Tasyakuran Kemerdekaan, Ansor Kalibenda Kaji Sejarah Mbah Hasyim

Kaji sejarah mbah hasyim Asy'ari
Tasyakuran Kemerdekaan Ansor Banser Kalibenda

AJIBARANG, nubanyumas.com – Pimpinan Ranting (PR) Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Desa Kalibenda Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas mengadakan tasyakuran memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 Selasa,(17/08/2021) malam di Masjid Nurul Ikhsan Desa setempat.

Momentum untuk mengenang jasa para pahlawan itu digunakan oleh Ansor Kalibenda dengan mengkaji sejarah perjuangan KH Hasyim Asyari atau Mbah Hasyim, seorang ulama bergelar pahlawan nasional dari Jombang Jawa Timur sekaligus tokoh utama pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Ketua Ansor Kalibenda, Ahmad Mustolih menjelaskan sebagai kader NU, anggota Ansor Banser harus bisa mengenal dengan baik serta paham dengan sejarah perjuangan para pendiri NU, karena hal tersebut menurut Mustolih sangat penting, agar kader NU tak mudah melupakan sejarah.

“Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, apalagi sejarah para kiai pendiri organisasi NU, mereka jelas sangat berjasa bagi negara kita” tegas Mustolih menukil kata-kata Bung Karno.

Mustolih berharap, di hari kemerdekaan ini Ansor Banser Kalibenda menjadi semakin kompak dan solid, khususnya dalam menggerakan organisasi, agar program apapun yang dilaksankan memiliki dampak yang signifikan di lingkungan masyarakat.

Slamet Ibnu Ansori, pembicara tunggal pada forum malam itu mengawali kajian sejarah Mbah Hasyim dengan sebuah tayangan video yang menjelaskan profil KH Hasyim Asyari. Kemudian dilanjutkan dengan uraian tentang peran Mbah Hasyim dalam mengobarkan semangat resolusi jihad NU.

“Resolusi jihad NU yang keluarkan oleh KH Hasyim Asyari adalah sebuah upaya nyata, peranan penting NU untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan yang telah dibacakan oleh Bung Karno pada 17 Agustus 1945 di Jakarta,” jelasnya.

Baca Juga : Usai Upacara, 10 Ranting Fatayat Gumelar Bagikan Sembako untuk Kaum Duafa

Jadi, antara proklamasi kemerdekaan dan resolusi jihad NU adalah sebuah fase sejarah yang saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Namun selama ini, khususnya di dalam buku pelajaran sejarah terkesan ada sebuah sekat yang sengaja dibuat untuk memisahkan, padahal hal itu sangat berkaitan.

“Pertama proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, kemudian muncul resolusi jihad NU yang mengakibatkan pecahnya perang 10 November di Surabaya. Hari itu dikenal sekarang sebagai hari Pahlawan Nasional,” lanjutnya.

Dalam tiga peristiwa besar itu, KH Hasyim Asyari sebagai pemimpin tertinggi NU saat itu memiliki peranan yang sangat penting, bahkan menjadi rujukan Bung Tomo dalam mengobarkan semangat perjuangan rakyat lewat pekikan ‘Allahu Akbar‘.

Selain mengkaji sejarah Mbah Hasyim, pada malam itu juga diadakan tahlilan untuk para pahlawan. Semua pahlawan yang telah gugur dalam perjuangan melawan penjajah, diberi kiriman kado surat Al-Fatihah.(*)

Tulisan sebelumnyaIkhtiar Kita Tinggal Doa
Tulisan berikutnyaBangkitkan Nasionalisme, PAC Ansor Lumbir Kibarkan 17 Bendera

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini