AKHIR-akhir ini sikap masyarakat Indonesia terhadap masalah nasab Habaib di Indonesia terpecah menjadi tiga, yakni kubu KH Imadiddin al-Bantani yang menolak nasab Habaib keturunan Alawi tersambung pada Rasulullah, kubu Habaib seperti Habib Bahar bin Smith yang membela kebenaran nasab Habaib keturunan Alawi tersambung kepada Rasulullah, dan kubu masyarakat yang memilih diam tidak bersikap. Antara kubu pertama dan kubu kedua saling berusaha membenarkan pendiriannya dan menyerang kubu lawan dengan ucapan-ucapan yang kasar.
Perpecahan di kalangan elit ini menjadi hal yang cukup berbahaya bagi masyarakat bawah. Kini, kita mendapati sebagian masyarakat telah dengan ringan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai dengan akhlak mulia dan adab kepada orang-orang yang selama ini kita kenal sebagai dzuriyyah Nabi Muhammad Saw., khususnya kepada mereka perilakunya tidak mencerminkan kelembutan akhlak dan kedalaman pengetahuan.
Berangkat dari permasalahan ini, LBM PCNU Banyumas menyelenggarakan bahtsul masail untuk melihat kembali isu penghormatan kepada dzuriyyah Nabi Muhammad Saw. dalam perspektif hukum Islam. Forum yang diselenggarakan di PP al-Masda Rancamaya Cilongok Pada Minggu, 13 Agustus 2023 ini berusaha menjawab pertanyaan, 1) Apa landasan keagamaan seorang mukmin harus memuliakan keturunan Rasulullah Saw? 2) Apakah penghormatan (takriim wa ta’dziim) terhadap dzuriyyah Nabi Muhammad Saw. didasarkan pada status nasab, akhlak/keilmuan, atau keduanya? 3) Bagaimana sikap seorang muslim (Nahdiyyin) terhadap para “dzuriyyah” Nabi Muhammad Saw. yang dianggap perilakunya tidak mencerminkan kelembutan ahlak dan kedalaman pengetahuan?
Dalam mengupas tiga pertanyaan ini, LBM PCNU Banyumas yang dipimpin oleh KH Hadidul Fahmi, Lc., M.H. menghadirkan Rois Syuriah PCNU Banyumas KH Drs. Mughni Labib, M.S.I, Wakil Katib Syuriah KH Muhyidddin Dawoed, M.Pd.I, delegasi dari MWC di Kabupaten Banyumas, dan delegasi-delegasi pesantren di Banyumas.
Landasan Keagamaan Hormat kepada Dzuriyyah Nabi Muhammad Saw.
Forum bahtsul masail menemukan bahwa landasan keagamaan Muslim mengormati dzuriyyah Nabi Muhammad Saw. adalah:
- Al-Syuro: 23 yang menyatakan bahwa Rasulullah tidak meminta apa-apa kecuali kecintaan dalam kekerabatan.
ذٰلِكَ الَّذِيْ يُبَشِّرُ اللّٰهُ عِبَادَهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۗ قُلْ لَّآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلَّا الْمَوَدَّةَ فِى الْقُرْبٰىۗ وَمَنْ يَّقْتَرِفْ حَسَنَةً نَّزِدْ لَهٗ فِيْهَا حُسْنًا ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ
“Itulah (karunia) yang diberitahukan Allah untuk menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekerabatan.” Dan barangsiapa mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan kebaikan baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.”
Berkaitan dengan ayat di atas, al-Zuhaili dalam al-Tafsir al-Munir mengatakan bahwa yang dimaksud dari al-qurbaa adalah Ali, Fathimah, Hasan dan Husain. Beliau juga menegaskan bahwa memuliakan ahli bait Nabi Saw. adalah wajib
التفسير المنير – الزحيلي» (25/ 64):
– إن قوله تعالى: {إِلاَّ الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبى} يشمل قرابة النبي صلى الله عليه وسلم من قريش، وآل بيته الأقارب، وهم كما جاء في بعض الأحاديث: علي وفاطمة والحسن والحسين، فمراعاة قرابته وحبهم واحترامهم واجب بالنص القرآني المذكور
“Sesungguhnya firmannya (illa al-mawaddah fi al-qurbaa) mencakup kerabat Nabi Saw. dari suku Quraish dan keluarga rumahnya yang dekat. Mereka, sebagaimana keterangan di dalam sebagian hadis-hadis, adalah Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain. Maka, menjaga kerabat beliau dan mencintai dan menghormati mereka adalah wajib berdasarkan nas al-Qur’an tersebut.”
- Al-Tirmidzi No. 3751 yang memerintahkan untuk mencintai ahli bait karena mencintai Rasulullah Saw.
جامع الترمذي – بيروت- دار الغرب الإسلامي – بيروت 6/ 134
(3751)- [3789] عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: ” أَحِبُّوا اللَّهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ مِنْ نِعَمِهِ، وَأَحِبُّونِي بِحُبِّ اللَّهِ، وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِي لِحُبِّي “.
قَالَ أَبُو عِيسَى: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ إِنَّمَا نَعْرِفُهُ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
Dari Ibnu ‘Abbad, Dia berkata: Rasulullah berkata: “Cintailah Allah sebab apa yang Dia berikan kepada kalian dari nikmat-nikmat-Nya, dan cintailah aku sebab mencintai Allah, dan cintailah ahli bait-ku sebab mencintaiku.”
Hadis ini tidak menjelaskan secara persis makna ahli bait, namun jika merujuk kepada syarah hadis lain, seperti syarah dalam kitab Faidh al-Qadir, ahli bait mencakup dzuriyyah (keturunan) Nabi Muhammad Saw. Syaikh Muhammad ibn Abdurrauf al-Manawi dalam Faidh al-Qadir berkata.
«فيض القدير» (1/ 219):
«302 – (اخلفوني) بضم الهمزة واللام أي كونوا خلفائي (في أهل بيتي) علي وفاطمة وابنتهما وذريتهما فاحفظوا حقي فيهم وأحسنوا الخلافة عليهم بإعظامهم واحترامهم ونصحهم والإحسان إليهم وتوقيرهم والتجاوز عن مسيئهم {قل لا أسألكم عليه أجرا إلا المودة في القربى}
(Gantilah aku) dengan dommahnya hamzah dan lam, maksudnya jadilah kalian para penggantiku (dalam ahli baitku) yaitu Ali, Fathimah, anak keduanya, dan keturunan keduanya. Maka, jagalah hak-hakku dalam mereka dan berbuat baiklah dalam hal penggantian peran ini kepada mereka dengan memuliakan, menghormati, menasehati, berbuat baik, memuliakan dan memaafkan kesalahan mereka {Katakanlah: Saya tidak meminta kalian sebab ini bayaran kecuali rasa cinta dalam kekerabatan}.
Menghormati Dzuriyyah Nabi Muhammad sebab Nasab tanpa Berlebihan
Forum bahtsul masail menemukan bahwa penghormatan terhadap dzuriyyah Nabi Muhammad Saw. didasarkan pada status nasabnya dan tuntutan penghormatan tersebut menjadi lebih kuat jika dzuriyyah tersebut memiliki akhlak/keilmuan yang luhur. Namun, yang menjadi catatan adalah bahwa penghormatan ini tidak boleh berlebihan dan isrof, apalagi sampai menganggap mereka bebas melakukan dosa dan tidak menjalankan ketaatan kepada Allah Swt.
Ini merujuk pada pendapat Ibnu ‘Abbas yang dikutip oleh Ibn katsir dalam Tafsir ibn Katsir yang menyatakan bahwa ahli bait adalah keturunan suci dari rumah yang paling mulia.
تفسير ابن كثير – ت السلامة (7/ 201):
والحق تفسير الآية بِمَا فَسَّرَهَا بِهِ الْإِمَامُ حَبرُ الْأُمَّةِ، وَتُرْجُمَانُ الْقُرْآنِ، عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ، كَمَا رَوَاهُ عَنْهُ الْبُخَارِيُّ [رحمه الله] (6) وَلَا تُنْكَرُ الْوَصَاةُ (7) بِأَهْلِ الْبَيْتِ، وَالْأَمْرُ بِالْإِحْسَانِ إِلَيْهِمْ، وَاحْتِرَامِهِمْ وَإِكْرَامِهِمْ، فَإِنَّهُمْ مِنْ ذُرِّيَّةٍ طَاهِرَةٍ، مِنْ أَشْرَفِ بَيْتٍ وُجِدَ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ، فَخْرًا وَحَسَبًا وَنَسَبًا، وَلَا سِيَّمَا إِذَا كَانُوا مُتَّبِعِينَ لِلسُّنَّةِ النَّبَوِيَّةِ الصَّحِيحَةِ الْوَاضِحَةِ الْجَلِيَّةِ، كَمَا كَانَ عَلَيْهِ سَلَفُهُمْ، كَالْعَبَّاسِ وَبَنِيهِ، وَعَلِيٍّ وَأَهْلِ بَيْتِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، رضي الله عنهم أجمعين
Yang benar adalah tafsiran Habr al-Umah wa Turjuman al-Qur’an Abdulllah Ibn ‘Abbas, sebagaimana al-Bukhari r.a. meriwayatkannnya. Dan wasiat mengenai ahli bait, menghormati, dan memuliakan mereka tidak diingkari. Sebab, mereka adalah keturunan suci yang berasal dari rumah paling mulai di atas bumi dalam hal kebangggaan, kemuliaan, dan nasab. Apalagi ketika mereka mengikuti sunah yang sahih yang jelas lagi nyata, sebagaimana para pendahulu mereka seperti Abbas, anak-anaknya, Ali, ahli baitnya, dan keturunannya (radhiya Allah ‘anhum ajma’in).
Namun di sini, Syaikh Abdullah ibn ‘Alawi al-Hadad memberi catatan bahwa penghormatan terhadap dzuriyyah tidak boleh berlebihan dan tidak dibenarkan menganggap mereka bebas melakukan dosa dan tidak melaksanakan ibadah.
الفصول العلمية والأصول الحكمية (90)
ومن قال أو ظنّ أن ترك الطاعات وفعل المعاصي لا يضرّ أحدا لشرف نسبه أو صلاح ابائه فقد افتري علي الله الكذب وخالف إجماع المسلمين ولكن لأهل بيت رسول الله ص.م. شرف ولرسول الله ص.م.بهم مزيد عناية وقد أكثر علي أمته من الوصية بهم والحث على حبهم ومودتهم وبذلك أمر الله تعالى في كتابه في قوله تعالى {قل لا أسألكم عليه أجرا الا المودة في القربى} فعلى كافة المسلمين أن يعتقدوا حبهم ومودتهم وأن يوقروهم ويعظموهم من غير غلوّ ولا إسراف
Orang yang berkata atau menyangka bahwa sesungguhnya meninggalkan ketaatan-ketaatan dan melakukan maksiat-maksiat tidak membahayakan seseorang sebab kemuliaan nasab atau kebaikan leluhurnya maka ia telah berbuat kebohongan atas nama Allah dan melawan ijmak orang-orang Muslim. Tetapi, ahli bait Rasulullah Saw. memiliki kemuliaan dan Rasulullah Saw. memberikan perhatian lebih pada mereka. Rasulullah telah banyak berpesan pada umatnya mengenai mereka dan mendorong untuk mencintai dan menyayangi mereka. Karena itu, Allah ta’ala dalam kitabnya memerintakan dalam firman-Nya {Katakanlah: Aku tidak meminta bayaran kepada kalian atas ini kecuali kecintaan dalam kekerabatan}. Maka, semua Muslim harus meyakini cinta dan kasih sayang, menghormati, dan memuliakan mereka (ahli bait) tanpa berlebihan dan israf.
Dzuriyyah Nabi Muhammad Saw. yang Salah tetap Dihormati namun Dinasihati
Berkaitan dengan pertanyaan ketiga, Forum Bahstul Masail menyimpulkan bahwa umat Islam tetap harus menghormati dzuriyyah Rasulullah Saw. ketika mendapati perilaku mereka tidak mencerminkan kelembutan akhlak dan kedalaman pengetahuan namun umat Islam juga harus menasihati mereka. Dalam hal ini, forum Bahtsul Masail kembali mengutip pendapat Syaikh Abdullah ibn ‘Alawi al-Hadad.
الفصول العلمية والأصول الحكمية) 90(
وأما من كان من أهل هذا البيت ليس على مثل طرائق أسلافهم الطاهرين وقد دخل عليهم شيء من التخليط لغلبة الجهل فينبغي أيضا أن يعظموا ويحترموا لقرابتهم من رسول الله ص. م. ولا يدع المتأهل للنصيحة نصحهم وحثهم على الأخذ بما كان عليه سلفهم الصالح من العلم والعمل الصالح والأخلاق الحسنة والسير المرضيه و يخبرهم أنهم أولى بذلك وأحق به من سائر الناس وأن مجرد النسب لا ينفع ولا يرفع مع إضاعة التقوى
Adapun orang yang tergolong ahli bait yang tidak menetapi contoh jalan-jalan para pendahulu yang suci dan sesuatu dari percampuran (keburukan) telah masuk ke dalam diri mereka sebab dominannya ketidaktahuannya, maka sebaiknya umat Islam juga memuliakan dan menghormati mereka sebab kekerabatan mereka terhadap Rasulullah Saw. dan orang yang ahli tidak meninggalkan memberi mereka nasihat, dan mendorong mereka untuk mengambil apa yang telah ditetapi oleh para pendahulu mereka yang saleh berupa ilmu, amal soleh, dan akhlak-akhlak mulia, perjalanan yang diridhoi, dan memberitahu mereka bahwa mereka lebih utama dan lebih berhak terhadap apa yang ditetapi pendahulu mereka daripada orang-orang lain dan sesungguhnya nasab semata tidak memberi manfaat dan tidak meluhurkan seseorang sementara seseorang tersebut mengabaikan ketakwaan.
Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penghormatan umat Islam terhadap dzuriyyah Nabi Muhammad Saw. memiliki landasan hukum baik dari al-Qur’an, sunah, maupun pendapat ulama. Sudah semestinya Umat Islam menghormati dan memuliakan dzuriyyah Nabi Muhammad Saw. dengan penghormatan yang moderat, tidak berlebihan. Ketika mereka melakukan kekeliruan, maka Umat Islam sudah selayaknya mengingatkan mereka atas dasar rasa hormat dan cinta agar mereka berperilaku sesuai dengan para pendahulu mereka yang saleh.
Penulis : Dr. Sulaiman
Ahlul bait yang wajib dihormati dan dimulyakan hanya lima orang, yaitu nabi Muhammad, Ali, Fatimah Hasan dan Husein. Adapun keturunannya perlakuan kita seharusnya sama seperti kita memperlakukan orang lain. Menurut saya inilah pendapat ulama yang paling kuat. Sebab jika tidak demikian akan bermasalah jika ada keturunan nabi yang beragama lain misal beragama Hindu atau Kristen.