Mengenang Hari-Hari Terakhir Mbah Maimun Zubair

Mengenang hari-hari terakhir wafatnya Mbah Maimun Zubair
Dokumentasi pemakaman Mbah Maimun Zubair di Jannatul Ma'la

DUA tahun lalu, beberapa hari sebelum pelaksanaan wukuf Arafah tepatnya tanggal 5 Dzulhijjah 1440 H (6 Agustus 2019) Syaikhona K.H. Maimun Zubair wafat di kota Makkah. Beliau dimakamkan di  Jannatul Ma’la, kompleks pemakaman paling tua di sebelah utara Masjidil Haram.

Jannatul Ma’la juga merupakan tempat pemakaman bagi buyut, kakek, paman, istri, dan keturunan Nabi Muhammad SAW dimakamkan.

Wafatnya beliau menghadirkan kesedihan mendalam bagi umat Islam Indonesia, khususnya mereka yang saat itu juga ada di Makkah untuk melakukan ibadah haji.

Acara temu NU sedunia di Makkah yang sangat mengharapkan Mbah Maimun Zubair untuk menyampaikan Mauidhoh Hasanah, kemudian berganti menjadi tahlil dan doa bersama untuk beliau.

Asyiqul Furqon, mahasiswa Universitas Madinah asal Pati yang juga ketua PC GP Ansor Arab Saudi menceritakan pertemuan dirinya dengan Mbah Maimun Zubair di Makkah.

Furqon yang saat itu menjadi panitia temu NU sedunia, bersama beberapa panitia berangkat sowan kepada Mbah Moen pada hari Jum’at tanggal 1 Dzulhijjah. Mbah Maimoen menginap di Al-Safwah Tower, Makkah.

Saat itu panitia mengantri cukup lama karena banyak jamaah haji yang juga ingin sowan pada Mbah Maimoen. Akhirnya panitia mendapatkan gilirannya dan membuka perbincangan dengan memperkenalkan diri.

Bersama Furqon, turut serta K.H. Imron Masyhudi selaku ketua PCINU Arab Saudi yang berasal dari Madiun. Salah satu kegemaran Mbah Maimoen adalah bercerita, saat itu beliau menceritakan tentang sejarah beberapa kyai dan guru beliau yang ada di Jawa timur.

Waktu berselang, kemudian Kyai Imron menyampaikan undangan dan permintaan Mbah Maimoen untuk berkenan mengisi Mauidhoh Hasanah Acara temu NU Sedunia. Beliau gembira mendengar permintaan tersebut dan mengucapkan salut pada perjuangan kawan-kawan PCINU Arab Saudi.

Antusiasme terpancar dari wajah Mbah Maimoen, beliau diam sejenak dan menjawab “Insyaallah yo, aku ngko teko nek ora ono halangan, Insyaallah”.

Kyai Imron menyampaikan bahwa nanti ada panitia yang menjemput Mbah Moen dan mengantar ke tempat acara temu NU sedunia. Namun Mbah Moen menolak, “Wis ora usah dijemput, ngko wae nek muleh aku terno”.

Akhirnya panitia pamit dengan iringan doa dari Mbah Moen agar acara temu NU Sedunia 2019 mendapatkan kelancaran dan kemudahan.

Pada senin malam 7 Agustus 2019, panitia mendapatkan kabar dari asisten Mbah Moen bahwa kondisi kesehatan beliau menurun. Kabar ini juga menyebar dengan cepat di banyak grup Whatsapp, bahkan hingga tersebar sampai Indonesia.

Tamu terakhir beliau pada sore hari yaitu duta besar RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel menceritakan pada panitia temu NU sedunia bahwa Mbah Maimoen masih baik-baik saja saat menemui dirinya.

Panitia terus memantau mengenai kesehatan Mbah Maimoen sembari mendoakan agar beliau kembali sehat. Furqon mengatakan bahwa pada senin malam, cuaca agak mendung dan turun gerimis kecil.

Baca Juga : Tukang Cuci Kotoran itu Berqurban

Kurang lebih pukul 1 dini hari waktu Makkah, Furqon mendapatkan kabar bahwa Mbah Maimoen telah wafat. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Kemudian panitia melanjutkan pesan ke kantor urusan haji indonesia di Makkah, sembari menunggu kabar apakah syaikhona akan dipulangkan ke Indonesia atau dimakamkan di Makkah.

Waktu berjalan hingga pagi, Furqon merasakan hawa yang tidak biasa di Makkah. Jika biasanya mendekati hari Arafah itu cuaca semakin panas dan terik, namun pagi itu langit sangat redup dan angin bertiup dengan dingin hingga tulang.

Hingga menjelang siang, baru dipastikan bahwa jasad Mbah Maimoen akan dikebumikan di Jannatul Ma’la. Sebelumnya disemayamkan di kantor urusan haji dan disholatkan di Masjidil Haram.

Usai dzuhur, proses pemakaman dihadiri oleh ribuan orang yang tumpah ruah memenuhi area pemakaman hingga depan pintu gerbang. Sebagian besar dari mereka adalah jamaah haji Indonesia dan mukimin Indonesia yang ada di Makkah.

Bahkan arus lalu lintas menuju Masjidil Haram menjadi lebih macet. Ini karena banyak jamaah haji yang baru mengetahui kabar wafatnya Mbah Maimoen kemudian berduyun-duyun untuk memberikan penghormatan terakhir.

Jasad Syaikhona Maimun Zubair meninggalkan kita semua, tapi tidak dengan ajaran beliau. Furqon menutup ceritanya dengan salah satu pesan Mbah Maimoen untuk para santri “Ilmu itu didatangi, bukan mendatangi dirimu”.

Penulis : Alfian Ihsan, Sekretaris PC GP Ansor Arab Saudi 2017 – 2019.

Tulisan sebelumnyaNU dan Pesan Pelestarian Lingkungan Hidup
Tulisan berikutnyaNU Online: Sejarah Panjang Media NU

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini