Keistimewaan Menjadi Umat Kanjeng Nabi Muhammad SAW

    Keistimewaan Menjadi Umat Kanjeng Nabi Muhammad SAW
    Keistimewaan Menjadi Umat Kanjeng Nabi Muhammad SAW

    Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya manusia yang di Al-Qur’an disifati dengan ra’ufun rahiimun (at-Taubah: 128).

    Kanjeng Nabi Muhammad adalah satu-satunya nabi yang di Al-Qur’an tidak pernah diseru oleh Allah dengan panggilan namanya secara langsung.

    Melainkan dengan panggilan ya ayyuhan nabiy (al-Ahzab: 45) dan atau ya ayyuhar rasul (al-Maidah: 67).

    Nabi Muhammad adalah satu-satunya nabi yang di dalam Al-Qur’an Allah, malaikat, beserta umat mu’min ber-‘shalawat’ untuknya (al-Ahzab: 56).

    Sungguh semua ini menggambarkan betapa istimewanya kedudukan Kanjeng Nabi di sisi Allah SWT.

    Dalam kedudukannya yang istimewa ini, Allah seringkali memberi hadiah-hadiah super spesial kepada Kanjeng Nabi yang hadiah-hadiah tersebut tidak diberikan kepada yang lain.

    Namun demikian, sungguh mulia Kanjeng Nabi, setiap kali beliau diberi (ditawari) hadiah-hadiah super spesial tersebut, beliau tidak memikirkan diri sendiri.

    Beliau selalu teringat pada umatnya dan karenanya beliau sangat ingin agar segala kebaikan, keberkahan, dan kebahagiaan yang Allah berikan kepada beliau, juga dianugerahkan kepada umatnya.

    Misalnya, pada peristiwa Isra’ Mi’raj, Kanjeng Nabi mendapat hadiah super spesial dari Allah berupa ucapan salam langsung dari Allah: “as-salaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuhu.”

    Mendapat hadiah super spesial dari Allah yang berupa keselamatan, rahmat, dan keberkahan seperti ini, Kanjeng Nabi tidak lantas euphoria dengan dirinya sendiri.

    Kanjeng Nabi jauh dari sifat seperti itu. Di moment seperti itu, justru yang beliau ingat adalah umatnya.

    Beliau sangat ingin agar keselamatan, rahmat, dan keberkahan tersebut juga dianugerahkan kepada umatnya.

    Hal ini sebagaimana tersurat pada jawaban beliau ketika menjawab salam dari Allah: “as-salamu ‘alainaa wa ‘ala ‘ibadillahish shalihiin”.

    Dengan ini, hadiah super spesial dari Allah yang berupa; salamah, rahmah, dan barakah, yang awalnya hanya (khusus) diberikan pada beliau akhirnya merembes, memercik, dan menyiprat kepada umatnya sekalian.

    Contoh lainnya, di dalam QS. Adh-Dhuha ayat: 5, Allah berfirman kepada Kanjeng Nabi: ‘Wala saufa yu’thika rabbuka fatardha’ (Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas).

    Di ayat ini, tersurat bahwa Allah akan memberi hadiah super spesial kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, dan pasti Nabi akan ridha (puas) menerimanya.

    Akan tetapi mendapat (tawaran) hadiah super spesial seperti ini, Kanjeng Nabi sekali lagi tidak lantas menjadi lupa diri apalagi lepas kendali.

    Kanjeng Nabi sungguh amat jauh dari sifat seperti ini. Pada moment seperti ini, beliau senantiasa memikirkan umatnya.

    Beliau sangat ingin agar hadiah super spesial yang kelak Allah berikan adalah ‘sesuatu’ yang menyelamatkan umatnya (bukan sesuatu untuk kesenangan dirinya).

    Oleh karena itu, berkenaan dengan QS. Adh-Dhuha: 5 tersebut beliau memohon kepada Allah.

    Dalam hal ini, beliau matur: ‘idzan la ardha wa wahidun min ummati fin nar’ (Kalau demikian Gusti, Saya masih belum bisa puas (ridha), jika masih ada satu orang dari umatku yang masuk neraka’).

    Dengan ini, lagi-lagi hadiah super special dari Allah yang sejatinya hanya (khusus) diberikan pada beliau, akhirnya umatnya sekalian lah yang menerimanya.

    Keistimewaan Umat Nabi Muhammad SAW

    Dua sampel kejadian di atas, menggambarkan betapa mulianya Gusti Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

    Beliau yang memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah, tidak menggunakan keistimewaan tersebut untuk dirinya sendiri dan atau keluarganya (Kanjeng Nabi sekali lagi jauh dari sifat seperti ini).

    Baca juga: Jadi Orang Islam Tidak Harus Jadi Orang Arab

    Teramat cinta dan sayangnya beliau kepada umatnya, sehingga semua-muanya adalah untuk umatnya, umatnya, dan umatnya. Al-Hamdulillah kita ditakdir menjadi umat beliau.

    Nabi yang sangat istimewa dan yang selalu mengistimewakan umatnya.

    Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammadin ‘abdika wa nabiyyika wa rasulikan nabiyyil ummiyyi wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallim tasliman bi qadri ‘adzamati Dzatika fi kulli waqtin wa hiin!
    Wallahu a’lam Bish-Shawwab!

    Penulis: Dr. Munawir, S.Th.I, M.Si., dosen Ilmu Tafsir Hadits UIN Saifuddin Zuhri dan pengurus LBM PCNU Banyumas 2023-2028

    Tulisan sebelumnyaJadi Orang Islam Tidak Harus Jadi Orang Arab
    Tulisan berikutnyaBayar UKT Pakai BSI Mobile, Mahasiswa UIN Saizu Purwokerto Berpeluang Dapat Hadiah Menarik

    TULIS KOMENTAR

    Tuliskan komentar anda disini
    Tuliskan nama anda disini