SUMBANG, nubanyumas.com – Fitria Fara Azizah, warga Desa Banjarsari Wetan Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah itu bercita-cita ingin meningkatkan taraf hidup dan ekonomi warga Desanya melalui ketrampilan membatik yang ia miliki.
Namun, cita-cita tersebut sepertinya sulit untuk diwujudkan sendirian, karena melihat kondisi sosial tempat tinggalnya yang sudah memiliki ritme kehidupan dan pekerjaan mereka sendiri-sendiri.
Hingga kemudian Himatika Universitas Nahdlatul Ulama (UNU Purwokerto) mengajak kerja sama dengan dirinya untuk menjalankan program Pemberdayaan Masyarakat melalui Batik berbasis Etnomatematika.
Program tersebut menurut perempuan asal Kabupaten Temanggung Jawa Tengah itu mampu menjadi sarana untuk mempercepat terwujudnya cita-cita itu.
“Cita-cita saya ingin memberikan edukasi ketrampilan membatik kepada masyarakat dan adanya program ini alhamdulillah bisa mempercepat terwujudnya cita-cita saya itu,” kata Fitria kepada nubanyumas.com disela-sela acara Expo Batik Banjarsari Wetan (Baswet) Ahad,(15/11/2021) kemarin.
Fitria berharap, program yang sudah berjalan sejak Juli 2021 ini mampu menjadi batu loncatan produk batik dari Banjarsari Wetan lebih dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu, lewat ketrampilan membatik yang dimiliki oleh warga masyarakat juga mampu menjadi sumber pengahasilan untuk mereka.
“Semoga penjualan batik ini semakin berkembang, dan mampu menambah penghasilan bagi para pengrajin batik disini,” lanjutnya.
Baca Juga : Himatika UNU Purwokerto Gelar Expo Batik Baswet 2021
Fitria menceritakan bahwa ketrampilan membatik yang ia miliki saat ini diperoleh dari hasil bekerja sebagai pembatik di Kampung halamannya selama lima tahun. Dari modal itulah ia ikut suaminya pulang ke Banyumas dan bertekad mengembangkan kerajinan batik di Banyumas.
PHP2D UNU Purwokerto
Pemberdayaan Masyarakat melalui Batik berbasis Etnomatematika merupakan program yang lolos dalam seleksi Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
Motif batik yang dihasilkan dalam program tersebut antara lain, motif Talas, motif Jagung, motif Saung, motif Lele, dan motif Ikan Koi. Kelima motif tersebut menurut Novi Nur Aeni, Bendahara panitia, didasarkan pada sumberdaya lokal yang ada di desa Banjarsari Wetan.
Suci Yuliantika, Ketua Pelaksana Program menjelaskan kenapa pihaknya memilih Desa Banjarsari wetan sebagai tempat program, karena menurutnya potensi besar dalam bidang Batik tapi kurang diberdayakan.
“Program ini diikuti oleh 20 peserta dari berbagi latar belakang. Mereka dilatih ketrampilan membatik Etnomatematika dan dilatih marketing pemasarannya,” pungkas mahasiswa jurusan Matematika 2018 itu.(*)