Bulan Ramadhan adalah momen yang tepat untuk merenung dan menggali lebih dalam tentang karakter diri. Meskipun selama Ramadhan kita berpuasa dan menahan godaan setan, nyatanya perilaku buruk masih saja terjadi. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Apakah benar godaan setan yang menjadi penyebab utama? Ataukah justru Ramadhan mengungkap karakter asli manusia?
Manusia pada dasarnya terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan ruhani. Jasmani berkaitan dengan kebutuhan fisik seperti makan, minum, dan berbagai keinginan duniawi yang sering disebut sebagai nafsu. Sementara itu, ruhani mencerminkan nilai-nilai luhur seperti ketuhanan, kebenaran, dan kasih sayang.
Dalam kehidupan sehari-hari, kedua unsur ini terus berinteraksi dan sering kali saling bertentangan. Nafsu menawarkan kenikmatan sesaat yang tak pernah benar-benar memuaskan. Sifat-sifat buruk yang selama ini tersembunyi dalam diri seseorang bisa muncul kapan saja ketika ada kesempatan-tanpa harus selalu disebabkan oleh godaan setan.
Baca Juga : Dibalik Rasa Lapar, Ada Jalan Menuju Ketakwaan
Ramadhan sejatinya adalah ajang untuk melatih kesabaran, menjaga lisan, dan meningkatkan ibadah. Namun, kenyataannya tidak semua orang mampu memanfaatkan bulan suci ini untuk menjadi lebih baik. Masih banyak yang tetap melakukan perbuatan buruk, seolah-olah Ramadhan justru membuka kedok karakter asli mereka yang selama ini tersembunyi.
Ada sebuah peribahasa yang berbunyi, “Busuk berbau jatuh berdebuk,” yang artinya sesuatu yang tidak baik, seberapa pun disembunyikan, pada akhirnya akan terungkap juga. Ramadhan, dengan segala keberkahannya, bisa menjadi cermin yang memperlihatkan sifat asli seseorang. Bukan berarti semua orang menjadi buruk di bulan Ramadhan, tetapi justru mengingatkan kita bahwa apa yang terlihat di permukaan belum tentu mencerminkan siapa seseorang sebenarnya.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
Artinya: “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan kalian berpuasa di dalamnya, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan para setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang terhalang dari kebaikannya, maka sungguh ia telah terhalang dari segala kebaikan.” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)
Baca Juga : Dapat Haus dan Lapar Saja Tak Apa-apa
Hadis ini menegaskan bahwa selama bulan Ramadhan, setan dibelenggu. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak orang yang tetap berbuat buruk. Hal ini membuktikan bahwa karakter buruk seseorang bukan semata-mata karena godaan setan, melainkan bagian dari sifat asli yang selama ini terselubung.
Maka, sudah seharusnya Ramadhan dijadikan sebagai waktu untuk introspeksi diri. Bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga mengendalikan hawa nafsu dan memperbaiki karakter. Inilah kesempatan untuk benar-benar menjadi pribadi yang lebih baik, bukan hanya di hadapan manusia, tetapi juga di hadapan Allah SWT.
Penulis: M. Shodiq Ma’mun, S.Sos
Penyuluh Agama Islam Kecamatan Ajibarang