Masjid Al Azhar Cairo, Sebuah Penghormatan kepada Fathima Al Zahra

Masjid Al Azhar Cairo, sebuah penghormatan kepada Fathima
Penulis berfoto di samping Masjid Al Azhar

Masjid dengan lima pilar menjulang yang salah satunya bernama Al-Ghuri (ciri khas pilar ini adalah bercabang dua), merupakan Masjid “ke-Gemilang-an” yang merujuk kepada Fathima al-Zahra binti Rasulullah Muhammad SAW.

Kegemilangan Masjid Al Azhar itu pulalah yang akan dirasakan setiap orang yang melihat dan berada di dalamnya. Kagum dan tentunya membayangkan ketika dahulu dimulainya kegiatan-kegiatan ilmu dan peribadatan di tempat ini.

Begitu pula dengan penulis, yang mencoba membayangkan betapa dinamisnya dahulu saat para murid mendengarkan ilmu yang disampaikan para guru-guru mulia dari atas mimbar yang hingga kini masih kokoh di salah satu sisi bangunan Masjid ini.

Penulis membayangkan seperti saat ini kita bisa melihat majelis ilmu Syekh Ali Jum’ah di Cairo dan Habib Omar bin Hafidz di Tarim, Hadhramaut yang selalu ramai dihadiri murid-murid. Mereka bisa saling berinteraksi dan sangat dekat dengan guru-guru mulia.

Masjid Al Azhar terletak sebelah barat Maidan Tahrir sekitar 3 km dari pusat kota, berdekatan dengan pasar/bazar tertua di Cairo El-Khan Khalili Bazaar (pasar tradisional tertua di cairo) dan Masjid Al-Hussain. Mulai dibangun pada tahun 970 bersamaan dengan pembangunan kota Al-Qahira. Pembangunannya dipandegani oleh Panglima Jauhar al-Shiqilli atas perintah dari Muiz II Lidiinillah yang memerintah pada Dinasti Fathimiyyah yang berpusat di Tunisia.

Pembangunan Masjid Al Azhar ini terbilang cepat untuk ukuran dan ornamen Masjid yang besar dan megah. Hanya membutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk membangun Masjid ini dari awal hingga dapat digunakan.

Masjid ini dinamakan Al-Azhar karena merujuk pada putri tercinta Nabi SAW yakni Fathima al-Zahra yang bermakna “gemilang/cerah berkilau” serta mempertahankan ciri khas Masjid-Masjid Dinasti Fathimiyah yang bercorak putih cerah berkilauan.

Masjid Al-Azhar awalnya dibangun untuk kepentingan penyebaran Syiah di wilayah Cairo dan sekitarnya. Mulai berubah menjadi Pusat Studi Ahlusunah (Sunni) setelah penaklukkan oleh Sultan Shalahudin Al-Ayyubi. Di Masjid Al-Azhar inilah poros Ilmu Pengetahuan Islam berlangsung dan berputar hingga sekarang.

Masjid Al-Azhar inilah tempat dimulainya Universitas Islam pertama di dunia. Perlu dicatat bahwa Al-Azhar bukanlah Universitas pertama di dunia, tapi Universitas Islam Pertama di Dunia. Karena Universitas Pertama di Dunia adalah Universitas Al-Qarawiyyin yang didirikan Fatima Al-Fihri di kota Fes, Maroko pada tahun 859 sedangkan Al-Azhar hanya mempelajari Ilmu Islam dan dibangun tahun 970.

Baca Juga : Masjid Amru bin Al Ash

Jami’al Azhar atau Universitas Al-Azhar merupakan rumah ilmu pengetahuan bagi kalangan ilmuwan Islam sejak lama. Tercatat nama-nama seperti Ibnu Al-Haithami yang dikenal sebagai ilmuwan optic dengan karya fenomenalnya yakni Al-Manadhir pernah menetap di sini hingga akhir hayatnya. Begitu juga dengan pakar Nahwu-Sharaf Al-Hufiy yang menetap di Jami’al Azhar ini hingga akhir hayatnya.

Ada keunikan dari corak arsitektur Masjid Al-Azhar ini. Mulai dari ukir-ukiran pada pilar-pilar Masjid serta jumlah menara yang salah satunya memiliki ciri khas bercabang dua. Menara bercabang ini mencirikan Masjid-Masjid kuno yang ada di Mesir, yang ghalib nya selalu berjumlah dua “bangunan/contong”. Pada bagian tengah Masjid ini terdapat sebuah ruang terbuka yang sangat luas. Shan atau ruang terbuka inilah yang dulunya digunakan sebagai tempat sholat berjama’ah dan dilanjutkan mengkaji ilmu dari para syaikh yang ditunjuk sesuai jadwalnya. Termasuk Imam Syafi’i sering dipanggil untuk menyampaikan kajian ilmunya di Masjid Al-Azhar ini.

Terdapat sebuah pintu utama yang diberi nama Bab Al-Muzayyini dengan ornamen stalaktit menghiasi gerbang ini. Masuk dari pintu ini kemudian menuju serambi, akan didapati pada sebelah kiri serambi adalah sebuah ruang Madrasah Aqbaughawiyyah, yang dibangun tahun 1340 dan saat ini difungsikan sebagai Perpustakaan. Sementara di sebelah kanan serambi terdapat ruang Madrasah Taybarsiyah yang dibangun tahun 1310. Di dalam area Masjid Al-Azhar terdapat beberapa tempat pengajian yang disebut ruwaq.

Ada Ruwaq Abbasiyah, Ruwaq Atrak, Ruwaq Maghribah dan Ruwaq Syam. Ruwaq-Ruwaq tersebut masih digunakan hingga sekarang untuk mengkaji kitab-kitab fikih, hadits, akidah dan bahasa oleh Masyayikh dari Universitas Al-Azhar.

Di bagian depan Masjid terdapat dua buah ruang atau disebut Dhillah yang digunakan untuk pengajian besar dan sholat berjama’ah. Untuk sholat berjama’ah menggunakan Dhillah Utsmaniyah dan untuk pengajian ilmu skala besar menggunakan Dhillah Fathimiyah.

Masjid Al Azhar secara keseluruhan masih dapat digunakan sesuai fungsi-fungsinya sejak lama, meskipun saat ini Universitas Al-Azhar sudah memiliki beberapa bangunan kampus yang tersebar di beberapa provinsi di Mesir.

Menuntut ilmu di tempat yang aman, nyaman, megah dan lengkap adalah keniscayaan keberhasilan seorang murid mencerna ilmu dari gurunya. Bangunlah pusat ilmu yang nyaman, aman dan megah. (*)

Tulisan sebelumnyaPerbanyak Sholawat Ya Nak!
Tulisan berikutnyaKontrasepsi Tidak Sama dengan Membunuh Mahluk

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini