Kader NU Menjawab Tantangan Baru

Kader NU

Menjelang konferensi MWC NU Baturraden, beberapa waktu lalu, banyak  banner ucapan selamat terpasang di tempat-tempat strategis. Tak hanya ucapan selamat untuk konferensi, tapi juga ucapan untuk muktamar NU di Lampung.

Bendera-bendera NU juga tidak ketinggalan. Panitia bekerja keras, menjadikan konferensi bisa diketahui masyarakat secara umum. “Masyarakat harus tahu!”, kata Gus Dawi, ketua panitia sebelum konferensi dimulai.

Benar juga, sejak banner dan bendera terpasang, banyak orang bertanya. Pertanyaan yang sebenarnya klasik.

“Apakah akan ada kampanye? Bukankah pilkada masih lama? Atau ada kegiatan politik lain?”

Pertanyaan-pertanyaan yang menarik. Karena memang dari dulu jika ada bendera NU, umbul-umbul dan baliho warna hijau, masyarakat mengiranya ada kegiatan politik. Sepertinya masih ada sebagian masyarakat yang mengkaitkan kegiatan NU dengan kegiatan politik praktis.

Sungguh, memang bukanlah hal yang mudah, untuk memberikan pengertian kepada masyarakat, termasuk kepada warga Nahdliyin itu sendiri. Apalagi kami yang di bawah, di pengurus Ranting, berbicara tentang ke-NU-an di hadapan masyarakat umum, jelas membutuhkan ilmu komunikasi tersendiri agar bisa dipahami.

Secara kultural, kami ini adalah Nahdliyin tulen, karena sejak masih di kandungan, kami sudah ditaburi do’a, baik lewat ngupati maupun mitoni. Sesuatu kegiatan sakral yang dianggap bid’ah oleh teman-teman sebelah.

Namun ketika NU memanggil kami untuk berjuang di sisi struktural, masuk dalam kepengurusan yang tertata, tiba-tiba muncul banyak sekali pertimbangan.

Baca Juga : Uban Itu Membuatnya Ingat Mati

Barangkali militansi kami masih rendah. Berbeda dengan saudara-saudara kita di LDII atau MTA yang begitu “percaya diri” menjadi pengurus organisasi mereka. Walaupun anggauta mereka minoritas. Sebuah “PR” kita bersama.

Saat ini, ketika Pak Jokowi dan Kyai Ma’ruf Amin memimpin negeri ini, kesemangatan generasi muda NU untuk masuk struktural, dari tingkat atas sampai tingkat bawah, cukup meningkat dan kelihatan menarik antusias warga Nahdliyin.

Bisa jadi itu karena daya tarik Sang Kyai . Bisa jadi, disebabkan karena betapa gencarnya gerakan salafy wahabi, yang mereka terstruktur dengan rapi. Bisa jadi karena bukan alasan apa-apa, kecuali memang ingin ngrewangi Jam’iyyah yang didirikan para ulama bertaraf waliyulloh. Ingin tabarrukan.

Apapun alasannya, yang pasti tantangan NU hari ini sangat berat. Dan itu diakui oleh ketua PBNU, Kyai Said Aqil, saat mengomentari reuni kelompok 212.

Pelantikan MWC NU dan Ranting NU Baturraden, semoga bisa membuka pintu untuk menjadikan para kader NU dibawah bisa menjawab problematika NU kekinian: kaderisasi, pemahaman politik kebangsaan, gencarnya tuduhan bid’ah dan pengkafiran, serta tak berhenti untuk terus memahami “qoolallohu ta’ala …..” dan “qoola nabiyyu sholallohu’alaihi wasallam…..”, sehingga tidak gagap, saat harus berhadapan dengan kaum “Salafy Wahabi”

Selamat kader NU Baturraden! Baiat menunggumu! (*)

*Penulis adalah Ketua Tanfidziyah NU Ketenger, Baturraden

Tulisan sebelumnyaLatihan Kader Dasar, Dorong Fatayat Militan dan Berdaya Guna
Tulisan berikutnyaLomba Paduan Suara dan Baca Puisi, Bangkitkan Kembali Semangat Organisasi

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini