Khutbah Jumat di awal bulan Dzulhijjah kali ini menganggat tema tentang Siapa Ismailmu? Setiap manusia memiliki sesuatu yang sangat dicintai,anak, harta, cita-cita, bahkan rutinitas yang sulit dilepaskan. Tapi, pernahkah kita bertanya dalam-dalam: Apa yang paling berat jika harus kita relakan demi Allah?
Dalam khutbah Jumat kali ini, kita diajak merenungi kembali kisah agung Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sebuah ujian pengorbanan yang tidak sekadar sejarah, tetapi cermin kehidupan kita hari ini. “Siapa Ismailmu?” bukan sekadar pertanyaan retoris, tetapi ajakan untuk menyelami apa yang benar-benar kita perjuangkan dan apakah kita siap melepaskannya jika Allah memerintahkan.
Melalui khutbah ini, mari kita buka hati, pertajam iman, dan kuatkan langkah dalam mendidik diri dan keluarga menjadi pribadi yang sabar, ikhlas, dan taat sepenuh hati kepada Allah. Bacalah khutbah ini dengan hati yang jernih,barangkali inilah jawaban atas keresahan yang selama ini kamu pendam.
Baca Juga : Khutbah Idul Adha 1446 H: Pengorbanan Ibrahim dan Ismail di Era Modern
Khutbah Jumat: Siapa Ismailmu?
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيًا إِلَى اللّٰهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُّنِيْرًا.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، الَّذِي بَشَّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِأَنَّ لَهُمْ فَضْلًا كَبِيْرًا،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، الَّذِي ذَكَرَ اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah …
Setiap kita pasti memiliki sesuatu yang sangat kita cintai dan kita jaga dengan sepenuh hati. Bisa anak, keluarga, harta, atau mimpi-mimpi besar yang kita perjuangkan. Namun, pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri: Siapa Ismailmu? Apa ujian terberat dalam hidupmu? Dan apa yang rela kamu korbankan demi ketaatan kepada Rabbmu?
Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari kita renungkan kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail. Kisah yang penuh makna tentang pengorbanan dan keteguhan iman. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya — ujian yang sangat berat bagi seorang ayah. Namun, yang membuat kisah ini luar biasa adalah sikap Nabi Ismail sendiri yang dengan lapang dada menerima perintah Allah. Ia berkata kepada ayahnya: “Ayah, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah. Aku siap menjadi orang yang sabar.”
Ini adalah contoh keteladanan yang sangat dalam. Nabi Ismail mengajarkan kita tentang kesabaran yang tidak mudah, keikhlasan yang tulus, dan ketaatan yang tanpa syarat. Ia bukan hanya anak yang taat pada ayahnya, tapi juga hamba yang patuh pada perintah Allah dengan sepenuh hati.
Kita semua tahu bahwa mendidik anak di zaman sekarang bukanlah hal yang mudah. Di zaman sekarang, “Ismail” kita bisa bermacam-macam: bisa jadi anak-anak kita, harta benda yang kita genggam erat, pekerjaan yang kita banggakan, atau bahkan kebiasaan dan keinginan yang sulit kita lepaskan.
Pertanyaannya adalah: Apakah kita sudah siap melepaskan “Ismail” itu demi ridha Allah? Apakah kita sudah menanamkan nilai-nilai kesabaran, keikhlasan, dan ketaatan itu dalam diri kita dan anak-anak kita?
Mendidik anak di era sekarang memang penuh tantangan. Mereka hidup dalam dunia yang penuh godaan dan pengaruh yang bisa mengikis iman dan akhlak. Oleh sebab itu, kita perlu menanamkan nilai-nilai agama sejak dini — bukan hanya lewat kata-kata, tapi juga lewat contoh nyata. Anak-anak perlu melihat bagaimana kita berdoa, bagaimana kita shalat, bagaimana kita tabah menghadapi masalah, dan bagaimana kita ikhlas dalam menjalani hidup.
Allah berfirman dalam surat Luqman ayat 17:
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Wahai anakku, dirikanlah salat, dan suruhlah (manusia) berbuat yang ma’ruf, dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar, serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.” (QS. Luqman: 17)
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah …
Kita harus menjadi teladan bagi anak-anak. Mengajarkan bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah titipan Allah yang harus siap kita lepaskan jika Dia menghendaki. Tanamkan pada mereka arti sabar menghadapi ujian dan ikhlas menerima ketetapan-Nya. Bangun komunikasi yang baik dengan mereka. Dengarkan dan bimbing dengan kasih sayang serta ketegasan. Jangan lupa, doa adalah senjata utama kita sebagai orang tua. Mohonlah kepada Allah agar Dia menjaga hati anak-anak kita, menjauhkan mereka dari keburukan, dan menjadikan mereka generasi yang kuat iman dan akhlaknya.
Mari kita jadikan kisah Nabi Ismail sebagai cermin dan inspirasi dalam hidup kita. Ujian yang kita hadapi bukanlah beban tanpa makna, melainkan kesempatan untuk menguatkan iman dan mendekatkan diri kepada Allah. Semoga Allah menjadikan kita dan anak-anak kita generasi yang tidak hanya kuat dalam iman, tetapi juga penuh pengorbanan dan ridha dalam menjalani takdir-Nya. Jadilah “Ismail” masa kini yang selalu siap berkorban demi ridha Allah dan menjadi cahaya bagi keluarga serta masyarakat. Amin ya Rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، الَّذِي لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى:
إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ.
اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ، وَالْقُرُوْنَ، وَالزَّلَازِلَ، وَالْمِحَنَ، وَسُوْءَ الْفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خَاصَّةً، وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللّٰهِ …
إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ، وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ،
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَىٰ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ.
Muhammad Shodiq Ma’mun, S.Sos
(Ketua RMI MWC NU Ajibarang)