Insentif Guru Ngaji: ‘Bukan Gaji’ Tapi Kehadiran Negara untuk Pejuang Agama

Oleh: Rujito, M.Sos*

Di banyak kampung di Jawa, termasuk Banyumas, para ustadz dan ustadzah tumbuh dari tradisi panjang pengabdian ilmu. Mereka belajar kepada guru-guru yang juga ikhlas mengajar tanpa hitung-hitungan materi. Dari sinilah muncul karakter paling mulia seorang pendidik keagamaan: ketulusan. Mengajar bagi mereka bukan pekerjaan, tetapi panggilan jiwa. Tidak ada kontrak, tidak ada honor tetap, tidak ada fasilitas khusus. Yang ada hanyalah semangat untuk meneruskan ilmu tetap hidup di hati anak-anak kita.

Para guru ngaji ini tidak pernah meminta apa pun selain kelancaran dalam mendidik. Mereka keluar-masuk mushala, TPQ, madrasah diniyah, atau pondok pesantren dengan penuh kerendahan hati. Banyak di antara mereka yang harus merogoh kocek pribadi untuk membeli spidol, kertas, bahkan sajadah. Sikap mukhlis (ikhlas) inilah yang menjadi kekuatan terbesar pendidikan keagamaan kita selama ratusan tahun. Mereka adalah pilar yang diam-diam menjaga karakter bangsa.

Namun kesunyian pengabdian ini sering kali membuat peran mereka luput dari radar kebijakan formal. Padahal, tanpa guru ngaji, sebagian besar anak bangsa akan tumbuh tanpa fondasi moral yang kuat. Dalam konteks inilah, kehadiran _insentif Gubernur Jawa Tengah untuk guru ngaji_ menjadi penting dan layak diapresiasi. Program ini bukan sekadar distribusi bantuan, tetapi bentuk pengakuan negara terhadap jasa para pengajar agama yang selama ini bekerja dalam diam.

Di Banyumas, data dari Seksi PD Pontren Kemenag menunjukkan betapa besar ekosistem pendidikan keagamaan kita. Ada 1.954 TPQ, 318 Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT), dan 250 pondok pesantren yang setiap hari menjalankan pendidikan akar rumput. Total tenaga pendidik yang mengabdikan diri mencapai 5.768 ustadz/ustadzah TPQ, 2.274 ustadz MDT dan 1.981 ustadz di ponpes. Angka ini menunjukkan bahwa Banyumas adalah rumah bagi puluhan ribu santri yang setiap hari dibimbing dengan penuh kesabaran.

Dari jumlah tersebut, pada tahun 2025, Banyumas menerima 6.236 kuota insentif gubernur, terdiri dari 3.526 pengajar TPQ, 1.875 pengajar MDT, dan 835 pengajar ponpes. Meski kuota ini belum mencakup semua guru ngaji, langkah ini layak disyukuri. Ini membuktikan bahwa negara hadir, melihat, dan berusaha mendampingi perjuangan para pendidik akar rumput yang selama ini tidak pernah meminta imbalan apa pun.

Kita tahu, insentif ini bukan pengganti pengabdian mereka. Tidak ada nilai rupiah yang dapat menandingi jasa guru ngaji. Tetapi perhatian seperti ini adalah energi yang menjaga asa mereka agar tetap menyala. Bahwa masyarakat dan pemerintah menghargai apa yang mereka lakukan. Bahwa pengabdian mereka bukan kerja sunyi yang sepi pengakuan. Insentif ini adalah bentuk penghormatan, dan penghormatan itu penting.

Di tengah perubahan sosial, tantangan moral, risiko pergeseran nilai, serta arus digitalisasi yang kompleks, kehadiran guru ngaji menjadi semakin penting. Mereka menjadi jangkar bagi stabilitas akhlak generasi muda. Mereka menjadi benteng nilai yang tak tergantikan oleh teknologi apa pun. Bahkan kecerdasan buatan (AI) sekalipun tidak bisa menggantikan sentuhan kasih seorang guru dalam menanamkan moral dan budi pekerti.

Karena itu, program ini harus dijadikan momentum untuk memperkuat ekosistem pendidikan keagamaan di Banyumas. Tidak hanya soal insentif, tetapi juga bagaimana TPQ, madin, dan pondok pesantren dapat terus diperhatikan secara kelembagaan. Pemerintah daerah, ormas keagamaan, dan masyarakat harus berjalan bersama agar para ustadz dan ustadzah mendapat dukungan yang lebih memadai.

Akhirnya, kita berharap perhatian pemerintah seperti ini terus berlanjut dan semakin membesar dari tahun ke tahun. Guru ngaji bukan sekadar pendidik; mereka adalah penjaga cahaya. Dan cahaya itu hanya akan tetap menyala bila kita bersama-sama menjaganya. Semoga langkah ini menjadi awal dari upaya panjang memperkuat pendidikan moral bangsa. Sebab masa depan negeri ini sejatinya lahir dari tangan-tangan ikhlas para guru yang mengajar tanpa pamrih.

*) Penulis adalah Dosen LB UIN Saizu Purwokerto, Dosen Ma’had Aly Andalusia, Kebasen, Banyumas sekaligus Wakil Sekretaris PCNU Banyumas 2023-2028

 

Tulisan sebelumnyaKhutbah Jumat: 4 Nasehat Ali bin Abi Thalib
Tulisan berikutnyaRecap 2025! Mahasiswa UIN Saizu Purwokerto Cetak Prestasi Nasional hingga Internasional

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini