Kisah Ahli Maksiat yang Mendapat Rahmat Allah SWT

NUBANYUMAS.comOPTIMISME dan harapan merupakan sikap yang harus selalu ada dan tertanam dalam tubuh seorang mukmin. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk berputus asa. Terlebih berputus asa dari rahmat Allah SWT. Pada dasarnya, kata rahmat sendiri berarti “kelembutan yang menuntut berbuat baik kepada yang disayangi”. Dalam kata lain, Rahmat diartikan sebagai kasih sayang.

Ampunan dan kasih sayang (Rahmat) Allah SWT itu sangat luas dan tak terhingga. Karena itulah kita dilarang berputus asa sedikitpun. Seberapa pun besar dan banyak dosa yang pernah kita lakukan, ampunan dan rahmat Allah masih lebih besar dan lebih banyak lagi. Begitu pula kita tidak boleh membuat orang lain berputus asa dari ampunan dan rahmat-Nya.

Syeikh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury dalam kitab “Al Mawa’idh al ushfuriyah” mengutip sebuah hadis tentang derajat orang ahli maksiat yang terus berharap ampunan Allah SWT, dibandingkan ahli ibadah yang pesimis dan putus asa.

عن ابن مسعود رضي الله تعالى عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الفاجر الراجي رحمة الله تعالى أقرب إلى الله تعالى من العابد المقنط.

Dari ibnu mas’ud RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : Pelaku dosa yang mengharap rahmat Allah lebih dekat kepada Allah daripada ahli ibadah yang memutus rahmat.

Sebagaimana yang dikisahkan dalam kitab tersebut, Syeikh Muhammad Ushfury menukil kisah dari Zaid bin Aslam dari Sayidina Umar R.A. yang menceritakan bahwa dahulu ada seseorang yang sangat rajin dan bersungguh-sungguh dalam beribadah. Ia beribadah hanya untuk dirinya sendiri, tidak mempedulikan orang lain. Dia merasa lebih baik dan lebih pantas mendapatkan rahmat Allah ketimbang orang lain.

Saat orang itu meninggal, lantas bertanya kepada Allah “Wahai Tuhan apa yang Engkau siapkan untukku dari-Mu?

Allah menjawab “Neraka!”,

Wahai Tuhan, lantas dimana ibadahku dan kesungguhanku?” keluhnya penuh harapan.

Allah pun menjawab “Sesungguhnya engkau telah memutus orang-orang dari rahmat-Ku di dunia maka hari ini Aku memutusmu dari rahmat-Ku”.

Dalam hikayat lain, Syeikh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury menceritakan sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Hurairah R.A dari Nabi SAW bahwa ada seseorang yang sepanjang hayatnya tidak pernah berbuat kebaikan sama sekali. Satu-satunya kebaikan yang dimilikinya hanyalah tauhid, keimanan kepada Allah SWT.

Suatu ketika saat ia akan meninggal, ia berpesan kepada keluarganya, “Jika aku mati bakarlah sampai menjadi abu. Jika telah menjadi abu, maka taburkanlah ke laut sewaktu banyak angin,”

Setelah ia mati, para keluarganya melaksanakan wasiatnya itu. Tiba-tiba dia berada dalam genggaman Allah, Allah pun bertanya “Mengapa kau melakukan perbuatan seperti itu?” dia menjawab “Ya Allah, aku lakukan hal ini karena ketakutanku pada-Mu”. Maka Allah pun mengampuni dosa-dosanya karena ia sangat takut kepada-Nya. []

Tulisan sebelumnyaPesan Ke-tiga dari Sang Habib
Tulisan berikutnyaRefleksi Gerakan Muslimat di Masa Pandemi

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini