Khutbah Jumat: Makna Kemerdekaan dalam Perspektif Islam

Khutbah Jumat: Makna Kemerdekaan dalam Perspektif Islam
Khutbah Jumat: Makna Kemerdekaan dalam Perspektif Islam

Khutbah Jumat: Makna Kemerdekaan dalam Perspektif Islam

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، الَّذِيْ أَعَزَّنَا بِالْإِسْلَامِ، وَأَكْرَمَنَا بِالْإِيْمَانِ، وَنَوَّرَ قُلُوْبَنَا بِالْقُرْاٰنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ , أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ … اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ,قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ: رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ. وَ قَالَ أَيْضًا: مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِراً عَلِيماً

Hadirin jamaah Jum’ah yang dirahmati Allah,

Pada hari Ahad, 17 Agustus 2025 mendatang, kita kembali dipertemukan Allah SWT untuk memperingati dan bersyukur atas kemerdekaan bangsa kita, Republik Indonesia, yang telah berusia 80 tahun. Momen ini bukan hanya tentang terbebasnya bangsa dari penjajahan fisik, tetapi juga saat yang tepat untuk merenungkan makna kemerdekaan sejati — kemerdekaan lahir dan batin.

Menurut Islam, kemerdekaan sejati adalah kebebasan hamba dari segala perbudakan kecuali penghambaan hanya kepada Allah SWT. Artinya, kemerdekaan bermuara pada kemampuan mengendalikan hawa nafsu, menjauhkan diri dari kesyirikan, dan beribadah dengan tulus. Seorang muslim yang merdeka adalah insan yang mampu menundukkan hawa nafsu buruk, sehingga jiwa dan pikirannya benar-benar bebas dan terjaga.

Nabi Muhammad SAW telah memulai perjuangan kemerdekaan ini dengan langkah monumental, seperti melarang penguburan bayi perempuan yang menjadi praktik jahiliah, dan menghapus perbudakan yang saat itu berlaku. Langkah-langkah ini mengangkat martabat manusia dan menegakkan keadilan. Namun, sebagaimana para ulama dan ahli tasawuf ajarkan, kemerdekaan fisik saja belumlah cukup untuk menjadi insan kamil-manusia sempurna dalam iman, akhlak, dan ketaatan kepada Allah SWT.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Hari Kemenangan yang Hakiki

Hadirin yang dirahmati Allah,

Marilah kita renungkan tiga makna kemerdekaan yang diajarkan Al-Qur’an sebagai fondasi membangun bangsa yang kuat dan bersatu.

Pertama, kemerdekaan cara pandang dan pikiran. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha teliti.

Ayat ini menegaskan bahwa kita semua sama di hadapan Allah, berbeda-beda agar saling mengenal. Maka, kita harus merdeka dari segala bentuk kebencian, provokasi, dan ideologi yang merusak persatuan.

Kedua, kemerdekaan spiritual, seperti yang dicontohkan Nabi Ibrahim AS yang mencari kebenaran di tengah kepercayaan yang menyimpang. Hari ini, kita harus merdeka dari pemahaman agama yang menyesatkan dan memecah belah. Kemerdekaan batin berarti membebaskan hati dari dogma sesat dan menundukkan hawa nafsu. Rasulullah SAW bersabda:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ

“Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.” (HR Tirmidzi).

Ketiga, kemerdekaan dari penindasan dan dominasi yang didasarkan agama, suku, ras, atau golongan, seperti perjuangan Nabi Musa AS membebaskan umatnya dari Fir’aun. Kita harus menolak diskriminasi dan intoleransi agar tidak ada yang tertindas atau terpinggirkan di negeri ini.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Di tengah tantangan zaman dan maraknya propaganda ideologis yang berusaha merobek persatuan kita, mari kita jadikan peringatan kemerdekaan ke-80 tahun ini sebagai momen refleksi untuk memperkuat persatuan, kebersamaan, dan saling merangkul. Memperkokoh semangat persaudaraan dan toleransi demi menjaga kemerdekaan bangsa ini agar tidak retak.

Kita wajib memproteksi kemerdekaan ini dengan menjauhkan diri dari segala bentuk kebencian, intoleransi, dan ajaran sesat yang mengklaim diri benar namun merusak kerukunan. Kita harus menjadi insan yang merdeka lahir dan batin, insan yang mampu menjaga hati dan pikirannya agar tetap lurus di jalan Allah SWT.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperbanyak Sabar di Bulan Safar

Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kekuatan dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk selalu memelihara kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pahlawan negeri ini dan menjadikan kita anak bangsa yang bertanggung jawab menjaga persatuan menuju Indonesia Emas 2045. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ, فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ … أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

DOWNLOAD PDF

Muhammad Shodiq Ma’mun, S.Sos
Penyuluh Agama Islam Kecamatan Ajibarang

Tulisan sebelumnyaBaca Istighfar 100 Kali Usai Subuh, Ini Janji Allah Untukmu
Tulisan berikutnyaIPNU-IPPNU Wangon Turba ke Randegan, Mantapkan Persiapan Makesta Raya

TULIS KOMENTAR

Tuliskan komentar anda disini
Tuliskan nama anda disini