Kami orang-orang kampung, wong ndesa, santri-santri langgar, biasanya mengenal kitab al Ibriz. Kyai-kyai kampung masa lalu banyak yang sangat istiqomah membuka kitab tersebut untuk disimak oleh jama’ahnya.
Tafsir al Ibriz yang populer di tanah Jawa, ditulis dengan aksara Arab Pegon, berbahasa Jawa, diterbitkan oleh penerbit legendaris Menara Kudus. Dan dicetak per juz, dari juz satu sampai juz tigapuluh.
Penulisnya adalah Mbah Bisri Musthofa Rembang. Kyai Jawa yang cukup produktif menulis karya-karya keagamaan. Karya-karya beliau menjadi literasi penting. Al Ibriz menjadi legenda, disamping karya-karya penting ulama Jawa seperti karya-karya Imam Nawawi Albantani, Mahfudz Termas dan lainnya.
Karya-karya Mbah Bisri Mustofa cukup banyak, dari buku talqin kecil, hadits, aqidah, akhlak, sejarah, sampai kitab tafsir yang besar. Juga karya-karya yang lain, yang menjadi pedoman bagi masyarakat muslim pada umumnya.
Baca Juga : Tafsir Surat Al-Ikhlas Menurut Al-Ghazali
Dan siapakah Mbah Bisri Musthofa itu? Beliau adalah ayah dari ulama besar KH. Kholil Bisri dan KH. Musthofa Bisri (Gus Mus). Beliau berasal dari Rembang, kota yang banyak melahirkan ulama-ulama kharismatik, termasuk Mbah Maimun, Gus Baha, Gus Qoyum dan lainnya. Dan beliau adalah kakek dari Gus Yaqut, menteri agama saat ini, dan Gus Yahya, ketua PBNU, dua tokoh muda NU (kakak beradik), yang ditunggu kontribusi besarnya untuk NU dan NKRI.
Tafsir Al Ibriz, menjadi bagian dari kitab tafsir alternatif, dari banyaknya tafsir yang kebanyakan ditulis oleh ulama-ulama luar nusantara. Sebuah kontribusi besar Ulama NU untuk dunia Islam. Saat ini banyak peneliti dari kalangan akademisi yang meneliti tafsir AL IBRIZ itu. Dan kita, kami yang Nahdliyin, tak ada salahnya untuk kembali ngaji AL IBRIZ.
( Ketenger, 21 Januari 2022.)
