Setiap orang pasti diuji oleh Allah SWT, hanya saja bentuknya berbeda-beda. Ada yang diuji dengan kesulitan, ada pula yang diuji dengan kelapangan. Khutbah Jumat kali ini mengingatkan bahwa kenikmatan yang sering kita syukuri, harta, jabatan, kesehatan, dan kelapangan hidup, bisa jadi justru cobaan yang sesungguhnya. Sebab, di balik setiap nikmat, tersimpan ujian: apakah kita tetap bersyukur, atau justru lalai dari Sang Pemberi Nikmat.
Khutbah Jumat: Kenikmatan adalah Cobaan!
Khutbah I
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ هَادِي الْمُتَّقِينَ وَنَاصِرِ الْمُؤْمِنِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، مَالِكُ الْمُلْكِ رَبُّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ خَاتَمُ النَّبِيِّينَ. ٱللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ، اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ فَإِنَّ التَّقْوَى مَنْبَعُ السَّعَادَةِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، ٱلَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Ma’asyiral hadirin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya sekaligus menjauhi larangan-Nya.
Jamaah jumat yang dirahmati Allah,
Hidup adalah rangkaian ujian yang tak terpisahkan dari takdir Allah SWT. Setiap individu pasti menghadapi cobaan sebagai bagian perjalanan hidup. Seperti siswa yang menghadapi ujian di sekolah, dengan ketenangan, keyakinan, dan usaha konsisten, ia bisa melewati ujian dan melangkah ke jenjang berikutnya. Begitu juga, orang yang sabar dan ikhlas menerima ujian akan memperoleh rahmat, keselamatan, dan peningkatan derajat di sisi Allah SWT.
Namun perlu kita pahami, ujian kehidupan tidak hanya datang pada mereka yang tertimpa kesusahan, kemiskinan, atau musibah. Bahkan mereka yang hidup dalam gelimpangan harta hakikatnya tengah diuji oleh Allah. Ironis nya, banyak yang berhasil selamat dari ujian kemiskinan tetapi sangat sedikit yang dapat selamat dari ujian kekayaan.
Jamaah jumat yang dirahmati Allah,
Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita dengan sabdanya:
فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ
“Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian, akan tetapi yang aku khawatirkan adalah dunia dibukakan untuk kalian seperti dibukakan kepada orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba, kemudian dunia itu membinasakan kalian seperti halnya mereka.”
Sabda Nabi mengajarkan bahwa kemiskinan bukan ujian terberat. Bahaya utama muncul ketika kemewahan dunia membuat kita terbuai dan melupakan Allah. Dalam kondisi itu, manusia berlomba mengumpulkan harta tanpa tanggung jawab, sehingga harta bisa menjadi sumber kehancuran.
Meski demikian, Nabi tidak melarang mencari kekayaan. Allah memerintahkan kita memperoleh rezeki halal dan mengelolanya dengan bijak melalui zakat, infaq, dan sedekah untuk diri dan orang lain. Kekayaan seperti ini mendapat ridho Allah dan membawa keberkahan dunia-akhirat. Sayangnya, banyak yang salah paham; saat harta melimpah, sebagian merasa bangga dan berkuasa, padahal kekayaan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan, mulai dari cara mendapatkannya hingga pemanfaatannya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memuliakan Kiai untuk Meraih Ridha Ilahi
Jamaah jumat yang dirahmati Allah,
Kisah Tsa’labah bin Hathib mengajarkan bahwa kekayaan tanpa ketaatan bisa membawa bencana. Awalnya ia rajin beribadah dan shalat berjamaah, namun setelah didoakan Nabi, kekayaannya bertambah pesat hingga lupa menjalankan ibadah dan membayar zakat. Ketika hendak menyerahkan zakat, Rasulullah menolaknya karena Allah melarang menerima zakat darinya. Para sahabat juga menolak zakat nya sebagai pengingat bahwa kekayaan tanpa iman dan tanggung jawab bisa mendatangkan malapetaka.
Kisah ini mengingatkan bahwa kekayaan adalah amanah untuk ibadah, menolong sesama, dan mendekatkan diri kepada Allah. Tanpa kesadaran dan tanggung jawab, kekayaan berpotensi menjadi jalan kehancuran, Na’udzubillah.
Mudah-mudahan kita selalu diberi kesadaran dan kekuatan menjaga amanah ini dengan penuh tanggung jawab agar terhindar dari kehancuran. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللّٰهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Penulis: M. Shodiq Ma’mun, S.Sos
(Penyuluh Agama Islam KUA Ajibarang)












