Pesantren Darul Falah, Kedungwuluh, Purwokerto menunjukkan komitmen pada inklusifitas pendidikan dengan menyelenggarakan pendampingan anti-bullying (perundungan). Acara diikuti oleh seluruh santri Darul Falah pada 24 Agustus 2025 atas kerjasama Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) PC Banyumas.
Kegiatan yang dipimpin oleh Kuntarto, S.Ag., M.Pd.I., bersama tim dosen dan peneliti Unsoed ini mengusung misi besar: menciptakan pesantren sebagai ruang aman, inklusif, dan bebas dari praktik perundungan.
Bullying Masih Jadi PR Pesantren
Fenomena bullying di kalangan remaja, termasuk di lingkungan pesantren, masih menjadi masalah serius. Kurangnya kesadaran, pengawasan, serta pengaruh media sosial membuat perilaku ini kerap muncul tanpa disadari. Menjawab keresahan itu, tim Unsoed menghadirkan edukasi langsung di hadapan para santri.
“Bullying jelas bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Kami ingin para santri berani bersuara, saling melindungi, dan menolak segala bentuk perundungan,” tegas Dr. H. Supani, M.A., Pimpinan Pondok Pesantren Darul Falah dalam sambutannya.
Materi Islami hingga Cyber-Bullying
Dalam acara yang berlangsung di aula pesantren, para santri tidak hanya mendengarkan materi, tetapi juga terlibat dalam diskusi dan study case kelompok. Kuntarto, bersama Septi Mariasari, S.Pd., M.Hum., memaparkan perspektif Islam terkait bullying sekaligus memberi pemahaman tentang cyber-bullying yang semakin relevan di era digital.
Para santri tampak antusias bertanya, berbagi pengalaman, hingga mencari solusi bersama. Diskusi ini menekankan bagaimana cara mencegah bullying, membantu korban, serta memahami konsekuensi yang harus ditanggung pelaku.
Pesantren Ramah Santri
Kegiatan yang digagas Unsoed dan ISNU Banyumas ini bukan sekadar ajang sosialisasi, tetapi juga latihan nyata membentuk karakter santri yang tangguh. Harapannya, para santri tidak hanya memahami materi, melainkan mampu mengaplikasikan sikap anti-bullying dalam keseharian mereka di pesantren.
“Dengan ilmu yang mereka dapatkan, kami berharap santri Darul Falah menjadi generasi yang berakhlak mulia dan siap menjadi pelopor pesantren ramah santri,” tutur Kuntarto menutup kegiatan.
Dengan semangat yang ditunjukkan para santri hari itu, pesantren bukan lagi sekadar tempat belajar agama, tetapi juga ruang tumbuhnya generasi muda yang peduli, berani, dan siap membangun lingkungan sosial yang lebih sehat.