Secuil Tentang KH Saifuddin Zuhri

Yang Diabadikan Menjadi Nama Perguruan Tinggi di Purwokerto

Secuiltentang Prof. KH Saifuddin Zuhri

BARU-BARU ini, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto berubah status menjadi Universitas Islam Negeri Prof. KH Saifuddin Zuhri ( UIN SAIZU). Perubahan ini dituangkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 41 tahun 2021 (11/05/2021).

“Dalam Perpres tersebut presiden menimbang bahwa untuk memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan proses integrasi ilmu Agama Islam dengan ilmu lain serta mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang UIN SAIZU Purwokerto dari yang sebelumnya berbentuk Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto,” tulis Tim Media 2021 dalam rilisnya yang dimuat di website resmi IAIN Purwokerto.

Lantas, siapakah KH Saifuddin Zuhri? Bagaimana sosok dan kiprahnya hingga namanya sampai diabadikan menjadi nama sebuah lembaga perguruan tinggi negeri islam di Kabupaten Banyumas.

KH Saifuddin Zuhri adalah seorang ulama pejuang kemerdekan dan intelektual NU, lahir di Desa Kauman, Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas 1 Oktober 1919. Dia lahir dalam keluarga sederhana, Ayahnya adalah seorang petani bernama H Mohammad Zuhri, ibunya bernama Siti Saudatun adalah seorang pengrajin batik.

Masa kecil Saifuddin dihabiskan untuk belajar dan mengaji. Pagi hari Saifuddin kecil belajar di Sekolah Ongko Loro, sore harinya mengaji di Sekolah Arab atau Madrasah Diniyah. Dari kedua tempatnya belajar itu, Saifuddin bisa mempelajari pola pikir keilmuan barat, dan sore harinya dia belajar tentang ilmu agama Islam. Ibunya pernah berpesan kepada Saifuddin muda untuk menyerap habis seluruh ilmu para kiai di Desa ini.

Setelah lulus dari Madrasah Ibtidaiyah Manbaul Ulum dan Salafiyah di Desanya, dan umurnya mulai menginjak usia 18 tahun Saifuddin Zuhri berangkat ke Solo untuk melanjutkan belajarnya di Lembaga Pendidikan (LP) Al-Islam, Solo.

“Untuk tidak dianggap sebagai ‘orang pinter kelas kampung,’ pada 1937 saat umurnya menginjak 18 tahun, yaitu beberapa waktu sesudah tamat dari Al Huda, Saifuddin merantau ke Solo untuk melanjutkan pelajaran,” tulis Muhamin Abdul Ghofur dalam buku Menteri-Menteri Agama RI: Biografi Sosial Politik berjudul KH Saifuddin Zuhri: Eksistensi Agama dan Nation Building.

Di Kota Solo, Saifuddin muda terus mengasah bakat dan keilmuanya. Dia juga mulai berkiprah dalam dunia pergerakan pemuda serta organisai, hingga dipercaya untuk menjadi pemimpin Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama Daerah Jawa Tengah Selatan dan Konsul Nahdlatul ‘Ulama Daerah Kedu.

“Kedua jabatan organisasi tersebut dia emban saat usianya masih kurang lebih 19 tahun”
Selain itu, Saifuddin muda juga sudah mulai akif mengajar sebagai Guru Madrasah. Kepiawaian menulisnya terus berkembang hingga mengantarkanya menjadi wartawan di kantor berita yang sekarang kita kenal dengan nama Lembaga Kantor Berita Nasional Antara, beberapa majalah dan suarat kabar.

Saat terjadi gejolak Palagan Ambarawa, KH Saifuddin Zuhri yang diberi amanat untuk menjadi komandan Hizbullah Jawa Tengah dan Anggota Dewan Pertahanan Daerah Kedu ikut berperang melawan penjajah dibawah komando Jendral Sudirman, bersama TKR dan rakyat.

Baca Juga: Pancasila Mati Harga

Kemudian di usianya yang ke 43 tahun, Persiden Sukarno mengangkatnya menjadi mentri agama yang ke 10, tepat hari jum’at 17 Februari 1962 mengantikan KH Wahib Wahab yang mengundurkan diri. Kisah pengangkatannya tersebut menjadi tanda tanya besar kala itu, karena waktu itu Bung Karno tiba-tiba memanggilnya menghadap ke istana negara.

“Penunjukan Saudara sudah saya pikir masak-masak. Telah cukup lama saya pertimbangkan. Sudah lama saya ikuti sepak terjang Saudara sebagai wartawan, politisi, dan pejuang. Saya dekatkan Saudara menjadi anggota DPA. Saya bertambah simpati. Baru-baru ini Saudara saya ajak keliling dunia, dari Jakarta ke Beograd, Washington, lalu Tokyo. Saya semakin mantap memilih Saudara sebagai Menteri Agama,” ujar Bung Karno ketika itu.

Penunjukan tersebut tidak langsung diiyakan oleh KH Saifuddin Zuhri. Dia memilih bersikap tawadu dan rendah diri, ia lantas meminta waktu kepada bung karno untuk memikirnya terlebih dahulu.

KH Saifuddin Zuhri lalu sowan ke beberapa tokoh NU seperti KH Wahab Chasbullah dan KH Idham Cholid. Ia juga menemui KH Wahib Wahab untuk meminta petunjuk perihal pengangakatanya sebagai mentri agama. Setelah bertemu dengan mereka semua, barulah KH saifudin Zuhri menerima pinangan bung karno untuk menjabat sebagai mentri agama.

Pada periode kepemimpinannya sebagai Menteri Agama inilah, dunia pendidikan tinggi Islam berkembang pesat. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) berkembang di sembilan provinsi, hingga kabupaten dan kota.

Hari ini, untuk mengenang jasa-jasa mentri agama yang lahir di bumi Banyumas itu, namanya diabadikan menjadi nama sebuah lembaga pendidikan tinggi islam negri yang terletak di Kabupaten Banyumas dengan nama Universitas Islam Negeri KH Saifudin Zuhri – UIN SAIZU.

Tulisan sebelumnyaBersedekahpun Harus Tepat Sasaran!
Tulisan berikutnyaMA MIDA Pesawahan Berbenah Diri Menjadi MA PK

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini