Organisasi Nahdlatul Sebelum Nahdlatul Ulama

nahdlatul wathan nahdlatul ulama

Jauh sebelum Nahdlatul Ulama (NU) resmi didirikan pada 31 Januari 1926, berdirilah sebuah organisasi yang diyakini menjadi cikal bakal berdirinya NU, yaitu Nahdlatul Wathan  yang berarti kebangkitan bangsa pada tahun 1916.

Nahdlatul Wathan didirikan oleh KH Wahab Chasbullah, bersama dengan KH Mas Mansur, KH Abdul Kahar dan KH Ridwan Abdullah di Jawa Timur.  Organisasi yang memakai nama ‘Nahdlatul’ sebelum Nahdlatul Ulama lahir  memang telah banyak digunakan, seperti Nahdlatul Wathan, Nahdlatul Tujjar, Nahdlatul Fikri.

KH Wahab Chasbullah merupakan tokoh generasi pertama NU. Martin Van Bruinessen dalam NU:Tradisi,Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru (1994:34) menyebut bahwa Kiai Wahab menjadi tokoh dibalik berdirinya NU.

Pada tahun 1908, setelah nyantri di Pesantren Tebuireng selama empat tahun. KH Hasyim Asyari memerintahkan Kiai Wahab untuk berangkat ke Mekah dan belajar disana. Kiai Wahab pun lalu berangkat di tahun Soetomo mendirikan organisasi Boedi Oetomo.

Masih mengutip Martin, yang menyebut bahawa Mbah Wahab merupakan pengorganisir yang bersemangat sejak masa mudanya. Hal itu bisa dilihat saat di Mekah dan Mbah Wahab mendengar bahwa di Jawa berdiri Serikat Islam dan Muhammadiyah pada 1912.

Djohan Effendi dalam  Pembaharuan Tanpa Membongkar Tradisi (2010:98) mencatat Mbah Wahab bersama KH Mas Mansur, KH Abdul Halim dan KH Ahmad Sanusi lalu mendirikan SI cabang Mekah.

Tahun 1914, Kiai Wahab pulang dari Mekah dan menetap di Surabaya serta aktif di SI. Dua tahun kemudian saat KH Mas Mansur juga pulang ke Indonesia pada tahun 1916, Kiai Wahab lalu menginisiasi pendirian Nahdlatul Wathan bersama sahabatnya itu.

Baca Juga : Sejarah Tashwirul Afkar dan Nahdlatul Wathan

Nahdlatul Wathan, Cikal Bakal Nahdlatul Ulama

Martin menyebut bahawa Nahdlatul Wathan merupakan lembaga pendidikan agama yang bercorak nasionalis moderat pertama di Hindia Belanda. Menjadi sekolah Islam yang memiliki corak berbeda dengan madrasah yang ada di pesantren-pesantren pada waktu itu.

Nahdlatul Wathan kemudian berkembang dengan sangat pesat, memiliki gedung yang besar dan bertingkat serta memiliki banyak cabang di berbagai daerah. Choirul Anam dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama mencatat di Surabaya terdapat 18 sekolah dan memiliki 924 peserta didik. Selian itu, Nahdlatul Wathan juga mulai berkembang di Malang, Semarang, Gersik dan Jombang.

Tak berselang lama, Kiai Wahab juga mendirikan organisai pemuda bernama Syubanul Wathan (Pemuda Tanah Air), kemudian pada 1918 Kiai Wahab mendirikan Nahdlatul Tujjar, sebuah koperasi pedagang yang anggotanya mayoritas para kiai. Setahun kemudian, di Ampel Surabaya, Kiai Wahab mendirikan majlis diskusi dan madrasah dengan nama Tashwirul Afkar.

Tashwirul Afkar menjadi tempat mengaji dan belajar ilmu agama bagi anak-anak muda yang kelak diharapkan mampu melestarikan ajaran Islam Tradisional.

KH Mas Mansur memilki andil besar dalam pendirian itu, namun uniknya Mas Mansur kelak lebih dikenal sebagai ulama Muhammadiyah, dan menjadi murid langsung sang pendiri organisai Islam pembaharu KH Ahmad Dhlan.

Tapi kemudian Muhammadiyah berpolemik dengan golongan Islam tradisional, yang lalu menjadi pemantik lahirnya organisasi terbesar di Indonesia dengan nama Nahdlatul Ulama.(*)

Tulisan sebelumnyaKaderisasi Tak Mandek, PKD Harus Dilakukan
Tulisan berikutnyaPAC IPNU-IPPNU Rawalo Gelar Konferancab Perdana

1 KOMENTAR

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini