikir di NU, khususnya terkait tiga topik, yakni ranah pengabdian atau pengabdian, tujuan program, dan hubungan antarjenjang kepemimpinan. NU harus mampu memperluas wilayah khidmahnya agar dapat menjangkau lebih banyak masyarakat dan memperbaiki kondisi sosial.
Dalam hal ini, NU harus mampu mengembangkan dan melaksanakan programnya dengan bekerja sama dengan beberapa pihak dan melibatkan masyarakat. Program khidmah harus dirancang berdasarkan kebutuhan dan harapan masyarakat serta mempertimbangkan konteks sosial dan budaya yang berlaku di masyarakat agar dapat memberikan manfaat. Selain itu, NU harus mampu mengoptimalkan kinerja dan sinergi antar tingkatan kepengurusan untuk melaksanakan program pengabdian secara efektif dan efisien.
Dalam konteks buku ini, khidmah diartikan sebagai kemampuan NU dalam menghubungkan ketiga jalur tersebut dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terus berkembang. Hal ini dilakukan agar NU dapat memberikan kontribusi positif dan nyata bagi pembangunan masyarakat dan negara. (Hlm 73-94)
Pada bab keempat, Gus Yahya menyatakan bahwa untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan beragam, NU harus memperkuat kerangka yang ada agar tetap relevan di masa depan. Untuk membangun peradaban, NU harus membangun konstruksi perjuangan. Oleh karena itu, Gus Yahya mengusulkan tiga jalur kebangkitan NU, yaitu kebangkitan intelektual, kebangkitan teknokratis, dan kebangkitan kewirausahaan. (Hlm 95-122)
Bab terakhir Gus Yahya membahas tentang konsep makrifat yang berkaitan dengan pemahaman nasib organisasi dan peradaban. Makrifat dalam konteks NU berarti menekankan bahwa NU harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang makna, tujuan dan filosofi organisasi agar dapat memahami peran dan tanggung jawab organisasi terhadap masyarakat dan dunia Islam.
Penulis juga mengkaji hubungan antara organisasi dan nasib peradaban. Menurutnya, organisasi seperti NU mempunyai peran penting dalam pergerakan peradaban Islam. Organisasi yang baik dan kuat dapat menjadi agen perubahan masyarakat dalam memperkuat identitas umat Islam. Oleh karena itu, NU harus terus memperkuat organisasinya untuk mewujudkan misinya.
Baca Juga :Â Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU): Buah Pikir Gus Yahya Tentang NU Untuk Dunia
Selain itu, buku ini juga menekankan pentingnya membangun hubungan antara agama dan masyarakat serta menciptakan dialog antara budaya dan agama. Penulis mencoba menggambarkan betapa pentingnya memahami nilai-nilai Islam secara holistik dan terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. (Hlm 123-136)
Nilai lebih buku ini adalah ditulis dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami sehingga dapat dibaca oleh semua kalangan dari berbagai latar belakang. Selain itu, hampir di setiap pembahasan buku ini terdapat beberapa foto para ulama NU yang memudahkan pembaca dalam memahami, menafsirkan dan mengambil kesimpulan yang memuaskan pembaca.
Selain itu, foto juga dapat dijadikan sebagai argumentasi dan bukti otentik. Buku ini sangat cocok dibaca oleh siapa saja yang ingin memahami sejarah perjuangan Islam di Indonesia. Ada satu hal yang menarik dalam buku ini, yakni wahyu penulis tentang dinamika perjuangan NU di zaman modern. Penulis menekankan tantangan NU dalam menyikapi permasalahan baru yang muncul sehubungan dengan globalisasi dan modernisasi.
Buku ini layak dibaca dan penulis mampu memberikan gambaran menyeluruh tentang sejarah dan perjuangan Nahdlatul Ulama dalam memperjuangkan Islam di Indonesia serta memberikan gambaran jelas betapa pentingnya peran NU dalam membentuk masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Secara keseluruhan, buku ini sangat bermanfaat untuk memperluas pemahaman tentang perjuangan NU dan transformasinya untuk mewujudkan cita-cita peradaban. Buku ini direkomendasikan bagi siapa saja yang ingin mempelajari lebih jauh tentang sejarah NU dan peran organisasi tersebut dalam membentuk masyarakat dan budaya Indonesia.
Namun kelemahan buku ini adalah pembaca yang ingin mendalami konsep peradaban lebih detail mungkin memerlukan referensi tambahan yang mendalami konsep peradaban itu sendiri. Buku ini sengaja disusun sebagai dorongan untuk melakukan kajian, halaqah atau konferensi lebih lanjut berdasarkan konsep dominan fiqih peradaban.
Penulis lebih memfokuskan pada pengalaman, pemikiran, dan tindakan konkrit yang pernah dilakukan serta upaya-upaya yang diusungnya dalam memajukan Nahdlatul Ulama. Selain itu, buku ini juga perlu untuk membahas tantangan dan peran Nahdlatul Ulama dalam mendorong perdamaian dan toleransi di masyarakat yang semakin berkurang.
Baca Juga :Â Ribuan Pentakziyah Antar Almarhumah Istri dari Ketua LP Ma’arif NU Banyumas ke Peristirahatan Terakhir
Topik ini menjadi penting mengingat masih adanya berbagai permasalahan terkait konflik dan ketidakadilan di tengah-tengah masyarakat, oleh karena itu peran NU sebagai organisasi keagamaan besar mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menghadirkan perdamaian dan toleransi di masyarakat.
Peresensi : Laili Mukarromah / Mahasiswi UIN Saizu Purwokerto
Judul buku : PBNU Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama
Penulis : KH Yahya Cholil Staquf
Penerbit : Mata Air
Tahun terbit : 2020
Tebal : 148 Halaman
ISBN : 9786027465763