Ada Kursi Merah di Arena Musyawarah Kerja MWC NU Ajibarang

Ada Kursi Merah di Arena Musyawarah Kerja MWC NU Ajibarang
Musyawarah Kerja MWC NU Ajibarang Ahad, 5 November 2023 di SMP Ma'arif NU 1 Ajibarang

“Ijo-ijo benderane NU,” Begitu kira-kira sepenggal syair tentang Nahdlatul Ulama yang kerap dilantunkan oleh Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf bersama grup rebana Ahbabul Musthofa.

“Ijo,” dalam bahasa Indonesia, artinya hijau, merupakan warna kebesaran organisasi NU. Sejak dulu, sejak NU ini didirikan, warna hijau sudah menjadi warna khas dari organisasi NU.

Maka wajar, jika dalam acara-acara NU, apa pun bentuknya, dari tingkat ranting hingga tingkat nasional, warna hijau selalu menjadi warna dominan di arena kegiatan.

“Pokoknya semuanya serba hijau,” kata Buang Sutoyo, Pengurus Lesbumi MWC NU Ajibarang dalam suatu kesempatan.

Namun, kalimat Buang Sutoyo itu sepertinya tak selalu benar, karena di acara Musyawarah Kerja Majelis Wakil Cabang NU Ajibarang Ahad, 5 November 2023 itu ada kursi berwarna merah.

Adanya kursi warna merah itu tentu saja secara tidak langsung membantah perkataan Kang Toyo, sapaan akrab Buang Sutoyo. Meskipun jumlahnya sangat sedikit, warna merahnya sangat mencolok.

Ehhhh…. tunggu dulu, ini bukan hanya tentang kursi merah di arena musyawarah kerja MWC NU Ajibarang. Ini tentang bagaimana musyawarah itu berlangsung? Bagaimana program kerja yang dihasilkan?

Soal kursi merah itu! Nanti Dulu!

Baca Juga : Gotong Royong Membangun Gedung NU Ajibarang

“Musyawarah ini adalah tindak lanjut dari hasil Konferensi MWC NU Ajibarang 21 Mei 2023 yang lalu. Pada forum itu, menghasilkan beberapa rekomendasi atau keputusan yang akan dibahas pada hari ini,” kata Nisful Aji, ketua panitia acara Musker dalam sambutannya yang kalem.

Tidak hanya menindaklanjuti hasil Konferensi saja, musyawarah kerja MWC NU Ajibarang juga akan membahas program kerja dari masing-masing lembaga di struktural MWC NU Ajibarang 2023-2028.

Nah…..Ini yang penting…

“Hasil dari musyawarah kerja inilah yang nantinya akan menjadi pijakan kerja MWC NU Ajibarang beserta lembaga-lembaga nya selama lima tahun ke depan,” tegas Kang Ipul, sapaan akrabnya.

Sedangkan menurut Rais Syuriah MWC NU Ajibarang, Kiai Zulfa M Nur, yang lebih penting dari sekedar kursi merah itu adalah bagaimana semua pengurus MWC NU Ajibarang harus ikhlas berkhidmat untuk mendigdayakan jamiyah.

“Sesuai tema musyawarah kerja pada hari ini dan apa pun program yang kita hasilkan pada hari ini, mari kita lakukan dengan ikhlas, semata-mata berkhidmat untuk Nahdlatul Ulama,” tegas Kiai nyentrik berambut gondrong itu.

Lalu, menurut Ketua Tanfidziyah MWC NU Ajibarang, Slamet Ibnu Ansori, yang di momen itu membagi-bagikan buku Peraturan Perkumpulan Nahdlatul Ulama (Perkum NU) kepada 15 pengurus Ranting NU se-Kecamatan Ajibarang.

Ini, juga tidak ada kaitannya lagi dengan kursi merah….

“Kitab Perukum ini, adalah kitab panduan berorganisasi NU, berisi tentang aturan-aturan cara berorganisasi NU dengan baik dan benar. Semua pengurus NU wajib memahami dan memahaminya,” tegasnya.

Lalu, apa hubungannya dengan kursi merah di arena musyawarah?

Semua sepakat, bahwa itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan musyawarah kerja MWC NU Ajibarang.

Itu hanyalah sebuah kursi, ya hanya kursi…

 

( Kifayatul Ahyar )

Tulisan sebelumnyaKhutbah Jum’at: “Balasan Surga bagi Orang yang Bertakwa dan Bersyukur”
Tulisan berikutnyaSatgas GKMNU, Agenda PBNU Untuk Kemaslahatan Umat

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini