Dapat Haus dan Lapar Saja Tak Apa-apa

Dalam sebuah forum pengajian, Ustadz Sodiq menyampaikan dengan lantang bahwa ibadah puasa harus dilakukan oleh seorang muslim dengan totalitas, sesuai dengan syariat yang diajarkan oleh kanjeng nabi.

Berpuasa itu artinya menahan, tapi bukan sekedar menahan rasa haus dan lapar, karena jika hanya menahan rasa haus dan lapar, semua makhluk ciptaan Nya dapat melakukanya. Tak peduli rakyat atau pejabat, orang bisa atau punya pangkat, mereka semua dapat dengan mudah menahan rasa haus dan lapar.

Puasa itu hakikatnya menahan hawa nafsu yang lebih besar daripada itu semua. Menahan untuk tidak melakukan sesuatu yang dilarang oleh Nya, menahan untuk tidak mengkhianati diri sendiri dalam beribadah kepada Nya dan menjaga hati dari hal-hal keji yang dapat membuat murka Nya.

Imam Al Ghazali dalam kitab Al Ihya Ulumuddin telah membagi ibadah puasa menjadi tiga kategori penting, yaitu puasa orang umum, puasa orang khusus dan puasa orang sangat khusus.

Puasa orang umum yaitu puasanya orang awam. Orang-orang yang berpuasa hanya sekedar menggubah jadwal makan, siang diganti jadi malam, hanya sekedar menahan rasa haus dan lapar, tidak lebih dari itu.

Katagori kedua, puasa orang khusus. Orang-orang yang berpuasa tidak hanya mengubah jadwal makan, tidak hanya menahan haus dan lapar, tapi juga menahan hal-hal lain yang dapat mengurangi khidmatnya puasa. Maksiat.

Selanjutnya, katagori terakhir yaitu puasa orang sangat khusus, puasanya orang-orang istimewa. Mereka berpuasa tidak hanya menahan diri dari maksiat, tapi juga menahan hatinya dari keraguan tentang hal-hal keakhiratan, menjaga hati dari persoalan duniawi serta menjaga pikiran agar tidak berpaling kepada selain Tuhan Nya.

Sekali lagi, Ustadz Sodiq mewanti-wanti kepada jamaahnya agar dapat berpuasa secara totalitas. Jangan hanya berpuasa sebagai orang umum, tapi harus berpuasa sebagai orang khusus.

Syukur-syukur dapat puasa dengan sangat khusus. Agar puasa yang dilakukan tidak hanya menahan rasa haus dan lapar, tapi juga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.

“Karena percuma jika puasa Ramadhan yang sudah dilakukan setiap tahun tidak berdampak apa-apa terhadap hati kita,” tegas Ustadz Sodiq dengan nada lantang.

Jauh dibarisan paling belakang jamaah pengajian, Kang Kasan mendengarkannya dengan wajah gelisah, bukan karena memikirkan ibadah puasa yang dilakukannya, namun karena pengajiannya tak kunjung bubar.

Bagi Kang Kasan, ibadah puasa tak serumit apa yang disampaikan Ustadz Sodiq barusan. Puasa itu ya Puasa, titik. Ia justru bersyukur karena masih dapat merasakan haus dan lapar saat sedang berpuasa, karena baginya itulah salah satu kenikmatan orang berpuasa.

“Duh Gusti, jika memang hanya haus dan lapar yang engkau berikan, itu tak apa-apa bagi saya. Karena saya juga tak berharap apapun dari ibadah puasa yang saya lakukan,” ucap Kang Kasan dalam hati kecilnya.

Sekian…

Tulisan sebelumnyaSebuah Obituari, Mengenang KH Ashifuddin Sokawera
Tulisan berikutnyaKeutamaan Sholat Tarawih Malam ke 20, Mendapat Pahala Seperti Para Syuhada dan Sholihin

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini