Impian ‘Kantong Basah’ dari Kue Kering dan Hantaran

KATANYA sekarang ini sudah zamannya harus produktif tidak konsumtif. Jangan hanya semangat belanja, mengeluarkan uang. Tapi, semangat menghasilkan uang. Dan untuk itu tidak perlu dibayangkan harus buka usaha atau punya pabrik besar. Memang bisa?

“Contoh saja kue kering. Ibu-ibu seneng jadi pembeli atau pembuat? Kalau senengnya beli terus ya konsumtif namanya. Tapi kalau melihat peluang dan senang bikin, itu kan jadi duit. Seneng nggak kan kalau dapet duit?” kata anggota Komisi C DPRD Jawa Tengah, Siti Rosidah.

Kak Ros, sapaan akrab Siti Rosidah, menceritakan pengalamannya kepada nubanyumas.com usai hadir di pelatihan membuat hantaran dan kuekering di Gunung Lurah, Sabtu (4/11/2023). Kegiatan produktif sepekan lalu itu, kata Rosidah yang asli Planjan Kesugihan, antusias diikuti puluhan ibu-ibu muslimat.

“Kue kering dipilih karena ini usaha makanan. Ibaratnya kebutuhan pokok manusia. Bahkan ada juga produksi kue kering yang jangka panjang. Kue kering menu usaha utama, sampingannya hantaran. Atau bisa kerjasama beberapa ibu muslimat,” kata Siti Rosidah lagi.

WhatsApp Image 2023 11 04 at 19.35.36 1 - NU Online BanyumasLalu kenapa hantaran? Kak Ros yang anggota Fraksi PKB tersebut punya alasan. Menurutnya, hantaran itu sudah jadi gaya hidup (life style). Artinya sekarang itu hantaran sudah menjelma ‘kebutuhan gaya hidup’. Tidak lagi dominasi di kota, acara resmi tapi juga merambah desa.

“Hantaran itu biasa paketnya dengan usaha makeup, wedding organizer. Itu kebutuhan gaya hidup zaman sekarang. Semoga pelatihan ini semakin membuat semangat ibu-ibu lebih produktif dan berfikir usaha,” kata Siti Rosidah yang juga bendahara PW Muslimat NU Jawa Tengah.

Ketua Ranting Muslimat NU Gununglurah, Hj Muzayyanah menyambut baik kegiatan tersebut. Harapannya kegiatan tersebut menambah kesadaran peserta akan pentingnya usaha. Ternyata, usaha tidak harus modal besar. Tapi dibutuhkan ketlatenan.

“Kegiatan berbasis ekonomi kerakyatan ini jadi menu tambahan muslimat dan menarik. Kalau yang sudah otomatis kan kegiatan keagamaan. Nah, dengan menu baru ekonomi, semoga tumbuh usaha kecil dari desa yang jadi penopang perekonomian,” katanya.

Tulisan sebelumnyaBagaimana Hukumnya Poligami, Simak Selengkapnya Ngintro LDNU Banyumas Tentang Fiqh Poligami Antara Teori dan Praktik
Tulisan berikutnyaPramuka UIN SAIZU Purwokerto Gelar GEMPAR IV

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini