Khutbah Jumat: Melawan Penyimpangan LGBT
Khutbah I
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ:فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Marilah kita tingkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Tanda kesempurnaan iman adalah menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, mengajak kepada kebaikan dan mencegah perbuatan keji di lingkungan kita.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Di era kemajuan teknologi saat ini, kemudahan akses informasi melalui handphone membuat kita lebih cepat dan luas menerima berbagai kabar. Salah satu fenomena yang menjadi perhatian adalah LGBT, singkatan dari lesbian, biseksual, gay, dan transgender.
Fenomena ini mencerminkan orientasi seksual yang menyimpang, seperti hubungan sesama jenis dan identitas gender yang tidak sesuai dengan fitrah kelahiran. Dalam Islam, hubungan suami istri yang sah hanyalah antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana telah tegas diatur dalam ajaran agama.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-A’raf:
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ
“(Ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya: ‘Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu.’” (QS. Al-A’raf : 80)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa Nabi Luth telah memperingatkan kaumnya yang melakukan perbuatan yang sangat tercela dan belum pernah terjadi pada umat lain sebelumnya. Perbuatan tersebut jelas merupakan pelanggaran terhadap fitrah dan aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dalam kebaikan dan kesucian.
Selain itu, Allah juga mengingatkan dalam surat Asy-Syu’ara:
أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ . وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ
“Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia (berbuat homoseks)?. Sementara itu, kamu tinggalkan (perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istrimu? Kamu (memang) kaum yang melampaui batas.” (QS. Asy-Syu’ara: 165-166)
Ayat tersebut menegaskan kecaman Allah terhadap mereka yang meninggalkan pasangan sejati ciptaan-Nya, yaitu laki-laki dan perempuan, lalu memilih jalan yang salah dengan mendatangi sesama jenis. Ini bukan sekadar pelanggaran agama, tapi juga tindakan yang melampaui batas kesopanan dan normatif yang telah Allah tetapkan.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Kita perlu menghargai perbedaan demi terciptanya kedamaian hidup bermasyarakat. Namun, perbedaan dalam kasus LGBT adalah perbedaan yang harus kita lawan dan perangi, bukan diberi ruang dengan alasan Hak Asasi Manusia. Penyimpangan ini tidak dapat dibenarkan dalam segi agama, akal, dan kemanusiaan.
Sebagai umat Muslim yang dianugerahi akal sehat, kita wajib menyeimbangkan hati dan logika dalam memberikan nasihat. Dalam konteks moderasi beragama dengan menjunjung nilai toleransi, perlu ditekankan bahwa tidak ada pembenaran atas penyimpangan ini. Oleh karena itu, kita wajib menjaga perilaku dan pergaulan serta terus mengingat ajaran Islam.
Dalam sebuah hadits dari sahabat Jabir bin Abdullah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنَّ أخْوَفَ ما أخافُ على أُمَّتي عَملُ قومِ لوطٍ
“Perkara yang paling aku khawatirkan pada umatku adalah munculnya perilaku kaum Luth.” (HR At-Tirmidzi)
Perilaku kaum homoseks dan sejenisnya telah melanggar empat norma sosial utama:
Pertama, norma susila, karena perbuatan LGBT sangat bertentangan dengan hati nurani dan moralitas yang baik.
Kedua, norma hukum, di mana UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 menyatakan perkawinan yang sah adalah antara pria dan wanita.
Ketiga, norma kesopanan, karena perilaku semacam ini tidak pantas dan menyimpang dari norma sosial yang berlaku.
Keempat, norma agama, karena semua agama di Indonesia jelas melarang hubungan sesama jenis.
Marilah kita bersama-sama membentengi diri dan keluarga dengan iman dan ilmu, menjaga akhlak dan pergaulan agar terhindar dari segala perbuatan yang dilarang Allah.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ , اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ لخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
M Shodiq Ma’mun
(Rais Syuriah PRNU Kalibenda, Ajibarang)