
Sengkang, Sulawesi Selatan — Kabar membanggakan datang dari ajang Musabaqah Qira’atil Kutub Nasional (MQKN) 2025 yang digelar Kementerian Agama Republik Indonesia di Pondok Pesantren Assa’idiyyah, Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Seorang santri asal Banyumas berhasil meraih juara 1 tingkat nasional pada cabang Nahwu kategori Marhalah Wustho.
Dia adalah Rofiq Ahmad Saif, santri asal Leler, Kebasen, Banyumas, yang merupakan putra dari KH. Zuhrul Anam Hisyam dan Ibu Nyai Hj. Rodliyah Ghorro’ MZ. Dalam ajang bergengsi ini, Mas Saif menjadi perwakilan Kafilah Jawa Tengah melalui Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang, pesantren besar yang didirikan oleh almaghfurlah KH. Maimun Zubair (Mbah Moen).
Mas Saif sendiri adalah cucu dari Mbah Moen, ulama kharismatik yang dikenal luas di Indonesia dan menjadi panutan dalam bidang keilmuan serta keteladanan akhlak. Prestasi yang diraihnya menjadi kebanggaan tersendiri bagi keluarga besar Pondok Pesantren At-Taujieh Al-Islamy 2 Leler dan masyarakat Banyumas.
“It’s more than a hope, it has become reality,” tulis Mas Saif melalui akun media sosial instagram pribadinya, Senin (6/10/2025). Satu ungkapan syukur dan bahagia yang bisa berarti, Ini bukan sekadar harapan lagi, tapi sudah jadi kenyataan. Atau bisa berarti diterjemah bebas : dulu cuma mimpi, sekarang jadi nyata, atau, Yang dulu hanya angan, kini sudah jadi kenyataan indah.
Ny. Rodliyyh Ghorro’ MZ memberikan penegasan. Bahwa, Mas Saif selalu antusias lomba sejak duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyyah. Dia disebut selalu punya himmah juara 1. Sayangnya, saat MI, beberapa kali lomba baru dapat juara 2.
“Cita-cita juara 1 (satu) alhamdulillah keturutan di tingkat wustho kelas terakhir (dalam ajang MQKN 2025). Sejak MI (selalu) juara 2,” tulis Ny Hj Rodliyyah melalui pesan singkat.
Ajang MQKN 2025 diikuti oleh ribuan santri dari seluruh Indonesia, mulai jenjang Ula (dasar), Wustho (menengah), hingga Ulya (tingkat tinggi). Tahun ini, Kementerian Agama juga menggelar MQK Internasional yang menghadirkan peserta dari berbagai negara sahabat seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Mesir.
Berbagai cabang lomba dipertandingkan, antara lain Fiqih, Tauhid, Tafsir, Hadis, Ushul Fiqh, Akhlak-Tasawuf, Tarikh Tasyri’, serta Balaghah dan Nahwu-Sharaf. Termasuk pula debat ilmiah berbahasa Arab dan karya tulis ilmiah pesantren, yang menjadi wadah bagi santri untuk menunjukkan kemampuan berpikir kritis dan akademik.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI dalam sambutannya menegaskan bahwa MQKN bukan sekadar ajang kompetisi, tetapi juga wahana silaturahmi ilmiah antar-pesantren.
“Melalui MQKN dan MQK Internasional, kita ingin memperkuat tradisi keilmuan pesantren sekaligus meneguhkan peran pesantren dalam membangun peradaban Islam yang damai dan terbuka,” ujarnya.
Keberhasilan Rofiq Ahmad Saif menjadi bukti bahwa santri-santri daerah memiliki potensi luar biasa untuk bersaing di tingkat nasional. Prestasi ini juga menjadi inspirasi bagi santri lain agar terus bersemangat menekuni kitab kuning dan memperkuat tradisi keilmuan Islam.
Kontributor : Rojih
Editor : djito el fateh