Wasilah dengan Seekor Belalang

PAGi itu, seorang bapak marah kepada dua anaknya. Yang satu masih enak-enak tidur, sementara ia sedang melaksanakan tes kenaikan kelas, yang satunya lagi sudah bangun tidur, tetapi sudah memegang HP. Alasannya adalah absen sekolah lebih awal.

Betapa dongkol hati sang ayah saat itu. Setelah marah cukup keras, ia segera berkemas untuk pergi ke tempat kerja, karena jam sudah cukup siang.

Ia merasa hidupnya terus berguncang-guncang. Ujian sepertinya tak pernah berhenti. Banyak cita-citanya yang belum terkabul, sampai usianya menjelang senja.

Ikhtiar dan do’a tak pernah berhenti ia lakukan. Saat anaknya tak begitu menuruti keinginannya, laki-laki ini menjadi merasa bertambah beban hidupnya. Sementara dari sisi ekonomi, ia harus mencari tambahan sana sini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Gajinya di sebuah perusahaan swasta daerah belum bisa mencukupi kehidupan hariannya.

Hampir pukul delapan, ia sudah berpakaian rapi. Kemeja sudah dimasukan ke celana, sepatu juga sudah dikenakan, tiba-tiba perutnya sakit. Lelaki itu menuju toilet di samping dapur, namun ternyata sudah ada orang dalam toilet tersebut. Darah lelaki itu tambah naik. Karena melihat jam sudah mepet, ia pun segera pergi, dengan niat akan buang hajat di tempat kerja.

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Sesampai di tempat kerja, ternyata toilet penuh semua. Perut sudah tak bisa ditahan lagi. Ahirnya ia masuk sebuah toilet yang pintunya sudah rusak dan sudah tak lagi digunakan para karyawan.

Saat isi perut harus dikeluarkan, dan rasanya sudah tak tertahankan lagi, ternyata laki-laki itu harus tetap bersabar. Ia melihat seekor belalang sawah warna hijau, sedang berjuang keras untuk bisa naik dari lubang toilet, dan selalu gagal. Melihat hal tersebut, ia merasa sedang berjuang layaknya serangga itu yang sangat membutuhkan pertolongan. Inilah yang menjadikan ia harus bersabar lagi.

Baca Juga : Penting Banget NU dengan Indonesia Itu Apa Urusannya

Lelaki itu segera mengambil belalang tersebut dari lubang toilet. Dibawanya binatang kecil itu ke habitat aslinya, di rerumputan. Setelah itu ia segera kembali ke toilet dan membuang hajat yang sudah ditahannya dari rumah.

Perut sudah lega. Ia keluar toilet dengan rasa yang sangat entheng. Ia kembali melihat belalang di rerumputan. Belalang itu sudah bisa berjalan di hijaunya rumput. Lelaki itu melihat dengan seksama.

“Yaa Alloh, jika perbuatanku menolong belalang ini engkau ridhoi, dan bagian dari ibadah yang Engkau terima, dengan wasilah belalang ini, aku mohon kepadaMu yaa Alloh, berilah jalan keluar atas semua masalahku dan jadikanlah anak-anakku menjadi orang baik di dunia dan akhirat.”

Lelaki itu masih memandang belalang di rerumputan, namun otaknya berkeliling kemana-mana. Semua ujian hidup yang panjang, ia tumpahkan semua kepada Alloh. Sampai-sampai perbuatannya menolong sang belalang, ia jadikan wasilah (jembatan) terkabulnya doa, atas segala ujian yang sedang menimpanya.

*)Penulis adalah Ketua Tanfidziyah Ranting Ketenger Baturaden dan bergiat di Komunitas Orang Pinggiran

Tulisan sebelumnyaBanyumas Runner Up di OSKANU II Jawa Tengah, Apa Resepnya?
Tulisan berikutnyaMunajat Al Hallaj

1 KOMENTAR

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini