Tahu-menahu Pengolahan Limbah Tahu

SIAPA yang belum pernah makan tahu? Semua orang di Indonesia pasti pernah makan makanan yang terbuat dari biji kedelai itu. Entah dalam bentuk tahu seutuhnya atau dalam berbagai jenis olahannya. Selain karena harganya yang relatif murah dan mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional hingga pinggir-pinggir jalan.

Tahu menjadi makanan yang sangat adaptif dan mudah berimprovisasi dengan berbagai jenis makanan lainya. Misalnya sayur dicampur tahu menjadi sayur tahu, kupat dicampur tahu menjadi kupat tahu, tahu digerus menjadi sambel tahu, tahu digoreng menjadi tahu goreng, hingga menjai tahu bulat yang terkenal karena digoreng dadakan di mobil lima ratusan.

Di Banyumas terdapat banyak produsen tahu, dari yang ber skala besar maupun hanya home industri. Seperti terdapat di Desa Karangsoga Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Banyak masyarakat di sana yang menjalani profesi sebagai pembuat tahu atau produsen tahu dan mencari cuan dari berjualan tahu.

Hasilnya, bisa kita banyangkan sendiri. Jika terjadi banyak proses produksi, maka hal itu akan berbanding lurus dengan meningkatnya limbah hasil sisa produksi.

Limbah tahu, menurut Indah Sulistiyawati dosen fakultas sains dan teknologi Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto sangat berpotensi menjadi salah satu sumber pencemaran lingkungan, karena memiliki karakteristik mengandung bahan organik tinggi dan kadar polutan lainya yang cukup tinggi.

“Limbah tahu yang dibuang ke badan perairan akan mampu menurunkan kualitas air bersih di lingkungan, dan sangat berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan,” katan Indah kepada nubanyumas.com beberapa waktu yang lalu.

Hal tersebut tak bisa dibiarkan begitu saja, karena jelas sangat berbahaya bagi lingkungan hidup. Sehinga butuh solusi yang tepat agar limbah tak hanya menjadi limbah, tapi limbah harus berubah menjadi berkah. Salah satu caranya dengan mengolah limbah tahu menjadi menjadi sumber energi terbarukan, ramah lingkungan dan bermanfaat untuk masyarakat bernama bio listrik.

UNU Purwokerto sebagai wadah akademisi, memegang peranan penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pengolahan limbah tahu tersebut. Agar pencegahan pencemaran lingkungan bisa teratasi dengan baik dan masyarakat juga bisa mengambil nilai dari limbah yang selama ini dianggap tidak bernilai.

Melalui program kemitraan masyarakat stimulus (PKMS) UNU Purwokerto mencoba menjawab tantang itu dengan cara memberikan pelatihan produksi bio listrik menggunakan microbial fuel cell dari limbah tahu kepada warga masyarakat Desa Karangsoga Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.

Ketua PKMS, Indah Sulistiyawati menjelaskan bahwa program PKMS merupakan hibah dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian Riset dan Teknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional Tahun 2021. Pelatihan ini adalah bentuk kontribusi nyata UNU Purwokerto dalam melaksanakan tri darma perguruan tinggi.

“Yakni pengabdian kepada masyarakat,” tegasnya.

Pengolahan limbah tahu menjadi bio listrik tak semudah membalikan telapak tangan, Indah dan kawan-kawannya harus melalui proses yang panjang, menguras tenaga dan pikiran. Terhitung sejak April 2021 Tim PMKS sudah mulai melakukan kordinasi anatara pemerintah desa dan UNU Purwokerto untuk menyamakan presepsi dan visi.

Kemudian dilanjut sosialiasi dan penyuluhan secara online dan offline ke masyarakat. Baru setelah itu diadakan pelatihan membuat MFC bio listrik dengan melibatkan pemuda pemudi karang taruna dan masyarakat setempat. Usai mengikuti pelatihan, peserta melakukan praktek mandiri dan membuat small project aplikasi produksi bio listrik.

“Terakhir kita melakukan monitoring dan dan evaluasi program,” lanjutnya.

Pada prinsipnya semua limbah tahu bisa diubah menjadi energi listrik. Untuk mengubah limbah tahu menjadi bio listrik dapat dilakukan menggunakan microbial fuell cell (MFC). MFC memanfaatkan bakteri asam laktat dan limbah tahu sebagai substart untuk diproses fermentasi sehingga menghasilkan energi listrik.

Penerapan MFC dalam industri tahu tak hanya membantu proses pengolahan air limbah saja, tapi juga menghasilkan energi terbarukan berupa tenaga listrik yang simultan.

Apakah kamu sekarang sudah Tahu?

Penulis : Rizki Fadlali

Tulisan sebelumnyaPuasa Pertama Aqil (Bagian 2)
Tulisan berikutnyaMa’ruf Cahyono : Sidang Tahunan MPR, Implementasi Demokrasi dan Kedaulatan Rakyat

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini