Masjid Amru bin al-Ash

Masjid Amru bin Al Ash, masjid tertua di Mesir+

AMRU bin al-Ash adalah salah satu Sahabat Nabi Muhammad SAW yang awalnya merupakan tokoh Quraisy yang dipercaya sebagai diplomat karena keahliannya dalam berdiplomasi dan memimpin pasukan. Amru bin al-Ash masuk Islam dan menjadi sahabat utama Nabi Muhammad bersama Khalid bin Walid.

Sebelum mengikuti Nabi Muhammad SAW, beliau adalah utusan Quraisy untuk membujuk Raja Najasyi di Habasyah untuk mau mengembalikan rombongan hijrah kaum Muslimin pertama yang berada di Habasyah, namun tidak berhasil.

Setelah memeluk Islam, beliau mendampingi Nabi Muhammad SAW dalam penaklukan Makkah (fathul makkah). Beliau juga memimpin pasukan Islam menaklukkan Baitul Maqdis dari tangan Romawi.

Beliau diangkat menjadi Gubernur Mesir pada masa Khalifah Umar bin Al-Khattab, namun mengundurkan diri saat Utsman bin Affan menjadi Khalifah. Beliau kembali diangkat menjadi Gubernur Mesir pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan.

Siapapun yang singgah di Mesir, pasti akan teringat dan terkagum-kagum dengan salah satu panglima agung tentara Islam ini.

Amru bin al-Ash pertama kali mendarat di Mesir bersama pasukannya pada tahun 640 M atau 14 Hijriyah di kawasan Arisy. Kekuatan Romawi di Mesir tak bisa dianggap sebelah mata.

Amru bin al-Ash pun pernah meminta kepada Khalifah Umar bin Al-Khattab untuk mengirimkan tambahan pasukan hingga 10.000 orang untuk membantunya di Mesir. Amru bin al-Ash membutuhkan banyak pasukan untuk mengambil alih sebuah benteng pertahanan Romawi di kawasan Fustath. Amru bin al-Ash akhirnya dapat menaklukkan Fustath dan mendudukinya. Namun, beliau belum puas dengan kemenangan tersebut lalu meminta izin pada Khalifah Umar bin Al-Khattab untuk bergerak ke Iskandariyah yang saat itu menjadi Ibukota Mesir. Di Iskandariyah inilah Gubernur Muqauqis bermukim, karenanya Amru bin al-Ash merasa perlu untuk menaklukkan Iskandariyah.

Selama menduduki Mesir, beliau lebih banyak bermukim di Fustath yang telah ditaklukkannya. Di Fustath inilah beliau mendirikan sebuah Masjid. Masjid di Fustath ini merupakan Masjid pertama yang dibangun umat Islam yang mengikuti Amru bin al-Ash di Benua Afrika.

Nama Masjid ini sangat banyak, diantaranya dinamai Masjid Taj Al-Jawami’ (mahkota masjid-majid), disebut juga sebagai Masjid Jami’ Al-‘Atiq (masjid tertua) dan disebut juga Masjid Ahlu Al-Rayah (masjid panji islam). Sekarang, Masjid tersebut lebih dikenal dengan nama Masjid Amru bin al-Ash.

Sebelum berdirinya Masjid Al-Azhar, di Masjid Amru bin al-Ash inilah yang dijadikan tempat berkegiatan bagi beberapa kalangan keilmuan (pendidikan). Bahkan dikatakan dalam sejarah Islam di Mesir, bahwa Masjid ini dapat menampung murid/santri hingga 5000 orang. Imam Syafi’i juga tercatat pernah mengajar di sini, selain mengajar di Madrasah beliau sendiri, yang saat ini menjadi Masjid Imam Syafi’i yang akan kita bahas pada tulisan seri ziarah berikutnya.

Awal pembangunan Masjid Amru bin al-Ash ini, menggunakan lahan seluas 1.500 M2 dengan model bangunan yang sangat sederhana. Renovasi pertama dilakukan pada masa Musallamah Al-Anshari menjadi Gubernur Mesir, di era Muawiyah bin Abu Sufyan. Perluasan kedua dilakukan pada masa Gubernur Abdul Aziz bin Marwan sekitar tahun 698 M atau 79 Hijriyah.

Kemudian pada masa Dinasti Fathimiah berkuasa, mulailah Masjid ini mendapat sentuhan lebih sedikit berbeda. Ditambahkannya mozaik-mozaik dan lapisan marmer pada beberapa bagian Masjid menjadikan Masjid ini lebih terlihat modern.

Restorasi besar-besaran terjadi pada masa Murad Bey dari Dinasti Usmani sekitar tahun 1797 M atau 1212 Hijriyah. Karena banyaknya bagian Masjid yang rapuh, maka diadakan pembongkaran untuk digantikan dengan material-material yang lebih kokoh.

Ciri khas Masjid-Masjid di Afrika adalah adanya Shan atau tempat wudhu melingkar yang posisinya berada di tengah areal Masjid. Shan yang berada di tengah-tengah kawasan Masjid yang luas ini tetap dipertahankan meskipun sudah tidak lagi difungsikan sebagai tempat ber-wudhu.

Kesan modern tanpa meninggalkan ornamen tradisional Masjid pada masa awal, dihiasi pilar-pilar kokoh dan keramik marmer putih menambah keindahan Masjid Amru bin al-Ash ini. Fungsi Masjid sebagai tempat ibadah harian masih tetap berlangsung tanpa adanya pengurangan ruang. Seluruh areal Masjid masih bisa dan boleh digunakan untuk kegiatan ibadah, belajar maupun wisata.

Masjid ini selalu dipadati jama’ah yang datang untuk beribadah. Akan tampak sangat penuh sesak apabila tiba bulan Ramadhan. Pada malam-malam bulan Ramadhan, dipastikan Masjid ini akan penuh sesak karena jama’ah yang hadir bisa mencapai puluhan ribu orang. (*)

Tulisan sebelumnyaBima dan Dewa Ruci, Manusia Sebagai Bentuk Ringkas Alam Semesta
Tulisan berikutnyaSistem Penjamin Mutu UNU Purwokerto Disosialisasikan

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini