Memiliki tempat tinggal yang ideal, nyaman dan aman tentu menjadi dambaan setiap keluarga, apalagi bagi keluarga muda atau pasangan muda yang belum lama menikah, memiliki rumah sendiri yang dibangun dengan jerih payah usaha sendiri tentu menjadi sesuatu yang sangat diidam-idamkan.
Begitu kira-kira yang dirasakan oleh Slamet Effendy Yusuf dan Siti Aniroh ketik awal-awal berkeluarga dan memutuskan untuk merantau ke Jakarta pada tahun 1980an. Setelah lelah menjadi ‘kontraktor’ yang hidupnya selalu berpindah-pindah, dan setelah memiliki uang yang cukup, akhirnya rumah yang dambakan itu bisa dibangun pada tahun 1984.
Rumah pertama yang dibangun oleh Slamet dan Siti sebagai seorang suami istri itu disebut sebagai rumah joko loro, letaknya di Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, tepat bersebelahan dengan gudang senjata milik Korps Marinir TNI.
Kebahagiaan tentu tak bisa disembunyikan dari wajah Slamet dan Siti ketika rumah itu selesai dibangun dan siap untuk ditempati. Tapi siapa sangka, kebagian itu rupanya hanya berlangsung sangat singkat, karena sebelum sempat ditempati, rumah joko loro yang didambakan itu terbakar hebat, terkena dampak gudang senjata Marinir yang meledak.
Baca Juga : Senyuman Kecil di Haul Kiai Besar
“Rencanya akan kami berdua mulai tempati pada malam Selasa, 30 Oktober 1984. Tetapi tiba-tiba pada malam Seninnya gudang senjata Marinir meledak, menyebabkan kebakaran yang besar dan rumah kami yang bersebelahan itu ikut terbakar sampai habis,” jelas Siti Aniroh dalam suatu sesi wawancara dengan NU Online Banyumas beberapa waktu yang lalu.
Peristiwa itu masih diingat betul oleh Siti Aniroh sampai saat ini, bagaimana kebahagiaan yang dirasakan dari keberhasilannya membangun rumah pertama bersama dengan suaminya itu seketika lenyap dilalap si jago merah. Perasaan sedih dan kecewa campur aduk menjadi satu kala itu, tapi ia dan suaminya sadar, berlarut-larut dalam kesedihan tak akan mampu menyelesaikan persoalan.
Akhirnya rumah yang baru selesai dibangun dan baru akan ditempati itu dibangun kembali, hingga sampai benar-benar berdiri dan bisa ditempati sebagai rumah pertama oleh mereke berdua. Impian untuk memilki rumah sendiri itu akhirnya bisa terwujud, meskipun api sempat membakar impian itu hingga menjadi abu, tetapi api tak mampu membakar keteguhan dan semangat hidup mereka berdua.(*)