Membaca NU Online, Mengingat Kembali Tiga Proker PCNU Banyumas

Membaca NU Online, membaca proker PCNU Banyumas
Tangkapan layar dari website resmi PBNU, nu.or.id terkait berita PCNU Banyumas.

SEBELUM membaca NU Online sebagai media ormas keagamaan, kita perlu melintas sekilas sejarah media. Sejarah media adalah sejarah panjang. Jauh sebelum mesin cetak ditemukan Guttenberg di Eropa abad XV, sejarah koran pertama dunia menyebut nama Acta Diurna dari masa Romawi kuno (59 SM). Setelah itu ada juga koran cetak pertama Di Bao (Ti-pao) tahun 700an di Cina. Konon metode pencetakannya menggunakan balok kayu, yang dipahat aksara cina.

Sejarah media cetak kemudian terus beralih hingga pasca perang dunia kedua, berkembanglah internet. Media cetak turut juga mengembangkan media online atau media digital sebagai sayap bisnis lainnya hingga sekarang.

Organisasi kemasyarakatan, termasuk Nahdlatul Ulama (NU) pun turut serta ‘mengambil hal baru yang lebih baik’  ini dengan membentuk media online, nu.or.id sebagai media resmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang 2021 ini menginjak umur 18 tahun.

Membaca nu.or.id khususnya berita-berita konteks lokal Banyumas, kita bisa melihat dokumentasi berita soal pelantikan pengurus PCNU Banyumas hingga ‘janji politik’ berupa program kerja para pengurusnya. Dari sinilah pentingnya media sebagai bagian ikhtiar dokumentasi dan publikasi untuk menjadi evaluasi implementasi kinerja organisasi.

Dalam rubrik Daerah nu.or.id Selasa 6 Februari 2018,  nu.or.id mengusung berita berjudul ‘PCNU Banyumas Canangkan Tiga Program Utama Organisasi’.

Terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah PCNU Banyumas, H Sabar Munanto mencanangkan tiga program utama. Mulai dari pendataan warga NU (Nahdliyyin), mengaktifkan informasi dan komunikasi digital, hingga kemandirian ekonomi warga berbasis pengelolaan keuangan.  

Untuk program pendataan warga NU melalui Kartu Anggota NU inilah, Sabar Munanto berharap akan tercipta peta jelas mengenai berapa kuantitas dan bagaimana kualitas warga NU di Banyumas. Peta warga NU sangat penting untuk didayagunakan untuk kepentingan politik keumatan, sosial ekonomi, budaya yang bermuara pada ke-ridloan Allah SWT.

Dalam perkembangannya, untuk pendataan warga NU ini akhirnya menggunakan fasilitasi laman sisnu.id yang langsung didata oleh warga hingga tingkat ranting dan pencetakan Karta NU di tingkat Majelis Wakil Cabang NU.

Untuk program yang kedua adalah aktivasi informasi dan komunikasi digital, PCNU Banyumas juga telah meluncurkan website resmi diluncurkan bersamaan dengan pelantikan PCNU Banyumas 2018-2023, Rabu, 31 Januari 2018 lalu.

Dalam perkembangannya website dengan domain pcnubanyumas.org kini telah dialihkan menjadi nubanyumas.com oleh Lembaga Ta’lif wa Nasyr (LTN NU) Banyumas.

Sementara untuk program ketiga yaitu kemandirian ekonomi. Ketua Tanfidzyah, H Sabar Munanto berharap kelak ada bank khusus yang mengelola uangnya warga NU.

“Uangnya orang NU, lembaga mulai masjid, mushola di bawah LTM harus dikelola satu lembaga (keuangan). Agar kita tahu persis berapa kemampuan finansial kita,” tandasnya.  Kalau sudah jelas, potensi warga, keuangan dan penguasaan sumber informasi, NU Banyumas, diyakini memegang kendali kondusifitas.

Baca Juga : NU Online, Sejarah Panjang Media NU

Dalam dokumentasi tersebut, juga turut disinggung soal tugas pokok fungsi (tupoksi) PCNU, pengurus harian hanya akan fokus pada fasilitasi, asistensi dan musyawarah. Selanjutnya para ‘menteri’ yang tersebar di kelembagan (lembaga/badan otonom) yang melaksanakan.

Demikian keberadaan dokumentasi media massa (online) termasuk NU online ini terbilang cukup strategis dalam upaya menjadi bagian tertib administrasi organisasi. Media massa bisa dijadikan fungsi sebagai arsiparis, dokumenter atas peristiwa besar atau kecil dalam organisasi. Ia bisa menjadi tali kendali yang setiap saat ditarik atau diulur untuk memperlancar laju roda organisasi.

Membaca NU Online terkait konteks lokal NU Banyumas di awal masa periode kepengurusan, bisa jadi bahan pengingat, pengukur bahkan titik tolak mendefinisikan kembali apakah, seberapakah dan bagaimana ‘catat laksanakan’ ataupun ‘laksanakan catat’ itu sudah terimplementasi dengan baik.

Sebuah berita di masa lampau bisa menjadi bahan untuk menelusur sejarah di masa sekarang yang lebih baik. Tentulah akan lebih baik lagi ketika hal itu disandarkan pada kepentingan keumatan serta niat untuk menjaga meneruskan amanah para ulama pendiri organisasi yang nasabnya tersambung hingga Kanjeng Nabi. (redaksi-)

Tulisan sebelumnyaDoakan Keselamatan Bangsa, UIN Saizu Purwokerto Gelar Doa Bersama
Tulisan berikutnyaSiti Mukaromah: Generasi Muda NU Jangan Sampai Antipati Politik

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini