Kalau Kopi Sempurna Karena Pahitnya, Sempurna Berita Bagaimana…

berita
KENALKAN DIRI: Enam orang peserta Diklat Jurnalistik Praktis UNU Purwokerto saat mengenalkan diri Minggu, 7 Agustus 2021

Kopi menemukan kesempurnaan dalam pahitnya
Cinta menemukan sempurnanya lewat sakitnya
Sempurnanya berita karena kedalaman dan kebenaran faktanya… 

Minggu (7/8/2021), enam orang peserta pendidikan dan pelatihan jurnalistik UNU Purwokerto di Auditorium UNU Purwokerto terlihat malu-malu saat maju berdiri berjajar di depan. Dengan instruksi moderator diklat Djito El Fateh, dua orang peserta memperkenalkan diri, nama sekaligus nama orang tua.

Setelah itu enam orang peserta itu secara bergantian menyebutkan dan menuliskan kembali identitas Eka Purwanti dan Rizki Fadlali. Sayang, tak semua data identitas yang hanya meliputi nama dan nama orang tua dua orang itu dapat disebutkan secara lengkap dan benar oleh peserta.

“Ya itulah gambaran kerja kecil jurnalis saat mewawancarai narasumbernya. Betapa nama dan data lain dari narasumber begitu pentingnya. Keliru satu hurufpun bisa fatal. Jadi penting pula menulis ataupun mendokumentasi hasil wawancara sebelum ditulis menjadi berita,” kata Djito yang merupakan Pemimpin Umum nubanyumas.com.

Data fakta adalah hal yang suci bagi jurnalistik. Di mana fakta berita harus benar-benar ditulis dan ditangkap oleh seorang jurnalis dengan insting dan naluri yang peka. Semakin banyak data yang didapatkan di lapangan akan mempermudah seorang jurnalis untuk menulis berita.

“Wartawan itu kerja(an) kaki dan tangan. Maka ibarat koki makanan, seorang koki harus pandai memilih, memilah hingga meracik bahan menjadi makanan lezat, bergizi dan tentu dengan tampilan menarik sehingga akan membuat ketagihan pelanggannya,” jelas Dini Rahmat Aziz, pemimpin redaksi nubanyumas.com.

Secara konkret, kepekaan seorang penulis berita, jurnal ataupun lainnya sangat penting untuk bisa fokus dalam menulis sekaligus menulis dengan fokus tema yang dipilihnya. Kemampuan penulis atau jurnalis dalam menentukan ide, sudut pandang (angle) berita, tema sangat penting.

“Kebanyakan penulis pemula akan terjebak bagaimana kita memulai awal menulis. Apa yang akan ditulis, padahal banyak data. Itu karena kita belum sadar, paham hingga memilih sudut pandang. Pilih salah satu sudut pandang atau beberapa saja dalam menulis berita sehingga berita kita akan bunyi,” kata Kifayatul Ahyar, redaktur nubanyumas.com sekaligus wartawan NU online.

Selain kemampuan menulis baik peka memilih isu, pandai menempatkan sudut pandang yang tajam, hingga penguasaan logika bahasa, jurnalis atau penulis bisa tetap memegang teguh kode etik menulis. Kode etik jurnalistik bisa menjadi bagian dari standar moral kerja jurnalistik yang di masa digital sekarang ini bisa dilakukan siapapun dan menggunakan platform media apapun.

“Apalagi kita orang NU, jangan hanya sesuka hati untuk menulis untuk kepentingan kita. Ingatlah apa yang kita tulis ini bisa berdampak positif maupun negatif. Dan harus diingat lagi semua dipertanggungjawabkan nanti di hadapan Sang Maha Penguasa Kata,” kata Mohammad Khoerony Rosyid atau Gus Eron yang menjadi pemateri utama dalam Diklat Jurnalistik Praktis bagi mahasiswa dan staf pengajar UNU Purwokerto.*

 

Tulisan sebelumnyaMenulis Berita itu Praktis, Tapi…
Tulisan berikutnyaTahun Baru Islam 1443 H Jatuh Pada Selasa 10 Agustus 2021

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini