Kudatuli 1996, Banser Jaga Wilayah Ajibarang

Ansor Banser Ajibarang Kudatuli

Panasnya situasi yang terjadi akibat kisruh dualisme kepemimpinan di tubuh partai demokrasi indonesia (PDI) antara PDI kubu Megawati dan PDI kubu Soerjadi yang memicu terjadinya peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 (Kudatuli) ternyata tidak hanya dirasakan oleh elit Jakarta saja, tetapi juga sampai di akar rumput.

Sjafingi, salah anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) era tahun 1995 menceritakan bahwa saat sebelum pecah kudatuli, dua kubu kepengurusan partai PDI sama-sama menggelar rapat di Ajibarang. Dan Banser diminta oleh Kapolsek Ajibarang untuk ikut menjaga wilayah Ajibarang.

“Pada waktu itu, PDI ada dua kubu, kubu Megawati dan kubu Soerjadi, rapat di Ajibarang. Dan Banser diminta tolongi oleh Kapolsek pada saat itu untuk mengamankan wilayah Ajibarang,” tegas Sjafingi saat menyampaikan sambutan dalam acara reuni Banser Ajibarang 1995-2021 beberapa waktu yang lalu.

Selain itu, Banser Ajibarang juga sering berangkat ke acara-acara yang ada diluar daerah, seperti ke Magelang, Semarang, Pekalongan, dan ke Jakarta. Mereke berangkat naik bus Damri dari Ajibarang ke Senayan, Jakarta. “Saya masih ingat mereka yang berangkat ke Jakarta, yaitu Haris Nurtiono, Imam Khawari, Sukirman, Muhayat, Mashudi,” lanjut Sjafingi.

Baca Juga : Reuni Banser, Momentum Kebangkitan Ansor Banser Ajibarang

Banser Ajibarang, lanjut Sjafingi juga pernah dilibatkan dalam aksi Gerakan Disiplin Nasional (GDN) untuk wilayah Ajibarang. Saat itu, Danramil Ajibarang namanya Pak Suyud, dan Kapolsek Pak Jenal. “Untuk aksi GDN, melibatkan 60 personil dari Banser Ajibarang,” tambahnya.

Banser juga pernah menggelar latihan baris-berbaris, di sekitar lokasi bangunan pasar Ajibarang yang saat itu baru mulai proses pembangunan. Pelatihnya namanya Pak Mangil, dari Kapolsek Ajibarang. “Waktu itu, Banser belum ada yang memakai seragam, masih memakai pakaian seadanya, tetapi tetap semangat untuk berlatih,” tegasnya.

Sjafingi berharap kepada para Banser era sekarang, untuk terus belajar dan menimba ilmu serta tak mudah patah semangat, karena akses pergerakan saat ini sudah jauh lebih mudah dibandingan zaman dulu. Sjafingi juga berharap kepada Banser era sekarang untuk mandiri, jangan malah menjadi beban untuk NU.

“Banser itu pasukan elit, tugasnya membantu NU, bukan membebani NU,” pungkasnya.(*)

Tulisan sebelumnyaNasionalisme! Pesan Harlah 96 NU di SDNU Master Sokaraja
Tulisan berikutnyaSukses! 516 Pramuka Garuda Banyumas Dilantik, 104 Peserta dari Sako Ma’arif NU

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini