Khutbah Jum’at: “Jangan Buru-Buru Menyimpulkan Informasi”

Oleh: Drs. H. Imam Hidayat, M.Pd.I.
(Ketua PCNU Kab. Banyumas)

Khutbah 1

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اَلْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: اَلَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَهٗ ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدٰىهُمُ اللّٰهُ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ اُوْلُوْا الْاَلْبَابِ.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Segala puji bagi Allah swt yang senantiasa menurunkan nikmat dan rahmat-Nya kepada kita. Semua ini wajib kita syukuri untuk menjadi modal kita beribadah sebagai misi utama diciptakannya manusia ke alam dunia ini. Maksimalnya pengabdian kita menyembah Allah swt bisa terus kita pupuk dengan menguatkan ketakwaan yakni senantiasa patuh kepada perintahNya dan takut melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah swt.

Karena makna takwa sendiri yakni imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahihi yaitu menjalankan apapun yang diperintahkan oleh Allah swt dan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menjauhi apapun yang dilarang-Nya. Ketakwaan ini juga yang akan menjadi panduan kita dalam mengarungi dinamika kehidupan yang semakin  komplek di tengah perkembangan zaman yang sangat pesat saat ini.

Cepat dan pesatnya perubahan zaman ini bukan hanya memberikan dampak positif berupa kemudahan dalam berbagai aktivitas kehidupan, namun juga menyelipkan dampak negatif yang perlu diwaspadai. Di antara dampak negatif yang muncul adalah banjirnya informasi, baik itu informasi yang benar maupun informasi yang tidak benar, yang terkenal dengan istilah hoaks.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Informasi yang masuk melalui berbagai media, khususnya melalui internet dan media sosial harus benar-benar diseleksi secara cermat. Pasalnya, informasi yang bertebaran di media tersebut memiliki dua kemungkinan yakni benar atau salah. Kemudian perlu juga kita ingat bahwa informasi yang berasal dari media sosial yang terlihat baik, belum tentu benar. Yang benar pun belum tentu bermanfaat dan yang bermanfaat belum tentu cocok untuk disebar-sebarkan atau dibagi-bagikan ke ranah publik.

Semua berita yang masuk ke dalam handphone khususnya, harus kita pilah dan pilih sekaligus tidak boleh langsung menyebarkannya. Perlu dilakukan verifikasi atau tabayyun dan dipastikan kebenaran serta manfaatnya. Kita diperintahkan oleh Allah swt untuk mengikuti hal-hal yang baik saja dari informasi-informasi yang banyak berseliweran di sekitar kita. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Az Zumar ayat 18:

اَلَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَهٗ ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدٰىهُمُ اللّٰهُ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ اُولُوا الْاَلْبَابِ

Artinya: “(Yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah ulul albab (orang-orang yang mempunyai akal sehat).”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kita tidak diperbolehkan terburu-buru dalam menyimpulkan sesuatu khususnya menyimpulkan informasi yang ada di media sosial. Di tengah derasnya arus informasi saat ini, sangat sulit untuk membedakan antara yang haq (benar) dengan yang hoaks (salah). Perlu dipastikan beberapa aspek yang bisa memandu kita untuk mengetahui apakah informasi yang beredar tersebut benar atau salah.

Aspek dalam mengklarifikasi sebuah informasi juga sudah dicontohkan oleh para ulama ahli hadits dengan memastikan beberapa aspek di antaranya adalah kebenaran dan ketepercayaan sumber informasi atau sanad dan perawinya. Selanjutnya penting juga untuk memastikan kebenaran konten  atau matannya.

Kemudian kesesuaian konteks tempat dan waktu serta latar belakang saat informasi tersebut didapatkan juga penting untuk diperhatikan. Al-Qur’an juga sudah memberi panduan untuk kita senantiasa melakukan tabayun atau klarifikasi sebelum kita menyimpulkan dan meyakini sebuah informasi. Dalam hal ini Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Qs. Al-Hujurat : 6).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kita diingatkan oleh Allah swt untuk tidak boleh tergesa-gesa dalam menyimpulkan sesuatu. Perlu konfirmasi dan klarifikasi pada sebuah informasi agar tidak memberi dampak negatif dalam kehidupan. Surat Al-Hujurat ayat 6 ini mengingatkan bahwa jika kita terburu-buru mempercayai berita yang tidak jelas, maka akan bisa menimpakan musibah bagi diri sendiri dan orang lain yang pada akhirnya hanya akan memunculkan penyesalan terhadap apa yang kita lakukan.

Sudah banyak contoh kejadian saat ini akibat kecerobohan dalam membuat dan membagikan konten informasi di media sosial. Banyak pihak yang menyesal karena bermasalah dan harus berurusan dengan proses hukum akibat dilaporkan pihak yang dirugikan. Ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk waspada dan berhati-hati dalam menerima informasi. Rasulullah bersabda:

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَــقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَـصـمُــتْ

Artinya: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” [HR Bukhari]

Ketidakhati-hatian kita dalam memproduksi, memahami, dan menyebarkan informasi di media sosial juga bisa berdampak pada munculnya masalah baru seperti fitnah, ujaran kebencian, menggunjing, dan juga berburuk sangka. Padahal perbuatan-perbuatan ini merupakan hal yang dilarang dan disebutkan dalam Al-Qur’an di antaranya dana al-Hujurat ayat 12:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ  اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Ilmuwan juga memberikan panduan bagi kita untuk melakukan 7 hal sebelum kita memutuskan atau mengambil sebuah kesimpulan yang disebut sebagai teori Ladder of Inference (Tangga Inferensi). Tujuh tahapan dalam Ladder of Inference ini mampu membantu dalam mengisi celah pemikiran untuk membuat keputusan berdasarkan kenyataan.  Pertama, Pahami informasi atau data-data yang tersedia. Kedua, pilih data-data yang tersedia dengan cermat dengan menghubungkan pada pengalaman dan keyakinan yang dimiliki.

Ketiga, interpretasikan atau pahami arti dari data dan kondisi fakta yang terjadi dengan cara meneliti apa yang dilihat atau didengar. Di tahap inilah kita harus melakukan tabayun dan klarifikasi. Keempat, asumsikan data yang diinterpretasikan berdasarkan asumsi pribadi. Kelima, tarik kesimpulan dari asumsi yang kita buat. Keenam ambil kesimpulan, dan ketujuh lakukan jika itu diyakini sebagai sebuah keputusan yang benar.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Semoga kita senantiasa diberi perlindungan dan hidayah oleh Allah swt dalam menapaki hidup di tengah derasnya arus informasi ini. Semoga kita juga senantiasa diberikan petunjuk oleh Allah untuk dapat mengetahui mana yang hak dan mana yang batil. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.

KHUTBAH 2

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ  وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.  اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Tulisan sebelumnyaMalam Ini, Pengurus Ranting NU se-MWC Kedungbanteng Dilantik
Tulisan berikutnyaKhutbah Jum’at: “Qolbun Salim”

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini