KEDUNGBANTENG, nubanyumas.com – Pepatah Arab mengatakan “kun kal yadaini wa laa takun kal udzunaini”, artinya jadilah seperti kedua tangan dan jangan menjadi seperti kedua telinga. Makna kalimat ini dapat dijadikan inspirasi bagi pengurus dalam mengelola organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Hal itu disampaikan Kiai Ali Mustolih dalam sambutan pembuka (iftitah) atas terpilihnya sebagai Rais Syuriah Pengurus Ranting NU Keniten II masa khidmat 2023-2028. Kiai Ali terpilih dalam Musyawarah Ranting (Musran) NU melalui proses ahlu halli wa al-aqdi (ahwa) yang diikuti oleh lima kiai sepuh setempat di Aula SD Negeri 2 Keniten Kecamatan Kedungbanteng, Senin (25/9/2023).
“Sungguh menarik jika perumpamaan kedua tangan ini diterapkan dalam organisasi Nahdlatul Ulama. Keberadaan kedua tangan saling melengkapi satu sama lain sehingga solid dan mampu bekerjasama mengelola organisasi,” terang Kiai Ali.
Sebaliknya, Kiai Ali menjelaskan jangan menjadi seperti telinga, meskipun keduanya berada di kepala, namun tidak pernah berjumpa satu sama lain. Keduanya sering berebut untuk menangkap suara, mereka tidak saling membantu.
“Janganlah seperti kedua telinga, ketika kita berada dalam suatu organisasi Nahdlatul Ulama. Jangankan untuk membantu sesamanya, bertemu saja tidak pernah, tidak bisa membantu dan bekerjasama satu sama lain,” paparnya.
Sementara Ustadz Qosim terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah NU Keniten II masa khidmat 2023-2028 dengan mengantongi 31 suara. Hadir dalam Musran NU Keniten II, Rais Syuriah dan Ketua Tanfidziyah MWC NU Kedungbanteng Kiai Haji Tafsir Wahyudin dan Haji Wuryanto Maghfuri, S.IP., M.Pd, Al-Habib Anis Al-Athas, Pengurus MWC NU Kedungabanteng dan Pengurus Ranting, imam mushalla, GP Ansor dan Banser.
