Menjelang malam 17 Ramadhan, umat muslim di Indonesia mulai merencanakan peringatan Nuzulul Qur’an. Coba sejenak bertanya pada mereka yang merencanakan dan yang menghadiri, “Apa itu Nuzulul Qur’an?”
Jika mereka tahu bahwa itu adalah peristiwa pemberian wahyu pertama dari Allah SWT ke Muhammad bin Abdullah melalui perantara malaikat Jibril, maka boleh lanjutkan dengan pertanyaan kedua.
“Apa wahyu pertama yang disampaikan kepada Muhammad bin Abdullah?”
“Surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5”, jika ini adalah jawaban yang Anda terima maka boleh lanjut ke pertanyaan berikut “Bagaimana bacaan ayat tersebut?”
Maka perdengarkan dengan seksama bacaan ayat, kemudian lanjutkan pada pertanyaan pamungkas.
“Bagaimana arti dan maksud dari ayat yang sudah Anda baca?”
Apabila orang tersebut tidak bisa memberi jawaban dengan baik, itu adalah gambaran dari sebagian besar umat islam Indonesia masa kini.
Umat yang terjebak dalam gegap gempita perayaan momen keislaman, namun tidak tahu apa yang mereka rayakan.
Mereka hanya fokus pada reputasi pembicara, dekorasi, tata ruangan, dan konsumsi untuk para hadirin.
Urusan memahami apa yang dirayakan, nanti biar disampaikan oleh pembicara. Toh beliau kan sudah diberi bisyaroh untuk menyampaikan hal tersebut.
Iqra’ Bukan Sekedar Membaca!
Banyak orang sepakat bahwa yang disampaikan pertama kali itu adalah sebuah hal penting.
Apalagi yang disampaikan ini adalah sebuah perintah. Perintah langsung dari Allah SWT untuk Iqra’, membaca.
Bisa jadi kalian adalah orang yang rajin sholat dan menunaikan puasa Ramadhan, tapi itu perintah nomor berapa?
Adapula orang yang mengaku sudah melakukan iqra’, tapi ternyata dia hanya membaca teks. Teks Al-Qur’an misalnya.
Tuh kan, salah lagi…
Bukan, Anda tidak salah. Namun masih kurang tepat.
Nasaruddin Umar (2016), guru besar bidang tafsir & Menteri Agama tahun 2025, menjelaskan bahwa proses iqra’ memiliki 4 jenjang aktivitas yang saling berkaitan.
Adakah Muhammad Abad 21?
Aktivitas pertama yang paling dasar adalah membaca teks literal, aktivitas kedua adalah mendalami arti dan makna dari teks Al-Qur’an.
Aktivitas ketiga adalah memahami secara emosional dan spiritual, terakhir adalah aktivitas keempat adalah menyingkap tabir (mukasyaf) di balik teks.
Proses pembacaan tersebut tidak terbatas atas teks kitab suci saja, Anda bisa menggunakan teori di atas untuk memahami aneka jenis teks.
Keistimewaan Menjadi Umat Kanjeng Nabi Muhammad SAW
Ada banyak buku teks dalam khazanah pengetahuan keislaman, apakah Anda pernah membaca salah satu diantara banyak itu?
Tolong jangan dijawab dengan nama kitab Qurrotul Uyun, karena itu lebih mirip kitab primbon daripada pengetahuan.
Kitab pengetahuan itu ya misal Mukaddimah dari Ibnu Khaldun, Mantiq al-Masyriqiyyin dari Ibnu Sina, atau Ihya Ulumuddin dari Al-Ghazali.
Minimal pernah membaca versi terjemahan bahasa Indonesia, kalau memang kesulitan membaca versi bahasa arab.
Tetapi kalau Anda sedang mengalami masa pengantin baru, belajar aneka posisi dari Qurrotul Uyun masih bisa jadi permakluman. Ini pun baca yang versi terjemahan kan!
Membaca Situasi Sosial
Sebagai makhluk sosial, tidak patut bagi kita hanya menekuni tulisan pada lembaran kertas.
Kita juga perlu membaca dan memahami lingkungan sosial di sekitar kita.
Mau jadi apa kita hanya membaca tanpa bergaul, kalau istilah sekarang kita akan jadi orang yang tidak menapak tanah alias tidak tahu realitas.
Nabi Muhammad SAW, Anugerah Terbesar Umat Manusia
Ada seorang penceramah berkata seperti ini pada jama’ah masjid yang sebagian besar petani miskin gagal panen “Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Bapak dan Ibu kan sudah berikhtiar semaksimal mungkin,”.
Ini adalah contoh kalimat yang tidak napak tanah, tidak tahu realitas. Masih bagus jama’ah hanya mengangguk angguk, tidak mengatakan “Ndasmu! “.
Harga benih mahal, pupuk subsidi sulit didapatkan, irigasi yang dangkal sehingga tidak mampu menampung debit air hujan deras dan menyebabkan sawah kebanjiran.
Semua itu tidak bisa diatasi dengan sabar dan sholat, tapi harus mampu menemukan akar masalah dan solusi alternatif.
Setidaknya, penceramah mengajukan solusi yang bisa dikerjakan oleh para petani.
Misal mengganti pupuk kimia dengan pupuk kandang, atau kerja bakti memperdalam saluran air agar tidak banjir.
Kalaupun ingin menjelaskan tentang kerusakan sistem distribusi benih dan pupuk serta aneka kejahatan koruptif yang terjadi, kemungkinan para petani ini sudah tahu.
Pengetahuan bahwa tata kelola pemerintahan di berbagai lini penuh dengan korupsi dan manipulasi, itu sudah rahasia umum.
Hal maksimal yang bisa dilakukan adalah menjadi pendengar yang baik dan mengupayakan solusi alternatif pada level komunitas.