Wanginya masih di sekitar, segar dalam ingatan, sekaligus membayang di pelupuk pandang, menggugah jiwa. Kemarin itu, selalu
Ada angin yang menggiring, membawa rinding sulbi, menyisir masuk rongga jiwa. Lalu tulang-tulang bersukacita. Sampai bulu kuduk tegak ceria. Di tengkuk, juga pada sebidang dada. Saat itu
Kebahagiaan deras memancar, bersama lengking suara suling, menyatu di angkasa raya. Bergoyang menari dinadhomi bait-bait matsnawi Rumi, dengan riang gembira.
Rasanya kesedihan yang nggantung di mana-mana, berubah seketika. Aih, indahnya
Cahaya memantul-mantul sepanjang siang dan malam, di mata, juga yang nylusup di dada, akan ngrangkul yang redup agar ikutan murup. Kadang hidup ibarat nunggu
Bedug maghrib. Maka bergegaslah, jangan ditunda-tunda, riang gembiralah dengan yang manis-manis. Sebab, letak begja siapa yang bisa menerka?
Sementara, gerombolan angin terus berdesakan di dalam dada. Wuih, betapa
Bulan seribu bulan selalu memberi cerita, tentang kesalehan yang semata-mata, tentang kesalahan yang rupa-rupa, juga, tentang kesalehan yang pura-pura. Tapi ini
Bulan seribu bulan. Ini bulan beribu ampunan. Sekaligus ini bulan amalan. Bulan yang dirindukan. Arrgh, belum juga sempat
Berkasih mesra, dan beruluk rindu. Rupa bulan sudah berada di ambang tenggelam. Seperti katresnan bertepuk sebelah tangan. Ninggal katresnan ing ndalem sih kerinduan. Perihnya
Sangat terasa. Namun waktu terus melaju, pelan tapi pasti, ke kiri, terus ke kiri, untuk kembali ngawiti. Akan tetapi
Tanggal selalu gigal siji-siji. Bulan akan segera surup. Segar wanginya masih terasa kuncup. Namun, sepasang mata meredup bersama tangis dan harapan yang selalu hidup.
Berkasih mesra, dan beruluk rindu. Rupa bulan sudah berada di ambang tenggelam. Seperti katresnan bertepuk sebelah tangan. Ninggal katresnan ing ndalem sih kerinduan. Perihnya
Sangat terasa. Namun waktu terus melaju, pelan tapi pasti, ke kiri, terus ke kiri, untuk kembali ngawiti. Akan tetapi
Tanggal selalu gigal siji-siji. Bulan akan segera surup. Segar wanginya masih terasa kuncup. Namun, sepasang mata meredup bersama tangis dan harapan yang selalu hidup.
diksinya asik
Kerinduan mendalam
jiwa-jiwa peraih berkah
Salam
nah, ditunggu tulisan tulisannya Pak Guru Riswo
[…] Baca Juga : Ninggal Katresnan Ing Ndalem Sih Kerinduan […]