Humor: Obat Demensia Jamaah Haji

obat demensia jamaah haji

“Mas, tolong mas…ada kakek marah-marah di atas”

Seorang ibu calon jemaah haji memanggil beberapa petugas haji yang sedang piket di lobi hotel.

“Di mana bu? Lantai berapa?” Seorang petugas yang bernama Yunan bertanya kepada ibu yang raut wajahnya menggambarkan kecemasan.

Sembari membenarkan letak kerudungnya yang agak miring karena tergesa mencari petugas dia menjawab,

“Di lantai 7 mas, ada kakek marah-marah di sepanjang lorong sambil membuka-buka pintu”

“Kami kaget dong mas, karena kakek itu membuka pintu kamar saat kami sedang di kamar tidak berkerudung. Makanya saya langsung ke bawah cari petugas”.

“Beliau pasti sedang mengalami demensia”, jawab Yunan yang merupakan seorang petugas haji layanan lansia.

Tanpa pikir panjang, Yunan langsung sigap menuju lantai atas untuk melihat situasi.

Maklum, jemaah haji Indonesia 2023 memang 30 persen adalah lansia yang rentan mengalami demensia.

Demensia merupakan penurunan fungsi berpikir akibat penuaan.

Situasi semacam ini sudah beberapa kali Yunan temui.

Dalam pengalamannya, bentuk penanganan lansia yang mengalami demensia sangat beragam.

Sebelumnya, Yunan harus memijit lansia hingga satu jam lamanya agar merasa rileks dan tidak marah-marah lagi.

Saat berada di dalam lift menuju lantai 7, Yunan sempat memikirkan cara yang sama untuk menenangkan kakek yang akan dia jumpai sekarang.

Baca Juga : Anekdot Kiai Amin Dari Madura

Sampailah Yunan di lantai 7, “ting!!” suara lift terbuka.

Yunan mendapati seorang kakek yang sedang meracau dalam bahasa Sunda.

“Kakek kenapa kek?” tanya Yunan.

“Kula hayang balik ka imah, embung di dieu” jawab kakek sambil mengetuk-ngetuk pintu.

“Sial, kakek ini ngomong apa!”

Yunan yang berasal dari Lampung tentu tak paham bahasa Sunda.

Dia cuma paham frasa “balik ka imah”, kira-kira artinya pulang ke rumah.

Dengan mudah Yunan menyimpulkan bahwa kakek ini ingin pulang ke rumah.

“Sini kek duduk dulu kek” pinta Yunan dengan memohon kepada si kakek.

Namun si kakek menjawab dengan garang, “Moal!!…balik lewat mana?”

Yunan sedang berpikir keras bagaimana membujuk si kakek untuk duduk.

Si kakek terus meracau dengan bahasa Sunda yang tidak Yunan mengerti.

Sialnya, beberapa jemaah hanya lewat sambil lalu di hadapan si kakek.

Beberapa bahkan berbalik arah saat melihat si kakek dari jauh.

Yunan masih mencoba mencerna kalimat demi kalimat si kakek, siapa tahu ada kata yang dia mengerti.

Kemudian si kakek bilang “Hayang balik ka imah, hayang roko”.

Spontan Yunan bertanya kepada kakek, “Kakek mau rokok?”

Tidak disangka, pertanyaan ini membuat raut wajah garang si kakek berubah lebih lunak.

“Aya teu rokokna?” Kakek bertanya dengan mata berbinar seperti mendapatkan jawaban atas segala doa yang dirapalkan.

“Aya kek, tapi rokokna jangan di dieu. Yuk ke kamar aja yuk, nanti dimarahi petugas.

Yunan mengeluarkan sebungkus rokok kretek berwarna kuning dengan tulisan tiga angka berjajar.

Tanpa ba bi bu, si kakek mengangguk dan berjalan menuju kamar dengan santai.

Tak ada raut marah di wajahnya, hanya secercah harapan atas nikmatnya hisapan rokok kretek nan wangi.

Masuklah si kakek dan Yunan ke kamar yang dihuni oleh 4 orang, namun tak ada orang lain di kamar itu.

Dengan bahasa sunda si kakek mengatakan bahwa dia ditinggal oleh temannya ke masjid.

“Ya sudah kek, sambil tunggu teman pulang dari masjid kita rokok dulu ya”.

Yunan menyalakan sebatang rokok untuk kakek kemudian sebatang lagi untuk dirinya sendiri.

Sambil tertawa Yunan pun menggeleng kepala, “Ternyata sesederhana ini solusi demensia”.

Alfian Ihsan

Tulisan sebelumnyaMasihkah Ibadah Haji Memupuk Rasa Kesetaraan?
Tulisan berikutnyaSantri TPQ Roudlotul Munawwaroh Karangsalam Kidul Kunjungi The Forest Island

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini