MASIH kecil kok sudah dipondokin, tega banget ya! Karuan orang tuanya sibuk, makanya anaknya dipondokin. Itulah sebagian kecil komentar bernada nyinyir orang saat melihat orang tua ‘mondokin’ atau mengantar anak usia SD/MI ke pesantren. Komentar itu sering bikin galau orang tua yang sedari awal ingin mondokin anaknya sejak dini.
“Bismillah wae mumpung bocah karep ngaji”. Itulah semangat dan salah satu penyemangat kita untuk tetap mengusir kegalauan kita untuk mondokin anak. Mondokin anak bukan semata persoalan psikologis anak hingga pandangan orang awam kepada kita.
Mondokin anak hendaknya sejak awal harus didasarkan pada alasan rasional, di samping tentunya alasan spiritual. Mondokin anak jangan sampai karena terbawa alasan emosional semata. Apalagi karena mengikuti trend dan sebagainya yang justru nantinya mengorbankan berbagai hal termasuk mental anak.
Mengajak anak untuk bisa mondok sejak dini tentulah alasan rasional di saat jaman now. Sudah terbukti pesantren atau gaya pendidikan pesantren yang dulu disorot tradisional justru kini banyak diadopsi oleh pendidikan modern. Ya, boarding school toh artinya juga adalah asrama atau pesantren.
Pilihan pesantren atau sistem pendidikan pesantren telah dipercaya tempat pendidikan paling aman, nyaman dan kondusif untuk mengarahkan pendidikan hingga pergaulan anak sejak dini. Tak hanya kecerdasan akademis saja yang diasah, di pesantren kecerdasan emosional hingga spiritual terbukti turut serta diasah, diasih dan diasuh secara intens.
Melalui pendidikan pesantren yang mungkin masih tradisionalis, anak-anak diajarkan soal disiplin. Menaati aturan, menjaga kepatuhan hingga takdzim kepada guru diajarkan dan dicontohkan setiap hari oleh lingkungan pesantren.
Pesantren terbilang menjadi solusi di tengah situasi jaman now yang sering identik dengan pengaruh pergaulan hingga teknologi informasi terbilang sulit dikendalikan. Sudah banyak kasus anak kecanduan gawai, game online serta dampak negatif penggunaan teknologi yang tanpa kendali.
Baca Juga : Mondokin Anak Usia SD/MI, Ini Kiatnya
Di pesantren anak-anak belajar dikondisikan untuk fokus mengaji dan kegiatan lainnya. Jadi tidak ada alasan untuk tidak memberikan pendidikan pesantren sejak dini. Bahkan tak jarang kini pesantren menjadi tempat untuk rehabilitasi para remaja dan anak yang kecanduan teknologi informasi dan komunikasi.
Jadi di sini saya tidak menghadap-hadapkan antara pesantren dengan teknologi informasi. Yang saya tekankan di sini adalah soal pesantren yang sejak dulu telah berhasil menjadi tempat menempa disiplin santri untuk taat aturan, paham kewajiban dan mengetahui hak-hak dirinya dan orang lain termasuk juga hak memanfaatkan teknologi informasi yang benar sesuai kebutuhan, tempat dan sebagainya.
Melalu pesantren inilah, kita sebagai orang tua bisa mempercayakan kepada pengasuh pesantren untuk turut serta mendidik anak-anak kita. Dengan iklim lingkungan pesantren yang sudah ada sejak dulu, maka karakter anak bisa terbentuk.
Di pesantren memungkinkan mereka untuk bisa bersosialisasi, berinteraksi, berkomunikasi dua arah. Merekapun bisa memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara bijak sesuai dengan arahan dari pihak pesantren.
Jadi menurut saya, tidak ada alasan lagi untuk menolak atau memandang miring, mondokin anak sejak dini ke pesantren. Sudah saatnya kita sadar akan jaman sekarang ini. Bukankah Sahabat Ali Bin Abi Thalib pernah berkata “Didiklah anakmu sesuai jamannya”. Dan saya masih yakin kalau pesantren masih tetap terjaga dan tak akan lekang oleh jaman. Apalagi sistem pendidikan agama ini sudah ada sejak jaman nabi, wali dan hingga para ulama pewarisnya hingga sekarang. Sejak dini mondokin anak, kenapa tidak! Ayo Mondok! [*]
Balqis Fadillah
Anggota DPRD Kabupaten Banyumas
Salah satu dari banyaknya alasan memondokkan anak sejak dini adalah agar anak terhindar dari dampak buruk gadget, terutama pemanfaatan media sosial yang sering menyita waktu demikian banyak serta menyeret bocah fokus pada sesuatu yang tidak begitu perlu sehingga mereka tidak tertarik untuk serius terhadap hal yang semestinya menjadi fokus aslinya.
Namun demikian, ada pondok yang perlu tetap mengawal kemajuan jaman dengan membuka diri terhadap perkembangan teknologi informasi beserta perangkatnya bagi santrinya dengan pendampingan yang proporsional.