BANYUMAS, nubanyumas.com – Suatu saat di sebuah negara Barat ada kejadian dua bayi lahir hampir bersamaan di rumah sakit. Namun karena kesibukannya, sang perawat lupa anak siapa bayi laki-laki dan perempuan yang ada tersebut.
Beruntung perawat itu jujur dan mengatakan bahwa ia lupa siapa orang tua bayi laki-laki dan perempuan yang ditempatkan di ruangan khusus tersebut. Kepada dokter ia mengatakan hal sebenarnya kalau ia lupa siapa orang tua dari bayi laki-laki dan perempuan tersebut.
“Saya lupa memberikan tanda identitas dari kedua bayi tersebut. Jadi saya lupa ini anak siapa, itu anak siapa Dok?” kata si perawat.
Dokter menepuk dahi dan pusing. Tak ayal orang tua dari bayi laki-laki dan perempuan tersebut juga turut bingung. Pasalnya secara fisik dua bayi tersebut secara rupa sama persis. Lalu dipanggilah tim medis orang Islam oleh sang dokter.
“Barangkali di agamamu ada cara cepat mengidentifikasi siapa orang tua dari bayi laki-laki dan perempuan tersebut?” kata si Dokter yang kala itu teknologi belum secanggih sekarang: tes genetik misalnya.
“Saya tak tahu caranya. Nanti saya coba ke guru saya,” katanya.
Kemudian dipanggillah sang guru dari Mesir tersebut. Dan ditanya soal metode untuk membedakan dua bayi yang bisa jadi telah tertukar tersebut.
Sang Guru kemudian berpikir keras dan ia kemudian menyampaikan sebuah ibaroh. Ia membedakan bagaimana bayi dan perempuan dari sisi potensinya, termasuk dari makanannya.
“Di dalam Al Qur’an ada ibaroh, bagian laki-laki itu dua kali bagian perempuan. Kalau dipikir kira-kira apa ya makanan yaitu air susu. Maka telitilah air susunya,” katanya.
Kemudian akhirnya diperintahkanlah dua orang ibu yang melahirkan kedua bayi tersebut. Akhirnya dari penelitian air susu ibu yang satu itulah, kadar protein, kromosom dan hal-hal yang ada di dalam kandungan air susunya lebih banyak dari air susu ibu yang satunya. Maka dari situlah diputuskan ibu yang mempunya air susu dengan kandungan yang lebih banyak adalah ibu dari bayi laki-laki dan yang lainnya ibu dari bayi perempuan.
Cerita di atas disampaikan Ketua Tanfidzyah PCNU Banyumas, H Sabar Munanto saat memotivasi dan mendorong banom NU yang seringkali dihadapkan berbagai persoalan termasuk di saat pandemi ini. Dengan kekuatan pengetahuan dan tekad yang ada, ia yakin kalau soal pemulasaraan jenazah Covid-19 bisa dilaksanakan warga NU. *