Islam dan Selera Kita Tentang Islam

Islam dan Selera Kita Tentang Islam
Islam dan Selera Kita Tentang Islam

Islam adalah agama yang mudah; ajaran-ajaran tentang Islam tidak ada yang sulit.

Hal ini karena Allah SWT sendiri sebagai Sang Pemilik Islam memang tidak menghendakinya demikian. Islam didesain dengan dosis yang sesuai batas kemampuan manusia.

Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran (QS. al-Baqarah: 185). Namun dalam praktiknya, terkadang ada ajaran-ajaran Islam yang sulit untuk dilaksanakan.

Hal ini, tentu bukan Islam, tetapi selera kita tentang Islam.

Sejatinya, beda sekali antara Islam dan selera kita tentang Islam, akan tetapi kita sendiri sering menyamakan bahwa selera kita tentang Islam adalah Islam itu sendiri.

Menyamakan selera kita tentang Islam dengan Islam, mungkin bagi sebagian kita adalah baik-baik saja.

Akan tetapi dari sudut pendang tertentu, hal itu bisa beresiko, khususnya bagi citra Islam itu sendiri.

Islam yang mudah menjadi tercitrakan sebagai agama yang susah, demikian pula Islam yang ringan menjadi terkesankan sebagai agama yang berat.

Selera kita tentang Islam tentu berbeda-beda, karena masing-masing kita memiliki kesukaan sendiri-sendiri; ada yang enteng mengerjakan ibadah itu, tapi merasa berat mengerjakan ibadah ini.

Ada yang semangat melakukan ibadah itu, tapi agak malas melakukan ibadah ini; ada yang istiqamah menunaikan ibadah itu, tapi bolong-bolong untuk menunaikan ibadah ini; dan seterusnya.

Nah, jika ukuran Islam adalah selera kita tentang Islam, maka dikhawatirkan Islam bisa menjadi agama yang kehilangan kharakter dasarnya, yaitu kemudahan dan keringanan.

Ber-Islam Sesuai Selera

Ber-Islam sesuai dengan selera kita tentang Islam tentu boleh-boleh saja, bahkan bisa juga baik adanya.

Hanya saja, selera kita tentang Islam tidak boleh untuk dipaksakan menjadi selera orang lain tentang Islam-nya.

Hal ini karena selera kita tentang Islam belum tentu sama dengan selera orang lain tentang Islam-nya.

Memaksakan orang lain untuk ber-Islam seperti selera kita, hanya akan menjadikan praktek keber-Islaman yang tidak tulus dan tidak membahagiakan.

Misalnya, ada seorang tokoh yang kebetulan disukakan terhadap satu amalan ibadah berupa membaca Al-Qur’an satu hari satu juz.

Baca juga: Mewahnya Nikmat Hidup di Dunia Sebagai Manusia Beriman

Kemudian, karena merasa sebagai seorang tokoh, lalu amalannya tersebut yang berupa membaca Al-Qur’an satu hari satu juz, ia paksakan untuk juga diamalkan oleh jamaahnya.

Padahal, tidak semua jamaahnya berselera dengan amalan ibadah tersebut.

Hal ini jika dipaksakan, maka akan terjadi praktek membaca Al-Qur’an yang tidak tulus dan tidak membahagiakan.

Dikhawatirkan yang bersangkutan (jamaah) melakukan amalan tersebut dengan hati yang berat, terpaksa, dan bahkan tertekan.

Nabi mendakwahkan Islam kepada umatnya dengan penuh kemudahan dan keringanan.

Sehingga tidak mengherankan jika akhirnya Islam bisa diterima oleh umat manusia dengan segala keanekaragaman kualitasnya.

Mereka yang sehat bisa ber-Islam, demikian pula mereka yang sakit juga bisa ber-Islam.

Kemudian mereka yang kaya bisa ber-Islam, demikian pula mereka yang miskin juga bisa ber-Islam.

Mereka yang ulama bisa ber-Islam, demikian pula mereka yang awam juga bisa ber-Islam.

Intinya, tidak ada satu umat manusia pun yang tidak bisa ber-Islam.

Baca juga: Ber-Islam Dengan Dosis Manusia

Selain rukun iman yang enam, hal-hal yang wajib dikerjakan oleh umat Islam adalah rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.

Rukun Islam yang lima ini, semua-muanya adalah mudah dan ringan dari segi pelaksanaan (ritual)-nya.

Kalimah syahadat, ini adalah pintu masuk ber-Islam, pelaksanaannya sangat mudah, cukup diikrarkan secara lisan, kalau tidak hafal boleh sambil dituntun (menirukan).

Shalat, ini adalah penyangganya Islam, pelaksanaannya juga tidak memberatkan, gerakan-gerakannya tidak sebanyak dan sesusah gerakan-gerakan senam, gerakan-gerakan shalat hanya berdiri, rukuk, sujud, dan duduk, mudah sekali.

Zakat, ini adalah ibadah pembersih jiwa dan harta, pelaksanaannya setahun sekali dan itu pun hanya dibebankan kepada mereka yang mampu, mereka yang tidak mampu justru diberi zakat.

Puasa, ini adalah ibadah tahunan, pelaksanaannya juga mudah sekali, hanya dengan menahan makan, minum, dan berhubungan suami istri mulai dari shubuh sampai maghrib.

Terakhir adalah haji, ini adalah ibadah seumur hidup sekali, diwajibkan bagi mereka yang mampu, pelaksanaan ritual haji pun sangat mudah, terdiri dari; memakai baju ihram, berputar mengelilingi ka’bah, lari-lari kecil dari Shafa ke Marwa, berdiam diri di Arafah, dan mencukur rambut kepala.

Dilihat dari rukunnya yang lima di atas, jelas sekali bahwa Islam itu mudah dan ringan.

Kenapa demikian? Ya karena dari kelimanya, dilihat dari segi pelaksanaan ritualnya tidak ada yang susah, dan dilihat dari segi waktu pelaksanaannya juga tidak membebankan.

Hanya shalat yang pelaksanaannya dituntut harian, sedangkan selainnya, seperti zakat dan puasa, tuntutan pelaksanaannya adalah tahunan.

Adapun haji, malah seumur hidup hanya sekali.

Berdasarkan hal ini, sekali lagi Islam itu mudah dan ringan, jika terkesan susah dan berat, itu barangkali karena ukurannya adalah selera kita sendiri tentang Islam.

Wallahu A’lam Bish Shawwab!

Penulis: Dr. Munawir, S.Th.I, M.Si., dosen Ilmu Tafsir Hadits UIN Saifuddin Zuhri dan pengurus LBM PCNU Banyumas 2023-2028

Tulisan sebelumnyaRois Syuriah KH Mughni Labib Paparkan Soal Haji Tanpa Visa Haji, Bagaimana Hukumnya
Tulisan berikutnyaHaji Selain Pakai Visa Haji, Sah Tapi Haram!

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini