PURWOKERTO, nubanyumas.com – Pemilihan presiden dan wakil serta legislatif semua tingkatan dilakukan 14 Februari 2024. Saat ini tahapan penyelenggaraan pemilu sedang penyempurnaan sebelum daftar calon tetap (DCT). Sementara pendataan calon pemilih pasca daftar pemilih tetap (DPT) masih terus bergulir disempurnakan sesuai tahapan.
Atas beberapa proses tahapan tersebut, penyelenggara pemilu dinilai masih belum massif sosialisasi. Demikian pandangan Wakil Dekan FPAI, Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto, Dr Muhammad Faizul Husnayain. Usulan tersebut didasari masih minimnya tema kepemiluan dalam ruang kecil di masyarakat Banyumas.
“Saya pikir, penyelenggara pemilu harus lebih massif lagi sosialisasi. Masuk ke pertemuan level desa, stakeholder hingga pertemuan RT, PPK, dawis. Artinya, tema kepemiluan massif jadi pembicaraan masyarakat umum,” kata Faizul saat menerima kunjungan Panwaslu Kedungbanteng, baru-baru ini.
Sosialisasi, kata Faizul juga harus massif dalam hal pelibatan komponen masyarakat. Ada organisasi kemasyarakatan, perkumpulan profesi dan sebagainya. Mengingat, level ormas bisa lebih massif dan memiliki anggota yang dalam satu jaringan dan terkoordinir.
“Saya belum melihat gerakan sosialisasi massif seperti kerjasama dengan ormas. Bebas mau ormas keagamaan, sosial, kepemudaan dan sebagainya. Penyelenggara pemilu harus membuka diri dan berinteraksi seluas-luasnya demi sosialisasi maksimal,” kata Faizul lagi.
Masyarakat, tambah Faizul, masih sangat minim soal pelaksanaan pemilu serentak 14 februari 2024. Belum lagi konten lain seperti berapa jumlah kertas suara, warnanya apa saja, calonnya siapa saja, hingga dimana lokasi TPS dan seterusnya.
“Termasuk penting tentu saja pelibatann tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat. Karena basis massa ada pada mereka. Apa kata mereka, biasanya menjadi acuam publik atau ummat. Dan semua harus natural, massif, sehingga penyelenggara pemilu mendapat dukungan penuh,” kata lulusan Universitas Islam Negeri Malang tersebut.
editor : djito el fateh