Pentingnya Doa bagi Ahli Kubur

Pentingnya Doa ahli Kubur

DICERITAKAN oleh Usman bin Sawad At Thafawi, bahwa ibunya seorang abidah (ahli ibadah).

Ketika menjelang wafat (naza’) ibunya menengadah ke langit sambil berkata: “Wahai simpananku. Wahai Dzat yang menjadi pijakan dalam hidup dan matiku. Jangan engkau hinakan aku menjelang kematianku dan jangan engkau susahkan aku di alam kuburku.”

Usman berkata: “Kemudian wafatlah ibuku.”

Ketika hari Jumat, aku selalu mendatangi maqbarah (kuburan) ibuku untuk kudoakan dan kumohonkan ampun atas segala dosanya. Tak lupa penduduk kuburan lainnya, turut kudoakan dan kumohonkan ampunan pula.

Suatu malam aku mimpi bertemu ibuku. Dalam mimpi kusapa ibuku.

Usman bertanya: “Wahai ibu, bagaimana kabarmu di alam barzah?”

Sang ibu menjawab: “Wahai anakku, kematian merupakan kesusahan yang sangat besar. Meski demikian, alhamdulillah, dalam alam barzah, aku termasuk orang yang beruntung, karena aku dipenuhi dengan kebahagiaan sampai hari kiamat. Seperti permadani yang terbuat dari tetumbuhan berbau wangi (raihan), dan bantal terbuat dari sutra tipis (sundus) dan sutera tebal (istabraq).”

Usman bertanya, “Apakah ibu masih memerlukan bantuanku?”

Sang ibu menjawab: “Ya. Aku masih memerlukan bantuanmu, anakku.”

Usman bertanya: “Apa yang engkau butuhkan, wahai Ibuku?”

Sang ibu menjawab: “Jangan meninggalkan apa yang selama ini kau lakukan untukku, yaitu selalu menziarahiku, lalu mendoakanku. Dengan demikian, aku sangat senang sekali dengan kedatanganmu dan rombongan keluargamu di hari Jumat.”

Usman bertanya: “Mengapa ibu menjadi senang, dengan kedatanganku?”

Sang ibu menjawab: “Karena setiap kalian datang bersama rombongan keluargamu. Aku selalu di panggil-panggil penduduk kubur lainnya, wahai ibu yang ahli ibadah, anakmu datang menziarahimu untuk mendoakanmu.”

Lalu aku menjadi bergembira, begitu juga penduduk kubur yang berada di sekitarku ikut bergembira menyambut kedatanganmu.

Wallahu A’lam. Semoga bermanfaat.
sumber: Kitab Mukhtashar Minhaj Al Qashidin Li Al Maqdisi, juz 4, hal. 173 (*)

*) Pengajar di PP. Ath-Thohiriyyah Parakanonje, Purwokerto dan Founder Samawi.

Tulisan sebelumnyaInnalillahi KH Ridwan Sururi Berpulang
Tulisan berikutnyaPesan Pelantikan PR NU se-MWCNU Purwokerto Timur Ajak Dakwah Bil-Medsos

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini