PASIR KIDUL, nubanyumas.com – Kaya akan nutrisi dan gizi. Peminatnya dari segala penjuru negeri. Kreasi olahannya beraneka ragam. Ubi jalar ungu salah satu pangan lokal yang mudah dibudidayakan. Ubi jalar ungu mengandung manfaat bagi kesehatan karena terdapat kandungan antosianin yang cukup tinggi sebagai antioksidan.
Melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM), universitas nahdlatul ulama (UNU) Purwokerto mendorong inovasi pada sistik ubi jalar ungu. Yakni dengan menggandeng Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Purwokerto Barat, Minggu (2/10/2022).
“Pelatihan ini dilakukan untuk memperbaikan perilaku kehidupan bermasyarakat yang selama ini telah mereka lakukan yaitu akan membuat olahan ubi jalar. Pemanfaatan ubi jalar di daerah Pasir Kidul masih belum maksimal, dikarenakan ubi jalar di daerah Pasir Kidul ini sangat melimpah ruah,” Kata ketua Tim, Eti Wahyuningsih, S.Si., M.Pd.
Tercatat sebagai anggota Gita Anggraeni (program studi Agroteknologi) dan Dheni Atmiasih (program studi Teknologi Pertanian dan Biosistem). Sistik ubi ungu yang berbahan baku ubi jalar ungu ini mengandung banyak protein, karbohidrat, lemak, mineral, kalsium, vitamin A, dan vitamin C. Sehingga sistik ini aman dikonsumsi oleh semua kalangan masyarakat.
Penggolahan sistik ubi ungu tidak hanya menggunakan ubi ungu saja, melainkan dicampur menggunakan beberapa bahan pelengkap lainnya. Seperti tepung terigu protein sedang, Baking powder, Telur, garam, margarin, gula pasir dan beberapa bahan pendukung lainnya.
Adapun cara pembuatannya yaitu dengan menghaluskan bahan utama yaitu ubi ungu, selanjutnya campurkan semua bahan dan uleni sampai Kalis, kemudian diamkan adonan kuranglebih 15 menit. Dilanjutkan digiling, dengan ukuran ketebalan tertentu.
“Produk ini cukup menarik peminat, apalagi kalangan anak – anak yang doyan ngemil (jajan), sudah jelas asalnya, enak, gurih, dan bergizi lagi,” ujar salah satu peserta.
Pelatihan ini sekaligus mendorong masyarakat mandiri, membuka usaha. Tidak mengandalkan bekerja pada orang lain. Apalagi, hanya berpangku tangan menunggu lowongan.
Kontributor: Umi Naellus Sangadzah, Siti Nurdani