Doa dengan Teknik LoA (Law of Attraction) dalam Perspektif Islam

Vika Marshanda*

KETIKA kita menginginkan sesuatu, usaha harus selalu disampingi dengan doa. Ada yang mengatakan bahwa usaha tanpa doa adalah kesombongan.Oleh sebab itu, doa adalah sesuatu yang sangat urgen. Salah satu teknik doa yang akhir-akhir ini menjadi pembicaraan adalah doa dengan teknik LoA (Law of Attraction). Lantas apakah pandangan Islam terhadap doa dengan teknik ini? Namun, sebelum kita memasuki pembahasan yang lebih dalam mengenai pandangan Islam, mari kita cari tahu terlebih dahulu apa itu Law of Attraction?

Definisi dan Perkembangan Law of Attraction

Law of Attraction (LoA) adalah hukum tarik menarik. Setiap orang akan menarik apa yang dirasakan dan dipikirkan kepada dirinya sendiri. Perasaan dan pikiran yang buruk (negatif) akan menarik kejadian buruk kepada seseorang. Demikian pula perasaan dan pikiran yang baik (positif), keduanya akan menarik kejadian yang baik pada orang tersebut.

Michael J. Losier dalam buku Law of Attraction: Mengungkap Rahasia Kehidupan (hlm. 1), menjelaskan mengenai embrilogi Law of Attraction. Menurutnya, konsep Law of Attraction mulai didokumentasikan sejak awal tahun 1900-an. Ia menyebutkan bahwa pada tahun 1906, William Walter Atkinson telah menerbitkan topik Or Thought Vibration In The Thought Word. Kemudian pada tahun 1926, Ernest Holmes juga sudah menulis tentang The Sciene Of Mind dan pada tahun 1949 Raymond Holliwell mengarang buku tentang Working With Law. Sejak awal dasawarsa 1990-an, berbagai informasi mengenai The Law of Attraction beredar luas.

Dalam konsep LoA, pikiran adalah magnet yang sangat kuat. Apapun yang menjadi gambaran dalam pola pikir kita, itulah yang kita tarik, baik kita menyadarinya atau tidak. Jika manusia meyakini bahwa kehidupan ini sangat keras dan harus berjuang hanya untuk hidup pas-pasan, misalnya, maka itulah yang terjadi. Hasil yang diperoleh selalu sesuai dengan apa yang diyakininya.

Cara sederhana untuk memahami hukum tarik menarik ini adalah dengan melihat magnet. Magnet menarik besi karena ada unsur yang sama. Magnet tidak menarik kayu karena unsurnya berbeda. Begitu juga air selalu berkumpul dengan air. Minyak yang sifat molekulnya berbeda dengan air akan menjaga jarak untuk bersatu dengan air. Adapun manusia yang memiliki semua unsur semesta berpotensi untuk menarik semua benda yang diinginkannya.

Imajinasi dan tindakan yang kita lakukan tanpa kita sadari akan membantu kita bergerak ke arah tujuan. Maka dari itu, alangkah baiknya kita harus selalu berpikir positif dan melakukan hal-hal yang positif.

Kita bisa lihat dari tindakan seseorang apabila seseorang mengambil tindakan dengan cara bersungguh-sungguh, tentunya potensi yang digunakan akan semakin besar. Semakin besar potensi yang digunakan, hasilnya akan semakin besar pula. Semakin besar hasilnya, tentunya kita akan semakin yakin. Dan sebaliknya, semakin kecil tindakan yang kita ambil, sedikit pula potensi yang digunakan dan jika hasil tersebut tidak bagus, keyakinan kita akan menciut. Jadi, semakin kecil hasilnya, semakin yakin pula bahwa kita tidak mampu.

Law of Attraction dalam Pandangan Islam
Pada dasarnya Law of Attraction selaras dengan Firman Allah Swt. dalam salah satu hadis qudsi:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ: ( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, maka Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu.” H.R. Bukhari (6970) dan Muslim (2675)
al-Qur’an sangat mendukung hukum ketertarikan. Banyak ayat al-Qur’an yang mendukung prinsip bahwa kejahatan atau keburukan akan menarik keburukan, dan kebaikan akan mendatangkan kebaikan pula.

Antara lain dalam Q.S. al-Jatsiyah (45):15
‎مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَا ۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ تُرْجَعُوْنَ
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmu kamu dikembalikan.”

Dengan demikian, konsep dari Law of Attraction bukan suatu hal yang baru. Sejak abad 14 yang lalu, Islam telah mengajarkan hal yang sejenis secara terbuka kepada umat manusia.

Hukum tarik menarik adalah sunnatullah atau hukum alam, yakni hukum yang ditetapkan Allah guna mengatur penciptaan dan mekanisme alam semesta yang bersifat fitrah, tetap dan otomatis. Jadi, ia tidak memilih orang. Siapapun akan mengalaminya. Ia juga tidak memandang pikiran baik atau buruk, mau atau tidak mau. Ia hanya menerima signal dari pikiran dan perbuatan seseorang, lalu memantulkannya kembali. Ketika seseorang fokus pada sesuatu, sebenarnya ia sedang memanggil sesuatu itu untuk hadir pada dalam hidupnya. Ini merupakan manifestasi rahmat Allah Swt. yang berlaku untuk seluruh makhluk-Nya tanpa terkecuali.

Cara Penerapan Konsep Law of Attraction di dalam Doa

Berikut ini merupakan cara penerapan Law of Attraction di dalam Doa. Pertama adalah visualisasi. Cara ini dilakukan dengan mengimajinasikan apa yang ingin kita capai dalam hidup. Lalu, afirmasikan seolah-olah kita sudah miliki apa yang kita impikan.

Kedua adalah dengan berpikir positif. Kita harus fokus pada hal positif dan berpikir positif dalam hidup. Kerap kali memang berpikir positif itu bukan hal yang mudah. Maka dari itu, kita butuh membiasakan berpikir positif dan sebisa mungkin hindari berpikiran negatif dalam kondisi apapun.

Ketiga adalah tindakan. Jika kita menginginkan sesuatu sesuai dengan yang kita harapkan, kita harus melakukan aksi. Sebab, aksi akan membantu kita sampai dengan apa yang kita inginkan.

Keempat adalah yakin dan percaya bahwa doa, harapan, dan hajat-hajat kita akan terkabul. Kita tentunya harus percaya pada diri sendiri bahwa kita mampu menarik hal-hal positif datang pada kehidupan kita. Di dalam QS. Al-Ghofir (60), Allah berfirman:
‎وَقَالَ رَبُّكُمُ ادۡعُوۡنِىۡۤ اَسۡتَجِبۡ لَـكُمۡؕ اِنَّ الَّذِيۡنَ يَسۡتَكۡبِرُوۡنَ عَنۡ عِبَادَتِىۡ سَيَدۡخُلُوۡنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيۡنَ
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.’ Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Ghofir, 60)

QS. Al-Ghofir (60) di atas telah menunjukan bahwa tidak ada tempat lain untuk berharap dan berdoa selain Allah.
Kesimpulan

Hukum tarik-menarik menyatakan bahwa kebaikan akan menarik kebaikan dan keburukan akan menarik keburukan. Sebab, ia merupakan hukum alam (sunnatullah) yakni bahwa ketika seseorang berpikir atau berbuat yang positif, maka hal positif pula yang akan kembali padanya. Hukum alam ini yang menjadi prinsip dasar LoA. Dalam pandangan Islam, LoA bukanlah hal yang terlarang. Petunjuk-petunjuk dalam al-Qur’an dan sunah telah menjunjukan kesesuaiannya. Jadi, kita tidak perlu ragu untuk mengerjakannya.

*Vika Marshanda
Mahasiswa Prodi PAI UNU Purwokerto

Tulisan sebelumnyaPerbedaan Konteks sebagai Pertimbangan dalam Memilih Pendapat Ulama
Tulisan berikutnyaSahkah Sahur sebelum Dini Hari?

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini