HIDUP itu panjang, tapi ingatan manusia begitu pendek. Ungkapan itu kiranya tepat untuk menggambarkan kelemahan kita sebagai manusia. Meski demikian hal itu diharapkan tidak menjadi apologi bagi kemalasan kita dalam hidup. Agar tak termasuk golongan yang merugi, hendaklah kita beramal saleh dan menasihati.
Terbitnya buku kumpulan tulisan Biografi Ulama Banyumas oleh LTN PCNU Banyumas, juga menjadi bagian dari upaya itu. Menulis dinilai sebagian pihak sebagai bagian untuk upaya mengikat ingatan yang mudah hilang.
Melalui karya tulis yang dilombakan inilah, diharapkan generasi muda khususnya mencari, hingga menemu kenali sosok-sosok ulama yang berjasa bagi kehidupan keberagamaan, kemasyarakatan, kenegaraan dan kebangsaan di Banyumas hingga nusantara.
Atas nama kesibukan dan rutinitas hidup seringkali kita terlupa bahkan melupakan kepastian mati yang setiap saat menanti. Sebagai generasi penerus kita sering lupa bahkan tidak mengetahui dari mana asal dan kemana kita akan menuju pada akhir. Ibarat pohon, karena selalu mengejar matahari, kita sering lupa di mana dan ke mana akar menyangga dan menyuplai kehidupan kita.
Baca Juga : Review Buku Membaca Islam Nusantara
Kita tentulah bukan kita sendiri. Sebelum kita ada generasi-generasi pendahulu yang telah memulai kehidupan. Merekalah pewaris berbagai nilai kehidupan bahkan kematian, termasuk di antara mereka adalah para ulama pendahulu. Sebagai pewaris nabi, mereka ‘tidak pernah mati’.
20 judul tulisan tentang ulama lokal Banyumas yang kiprahnya bahkan telah menasional bahkan mengglobal ini merupakan hasil lomba karya tulis yang diselenggarakan Lembaga Kajian Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam), Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) dan Lembaga Ta’lif wa Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama Banyumas. Pasca lomba yang diadakan di tahun 2018, karya ini sempat ‘ngendhon‘ beberapa lama hingga akhirnya diterbitkan.
Penyusunan buku ini juga tidak didasarkan pada urutan pemenang. Yang dimenangkan oleh saudara Fariz Ahmad dengan tulisannya yang berjudul SANG PIAWAI PENATA HARMONI (Biografi Kiai Ahmad Syamsul Maarif). Hal tersebut kiranya lebih kepada urusan teknis supaya memudahkan pembuatan buku.
Tentulah tidak gading yang tak retak dalam kumpulan tulisan tentang sekilas biografi ulama di Banyumas ini. Apalagi dari 20 tulisan yang ada, ada sejumlah tulisan yang menulis sosok ulama yang sama. Juri telah bekerja keras memilih, memilah dan menilai tulisan-tulisan terbaik yang telah dikirimkan oleh para peserta.
Panitia perlombaan sangat mengapresiasi partisipasi dari para peserta lomba karya tulis ulama Banyumas. Dari tulisan-tulisan ini kita bisa membaca betapa para ulama kita, sangat lengkap kehidupannya. Dengan keilmuan, kezuhudan dan berbagai peran hidup yang disandangnya, mereka pantas menjadi pilar-pilar penegak kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan. Yang tidak bisa digantikan adalah keteladan mereka dalam hidup.
Ke depan, semoga perlombaan karya tulis semacam ini bisa diadakan kembali untuk menyegarkan ingatan kita sebagai rasa takdzim kita kepada para ulama. Yang paling utama adalah bagaimana kita mengenal, mencintai hingga mengamalkan ‘dhawuh‘ ajaran para ulama pendahulu kita. Pasalnya selain artefak, nilai-nilai ajaran para ulama adalah hal yang tak lekang oleh waktu.
Menulis adalah bagian dari upaya kita untuk menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik. Kita berdoa, dengan menulis hingga menyebarkan tulisan ini kita akan mendapatkan berkah dari para ulama. Harapannya kita bisa termasuk dalam bagian dari muhibbin, penjaga-penjaga dan pengamal-pengamal ajaran ulama yang sanad keilmuannya sampai kepada Kanjeng Nabi. Semoga.
Susanto
Pengurus LTN PC NU Kabupaten Banyumas