Berkah Al Quran

Berkah Al Quran

Perkenalkan namaku Arsila Farzana, aku adalah anak kelima dari lima bersaudara. Orang tua dan semua kakakku sangat sayang padaku. Walaupun mereka tidak ada yang hafal Al Quran tapi mereka sangat senang dan bangga sekali padaku karena telah menjadi penghafal Al Quran dan punya banyak prestasi.

Dulu pada awal memasuki sekolah MAN telah ku putuskan untuk menjadi santri di pondok pesantren tahfidzul qur’an dan sekaligus ingin menjadi seorang penghafal Al Qur’an. Ketika aku kelas satu Aliyah aku mulai menghafal juz 1 dengan harapan jika aku sudah kelas tiga Aliyah aku bisa lulus sekolah sekaligus khatam hafalan al qur’an 30 juz.

Dalam proses menghafal pun banyak hal yang harus dikorbankan seperti halnya mengorbankan waktu tidur di malam hari, waktu istirahat, bermain bersama teman, dan bahkan pantang pulang kerumah untuk bertemu keluarga.

Walaupun hari-hariku untuk menghafalkan al-qur’an, bukan berarti aku mengabaikan sekolah dan cita-citaku yang lain, seperti ingin berprestasi di kelas dan ingin menjadi Qori’ah, karena ku tahu ilmu tilawah sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dan alhamdulillah ketika aku punya hafalan Qur’an justru malah aku merasa bisa memanagemen waktu dengan baik dan dengan aku sering menghafal malah sangat membantu otak aku semakin cerdas, dan aku jadi gemar membaca dan bertilawah al quran. Ku katakan inilah keberkahan dari Al-Qur’an.

Berkah doa dari guru, orang tua, dan juga usaha kerasku alhamdulillah pada tahun pertama atau kelas satu Aliyah akhir, aku telah mendapatkan 10 juz dan juga mendapat peringkat di kelas. Lalu di kelas dua Aliyah akhir hafalanku menjadi 20 juz dan aku masih mempertahankan peringkatku di kelas. Hal ini membuat orang tua dan kakak-kakakku bangga, bahkan aku diberi hadiah. Maka hatiku semakin semangat dalam menghafal al quran. Ku katakan lagi inilah keberkahan dari Al Quran.

Kemudian pada kelas tiga Aliyah terdapat audisi perlombaan MHQ (Musabaqoh Hifdzil Qur’an) dan MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an) tingkat SMA se-Jawa Tengah. Ustadz Syaefi selaku guru Qur’an dan guru tilawahku menyuruhku agar ikut mendaftar perlombaan tersebut.

Sebenarnya ini adalah kesempatanku untuk mewujudkan cita-cita ku menjadi Qori’ah Internasional, namun hatiku merasa pesimis dan tidak percaya diri karena aku merasa belum mampu bersaing dengan mereka ditambah aku itu demam panggung.

Lalu aku mencoba menghubungi kakak kelasku yang bernama Muhammad Fatih Al-ghozalli yang biasa ku panggil kang Fatih. Dia juga seringkali aku repotkan karena sudah ku anggap seperti mamasku sendiri. Aku minta pencerahan dan motivasi darinya agar aku semangat dalam menggapai prestasi. Dengan hp cliring saya memulai obrolan denganya.

Baca Juga : Puasa Pertama Aqil (Bagian 2)

“kang, di sekolah ada perlombaan MHQ (Musabaqoh Hifdzil Qur’an) dan MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an) tingkat SMA se-Jawa Tengah, aku ingin ikut tapi nda optimis bisa”

“Arsila, ini kesempatan yang baik sekali jika kamu ingin mewujudkan cita-citamu bukan? berarti kamu harus mencobanya,”

“iya kang, sebenarnya aku kepingin sekali ikut berpartisipasi dalam lomba itu, tapi aku merasa belum mampu bersaing dengan mereka dan aku belum biasa tampil di atas panggung walau aslinya pernah tapi belum terbiasa,” jawabku sambil merasa pesimis

“justru dari sinilah nanti kau belajar dari hal kecil untuk mencapai ke hal besar, kau jangan takut gagal, karena kau harus punya banyak pengalaman agar kau bisa menjadi orang hebat kelak,” Jika kamu ingin menjadi orang yang luar biasa, maka usaha kamu juga harus luar bisa. Pegang kata-kata itu.

“tapi..,” belum ku jawab sudah dipotong karena sudah tau pasti jawabku akan mengeluh

“Nda ada tapi tapian Arsila, sungguh ini adalah kesempatan emas buat kamu, banyak hikmah dan keuntungan yang kamu dapat malah, kamu nanti bisa bersaing dengan orang-orang hebat, bertemu para ahli Qur’an, Qori-qoriah, bahkan jika kamu juara kamu bisa membahagiakan orang tua mu dan mengharumkan nama sekolahmu.” Katanya dengan nada semangat dan yakin padaku.

“Baik komandanku, (nama panggilan untuk kang Fatih ) terimakasih telah menjadikanku semangat dan optimis, semoga aku bisa mendapatkan hasil maqshud, Aamin.” Jawabku dengan nada semangat membara.

Setelah mendengar arahan dan motivasi dari kang Fatih, aku merasa optimis dan yakin bahwa aku bisa bersaing dengan mereka karena niat utama syiar Al-Qur’an, untuk membahagiakan orang tua ku dan mengharumkan nama sekolahku.

Dengan usaha dan doa semampuku alhamdulillah lomba MHQ dan MTQ berjalan dengan lancar, untuk hasil aku pasrah karena di samping itu aku sudah kelas tiga Aliyah untuk fokus ujian kelulusan sekolah.

Kembali ke rutinitas biasa yaitu membagi waktu untuk menghafal, murojaah hafalan dan belajar untuk persiapan ujian. Ini adalah tahun terakhir sekolah Aliyah dan aku ingin semuanya tercapai sesuai harapan atau target, yaitu lulus sekolah Aliyah dan khatam al Quran 30 juz.

Dalam waktu tiga tahun ini, ujian demi ujian telah ku lewati baik ujian sekolah maupun ujian dalam menghafal Al-Qur’an. Alhamdulillah di hari ini aku sudah menyelesaikan hafalan Qur’an 30 juz, hatiku menangis bahagia karena di hari ini juga pengumuman kelulusan dan penyerahan syahadah ataupun pemberian penghargaan atas prestasi yang dicapai para siswa. Acara ini di hadiri seluruh wali santri atau wali siswa.

Jantungku berdetak kencang ketika namaku dan nama orang tuaku dipanggil untuk segera naik ke atas panggung. Diiringi lantunan sholawat Qur an yang merdu aku dan orang tuaku menangis ketika aku diberi syahadah hafalan Qur’an 30 juz, kemudian penghargaan lulusan terbaik siswa berprestasi karena menjadi juara satu lomba MHQ dan MTQ tingkat SMA se-Jawa Tengah. Dalam hal ini banyak orang yang ikut menangis bahagia dan kagum karena prestasi yang saya capai. Guruku berkata, “ selamat, kau telah membuat kami bangga, orang tuamu bangga, sekolahmu bangga, kau mengharumkan nama untuk sekolahmu, dan mahkota kemuliaan untuk orang tuamu di akhirat kelak.”

Semua prestasi ini bisa aku dapatkan karena dari bentuk kerja keras, tekad yang kuat, ridho dari orang tua dan guru, dan tentunya keberkahan selama aku bersama dengan Al Qur’an.

Penulis : Kholifatun Anggreani

Tulisan sebelumnyaSurat Umar bin Khattab Untuk Nil
Tulisan berikutnyaProf Ridwan: Era Disrupsi, Siapa Bersahabat dengan Arus Perubahan, Ia Akan Eksis. Sebaliknya…

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini