Sejarah Maulid Nabi, Lahirnya Sang Teladan Pembawa Perubahan

Sejarah Maulid Nabi, Lahirnya Sang Teladan Pembawa Perubahan
Maulid Nabi, Lahirnya Sang Teladan Pembawa Perubahan

Sejarah Maulid Nabi

Mekah yang tenang, sebelum 12 Rabiul Awwal, Raja Abrahah dari Yaman datang dengan bersama pasukannya, menunggangi gajah berniat untuk menghancurkan Ka’bah yang ada di Kota Mekah. Namun, belum sempat ia sampai ke Ka’bah pasukannya sudah luluh lantah dihancurkan Allah.

Peristiwa kegagalan Abrahan yang hendak menghancurkan Ka’bah itu tercatat dalam Al-Qur’an Surat Al-fil(105)1-5, dan kemudian masyhur disebut sebagai tahun gajah.

Alasan Abrahah ingin menghancurkan Ka’bah menurut catatan Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad (1980) menyebutkan, Abrahah yang sudah menghiasi rumah sucinya sedemikian rupa, tapi kenyataannya : orang-orang Arab hanya berniat ziarah ke Mekkah. Mereka menganggap ziarah tidak akan sah jika tidak ke Ka’bah.

Dalam catatan lain menyebutkan, Abrahah sudah membangun gereja megah di Sana’a bernama al-Qalis dengan harapan dapat menjadi tempat ibadah haji terbesar di seluruh Arab, menyaingi Makkah. Namun, Seseorang dari suku Kinanah, yang punya hubungan nasab dengan Quraisy, meruntuhkan gereja itu.

“Hal ini mengundang kemarahan suku yang tersebar di Hijaz dan Najd, dan Abrahah yang geram bersumpah untuk meratakan Ka’bah,” catat Martin Lings dalam Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik (2015: 32-22)

Abdul Munthalib Pemimpin Kota Mekah

Abdul Munthalib, kakek Nabi yang saat itu menjadi pemimpin di Kota Mekah menyadari betul bahawa pasukan Abrahah bukalah lawan yang seimbang bagi bangsa Mekah dan tak berniat melakukan perlawanan. Abrahah sendiri juga tak ada niat perang, ia hanya ingin menghancurkan Ka’bah. Baru, jika ada yang jadi penghalang, ia angkat senjata untuk berperang.

Meski begitu, Abdul Munthalib tetap meminta penduduk Mekah untuk pergi meninggalkan rumahnya, berlindung di lereng bukit menghindari pasukan Abrahah.

Dalam sebuah riwayat diceritakan, usai meminta penduduknya bersembunyi Abdul Munthalib berangkat menemui Abrahah di perkemahan, bukan maksud untuk menyerah tapi meminta 200 ekor unta yang sebelumnya sudah dirampas oleh Abrahah.

“Aku pemilik unta-unta itu, sementara Ka’bah ada pemiliknya sendiri yang akan melindunginya,” kata Abdul Munthalib yang seketika langsung membuat Raja Yaman itu naik pitam dan menganggap bahwa suku Quraisy tak berniat melindungi Ka’bah.

Dalam kemarahannya itu Abrahah langung memberi perintah untuk menghancurkan Ka’bah, tapi naas gajah-gajah yang mereka naiki seperti terlelap dalam tidurnya, binatang bergading itu tetap tak mau bangun, meskipun sudah dipukul berkali-kali dengan gagang besi, hingga Tuhan mengirimkan kepada mereka burung-burung yang berbondong-bondong melempari mereka dengan batu dari tahan liat yang terbakar.

Penghancuran Ka’bah pun Akhirnya Gagal Total.

Baca Juga : Sejarah Singkat Maulid Nabi Muhammad di Jawa

Kelahiran Sang Teladan

Jauh sebelum Abrahah menyerang Ka’bah, Abdul Munthalib telah menikahkan salah satu putranya yang bernama Abdullah Bin Abdul Munthalib dengan Aminah binti Wahab. Saat terjadi penyerbuan Ka’bah, Abdullah sedang pergi dalam waktu yang panjang untuk urusan perniagaan ke Palestina dan Suriah.

Dalam perjalanan pulang ke Mekah, Abdullah jatuh sakit dan singgah di rumah sudara neneknya di daerah Yastrib. Abdul Munthalib lalu meminta Harits, putra sulungnya untuk menjemput adiknya itu di Yastrib. Sesampainya di rumah saudaranya itu, Harits hanya bisa bertemu dengan kuburan Abdullah, ia sudah wafat.

Kematian Abdullah tentu menjadi duka yang dalam untuk Aminah, ia tak menyangka usia pernikahannya dengan Abdullah akan berlangsung dengan singkat. Tapi Aminah sadar, ia tak mau larut dalam kesedihan, karena saat ini ia sedang mengandung anak pertamanya, buah cintanya bersama Abdullah yang sudah mendekati waktu persalinan.

Beberapa pekan kemudian, pada malam Senin 12 Rabiul Awwal tanggal 29 Agustus 580 M, tepat hari ini 1441 tahun yang lalu, bayi itu kemudian lahir dan diberi nama Muhammad.

Hari ke 12 bulan Rabiul Awal itu kemudian kita peringati sebagi Maulid Nabi Muhammad SAW, sang teladan pembawa perubahan. (*)

Tulisan sebelumnyaMaksimalkan Peran Fatayat NU Banyumas di Masyarakat
Tulisan berikutnyaGayeng Pelajar Rawalo Meriahkan Hari Santri Nasional 2021

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini