Lagu Hari Lebaran yang Sarat Akan Sindiran

lagu hari lebaran

Setiap Lebaran tiba, lagu ini nyaris tak pernah luput dari telinga kita. Di berbagai platform media sosial, banyak orang yang membagikan lagu ini dengan berbagai versi di akun mereka.

Adalah lagu Hari Lebaran yang pertama kali direkam oleh grup musik Lima Seirama pada tahun 1954 di RRI Jakarta. Penyanyinya seorang laki-laki, namanya Didi, namun itu hanya nama samaran dari Suyoso Karsono.

“Dia menggunakan nama samaran karena tidak ingin diketahui orang,” kata Denny Sakrie dalam sebuah wawancara dengan Koran Tempo tahun 2011.

Baca Juga : Sanad Baju Lebaran

Hingga hari ini, lagu hari Lebaran karya Ismail Marzuki itu telah banyak dicover oleh banyak penyanyi dengan beragam genre dan versi. Salah satu dari sekian banyak cover yang paling terkenal adalah versi Deredia.

Perbedaan yang paling mencolok dari berbagai versi cover yang ada terletak pada lirik yang telah digubah sesuai dengan kondisi zaman. Itu mungkin membuat daya magis dan kekuatan pesannya menghilang.

Dalam lirik aslinya, kita bisa mendengar bagaimana Ismail Marzuki menyindir banyak pihak, dari mulai cara orang desa dan orang kota yang berbeda hingga menyindir pemerintah yang berkuasa saat itu.

Tak hanya sedang menyindir, Ismail Marzuki seperti sedang mengolok-olok banyak pihak, namun dengan nada yang penuh satir dan humor, hingga para penikmat lagunya tak menyadarinya.

Ini Lirik Lagu Hari Lebaran Ismail Marzuki

Setelah berpuasa satu bulan lamanya
Berzakat fitrah menurut perintah agama
Kini kita beridul fitri berbahagia
Mari kita berlebaran bersuka gembira
Berjabatan tangan sambil bermaaf-maafan
Hilang dendam habis marah di hari lebaran
Minal aidin wal faidzin
Maafkan lahir dan batin
Selamat para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin
Dari segala penjuru mengalir ke kota
Rakyat desa berpakaian baru serba indah
Setahun sekali naik terem listrik perey
Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore
Akibatnya tengteng selop sepatu terompe
Kakinya pada lecet babak belur berabe
Maafkan lahir dan batin,
‘lang tahun hidup prihatin
Cari wang jangan bingungin,
‘lan Syawal kita ngawinin
Cara orang kota berlebaran lain lagi
Kesempatan ini dipakai buat berjudi
Sehari semalam main ceki mabuk brandi
Pulang sempoyongan kalah main pukul istri
Akibatnya sang ketupat melayang ke mate
Si penjudi mateng biru dirangsang si istri
Maafkan lahir dan batin,
‘lang taon hidup prihatin
Kondangan boleh kurangin,
Korupsi jangan kerjain

Jika karya seorang seniman dipengaruhi oleh apa yang dilihat dan dirasa, lalu benarkah demikian?

“Bapak saya memang selalu membuat lagu berdasarkan peristiwa yang sedang terjadi,” kata Rachmi Aziah, putri Ismail Marzuki kepada Koran Tempo tahun 2011 silam.

Namun hidup memang begitu singkat dan nasib siapa yang tahu. Rasanya baru kemarin kita mulai berpuasa, tiba-tiba hari ini sudah lebaran. Bahkan banyak orang sering bilang, lebaran tahun kemarin saja masih ingat, hari ini sudah lebaran lagi.

Baca Juga : Milik Siapa Hari Kemenangan Itu?

Begitupun dengan sang maestro lagu hari Lebaran, dia meninggal di usia 44 tahun pada 25 Mei 1958, tepat 4 tahun setelah lagu hari Lebaran direkam dan populer.

Kemudian pada tahun 2004, atas jasa-jasanya kepada bangsa ini, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional.

Selamat Lebaran…

 

Penulis : Penikmat Musik yang Tak Bisa Bermain Alat Musik

Tulisan sebelumnyaBacaan Takbir Idul Fitri Lengkap Arab, Latin dan Artinya
Tulisan berikutnyaKetua MWCNU Pekuncen: Kalau Bisa Bersama Kenapa Harus Sendiri-sendiri

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini