Sampeyan Juga Pendiri Pondok Pesantren ini

Apa Itu Masyayikh NU? Ini Pengertian dan Contohnya
Apa Itu Masyayikh NU? Ini Pengertian dan Contohnya

“Sampeyan ini juga pendiri pondok pesantren ini!” kata seorang kiai muda kepada seorang tukang batu yang sedang menata bata saat membangun dinding asrama pesantren.

Mendengar itu sang tukang batu melongo. Sesaat ia tak berkata apapun, sebelum kemudian ia tersenyum.

Entahlah senyum apa yang dia maksudkan. Tujuannya apa, mengiyakan atau menidakkan!

“Ya, sampeyan ini juga pendiri pondok ini,” jelas kiai muda yang dipanggil Gus tersebut sambil ngeloyor pergi.

“Nggih Gus,” kata tukang batu yang sudah mendampingi bapak mertua kiai muda itu sejak lama mengiyakan.

Ya, pendiri itu tidak hanya satu. Semua orang yang terlibat turut ambil bagian dari pendiri. Semua punya peran masing-masing dalam mendirikan apapun termasuk pesantren, masjid, negara dan lainnya.

Ucapan Gus ini mungkin membuat bingung bagi orang-orang yang dianggap sebagai pekerja saja, pembantu saja.

Sementara awam juga sudah terlanjur menganggap kalau pendiri adalah pemimpin saja, inisiator saja, apalagi kalau lembaga tersebut merupakan milik keluarga, perseorangan.

Orang-orang awam yang sebenarnya turut terlibat dalam kegiatan negara, organisasi hingga pendirian lembaga pendidikan seringkali menganggap dirinya tak berperan.

Mereka seringkali tak marah ketika dianggap tak ada dalam proses tersebut.

Namun ada juga yang nggerundel di belakang karena suatu saat anaknya tak diterima di suatu sekolah yang turut dibangunnya.

“Kami tiap minggu kerja bakti di sini, gugur gunung di sini untuk mendirikan sekolah ini. Tetapi untuk sekolah di sini saja, kami masih ditarik biaya sebagaimana yang lain.

Apa kami yang pernah bekerja itu tidak ada ringan-ringannya,” jelasnya.

Ya, begitulah warga masyarakat dalam menghadapi fenomena tersebut. Butuh pemimpin, pengasuh, pengelola lembaga, negara yang mau mengerti kebutuhan masyarakat.

Sekecil apapun seseorang, warga di sekitar lokasi lembaga pendidikan, organisasi, negara tentulah punya peran.

Sekecil apapun peran mereka, pengorbanan mereka, dalam bentuk apapun, mereka punya peran.

Mereka hakikatnya adalah suksesor, pendiri karena kita tidak bisa sendiri. Pendiri yayasan, pendiri pesantren, sekolah tak bisa bekerja sendiri.***

Tulisan sebelumnyaKhutbah Jumat dan Amerika Serikat
Tulisan berikutnyaSMP Al Hamra Cilongok, Sekolah Berbasis Pesantren dengan Program Unggulan Tahfidz Al Qur’an

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini